Idul Fitri 2023

7 Amalan Hari Raya Idul Fitri, Sunnah yang Dilakukan Nabi Muhammad SAW Saat Merayakan Lebaran

Berikut 7 amalan Hari Raya Idul Fitri, sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Berikut 7 amalan Hari Raya Idul Fitri, sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran. Daftar amalan sunnah tersebut salah satunya adalah memperbanyak bacaan takbir di malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari 1 Syawal. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Berikut 7 amalan Hari Raya Idul Fitri, sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran.

Daftar amalan sunnah tersebut salah satunya adalah memperbanyak bacaan takbir di malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari 1 Syawal.

Umat Muslim di Indonesia kembali merayakan Hari Raya Idul Fitri 2023 pada Sabtu (22/04/2023) hari ini.

Hari Lebaran 2023 tersebut diumumkan Kementerian Agama atau Kemenag RI berdasarkan hasil sidang isbat pada Rabu (20/04/2023).

Sedangkan, warga Muhammadiyah sudah merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah sehari sebelumnya pada Jumat (21/04/2023).

Seperti diketahui, Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dirayakan pada 1 Syawal setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Hari raya tersebut menjadi momen suka cita bagi umat Muslim menyambut hari kemenangan.

Baca juga: Niat Sholat Idul Fitri Lengkap Panduan dan Tata Cara Salat Ied Mulai Takbiratul Ihram hingga Salam

Setelah menahan diri dari haus, lapar, dan segala nafsu selama sebulan menunaikan ibadah puasa.

Ibadah yang dikerjakan saat Idul Fitri tersebut salah satunya adalah menunaikan salat Ied pada pagi hari Lebaran.

Beberapa amalan sunnah pun dianjurkan untuk dilaksanakan pada hari kemenangan tersebut.

Amalan maupun ibadah tersebut dilakukan Rasulullah SAW untuk menyambut dan merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Berikut 7 amalan yang kembali bisa dikerjakan pada Hari Raya Idul Fitri 2023 atau Lebaran 2023:

1. Amalan Salat Idul Fitri

Nabi Muhammad SAW menunaikan salat Idul Fitri bersama dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya, baik laki-laki, perempuan, atau pun anak-anak.

Rasulullah memilih rute jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari tempat dilangsungkannya shalat Idul Fitri.

Rasulullah juga mengakhirkan pelaksanaan shalat Idul Fitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter.

Hal tersebut dimaksudkan agar umat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah.

2. Perbanyak Baca Takbir

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari 1 Syawal.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:

: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ

Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Baca juga: Niat Mandi Idul Fitri Lengkap Tata Cara yang Disunnahkan Sebelum Salat Ied Saat Idulfitri 2023

Ada dua jenis takbir Idul Fitri. Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah salat, baik fardhu atau sunnah.

Setiap selesai salat dianjurkan untuk membaca takbir.

Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah salat, bisa dilakukan di setiap kondisi.

Untuk takbir Idul Fitri bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, pasar, atau tempat lainnya.

Salah satu contoh bacaan takbir yang utama adalah:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

(Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 3, hal. 54).

Kesunnahan takbir Idul fitri dimulai sejak tenggelamnya matahari pada malam 1 Syawal.

Berikut 7 amalan Hari Raya Idul Fitri, sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran. Daftar amalan sunnah tersebut salah satunya adalah memperbanyak bacaan takbir di malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari 1 Syawal.
Berikut 7 amalan Hari Raya Idul Fitri, sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran. Daftar amalan sunnah tersebut salah satunya adalah memperbanyak bacaan takbir di malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari 1 Syawal. (Tribun Sumsel)

Sampai takbiratul Ihramnya Imam salat Idul Fitri bagi yang berjamaah.

Atau takbiratul Ihram mushalli sendiri bagi yang salat sendirian.

Pendapat lain menyatakan waktunya habis saat masuk waktu salat Ied yang dianjurkan, yaitu ketika matahari naik kira-kira satu tombak (+ 3,36 M).

Baik Imam sudah melaksanakan Takbiratul Ihram atau tidak.

(Syekh Sa’id Bin Muhammad Ba’ali Ba’isyun, Busyra al-Karim, hal. 426).

3. Makan sebelum salat Ied

Salah satu hari yang diharamkan berpuasa adalah hari raya Idul Fitri.

Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa berniat tidak puasa pada saat hari Idul Fitri itu pahalanya seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.

Sebelum shalat Idul Fitri, Rasulullah SAW. biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh.

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa:

"Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)

4. Berhias dan memakai pakaian terbaik

Idul fitri adalah waktunya berhias dan berpenampilan sebaik mungkin untuk menampakan kebahagiaan di hari yang berkah itu.

Berhias bisa dilakukan dengan membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian terbaik dan pakaian terbaik.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Idul Fitri 2023 Sarat Makna Lengkap Twibbon Selamat Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah

Lebih utama memakai pakaian putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang paling bagus, semisal baju baru.

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa tradisi membeli baju baru saat lebaran menemukan dasar yang kuat dalam teks agama, dalam rangka menebarkan syiar kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri.

Kesunnahan berhias ini berlaku bagi siapapun, meski bagi orang yang tidak turut hadir di pelaksnaan shalat Idul Fitri.

Khusus bagi perempuan, anjuran berhias tetap harus memperhatikan batas-batas syariat.

Seperti tidak membuka aurat, tidak mempertontonkan penampilan yang memikat laki-laki lain yang bukan mahramnya dan lain sebagainya.

(Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

5. Tahniah (memberi ucapan selamat)

Hari raya adalah hari yang penuh dengan kegembiraan. Karena itu, dianjurkan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya.

Di antara dalil kesunnahannya adalah beberapa hadits yang disampaikan al-Imam al-Baihaqi, beliau dalam kitab Sunannya menginventarisir beberapa hadits dan ucapan para sahabat tentang tradisi ucapan selamat di hari raya.

Meski tergolong lemah sanadnya, namun rangkaian beberapa dalil tersebut dapat dibuat pijakan untuk persoalan ucapan hari raya yang berkaitan dengan keutamaan amal ini.

Argumen lainnya adalah dalil-dalil umum mengenai anjuran bersyukur saat mendapat nikmat atau terhindari dari mara bahaya, seperti disyariatkannya sujud syukur.

Demikian pula riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang kisah taubatnya Ka’ab bin Malik setelah beliau absen dari perang Tabuk, Talhah bin Ubaidillah memberinya ucapan selamat begitu mendengar pertaubatnya diterima.

Ucapan selamat itu dilakukan dihadapan Nabi dan beliau tidak mengingkarinya.

Tidak ada aturan baku mengenai redaksi ucapan selamat ini.

Baca juga: 6 Amalan Menyambut Hari Raya Idul Fitri, Kumandangkan Takbir Hingga Ucapan Selamat

Salah satu contohnya “taqabbala allâhu minnâ wa minkum”, “kullu ‘âmin wa antum bi khair”, “selamat hari raya Idul Fitri”, “minal aidin wa al-faizin”, “mohon maaf lahir batin”, dan lain sebagainya.

Pada prinsipnya, setiap kata yang ditradisikan sebagai ucapan selamat dalam momen hari raya, maka sudah bisa mendapatkan kesunnahan tahniah ini.

Bahkan, Syekh Ali Syibramalisi menegaskan tahniah juga bisa diwujudkan dalam bentuk saling bersalam-salaman.

Karena itu, sangat tidak tepat klaim dari sebagian kalangan bahwa ucapan selamat hari raya yang berkembang di Indonesia tidak memiliki dasar dalil agama.

Berkaitan dengan ihwal tahniah ini, Syekh Abdul Hamid al-Syarwani menegaskan:

ـ (خَاتِمَةٌ) قَالَ الْقَمُولِيُّ لَمْ أَرَ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلَامًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيدِ وَالْأَعْوَامِ وَالْأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنْ الْحَافِظِ الْمَقْدِسِيَّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِيهِ وَاَلَّذِي أَرَاهُ مُبَاحٌ لَا سُنَّةَ فِيهِ وَلَا بِدْعَةَ

“Sebuah penutup. Al-Qamuli berkata, aku tidak melihat dari para Ashab (ulama Syafi’iyah) berkomentar tentang ucapan selamat hari raya, beberapa tahun dan bulan tertentu seperti yang dilakukan banyak orang. Tetapi al-Hafizh al-Mundziri mengutip dari al-Hafizh al Maqdisi bahwa beliau menjawab masalah tersebut bahwa orang-orang senantiasa berbeda pendapat di dalamnya. Pendapatku, hal tersebut hukumnya mubah, tidak sunnah, tidak bid’ah.”

وَأَجَابَ الشِّهَابُ ابْنُ حَجَرٍ بَعْدَ اطِّلَاعِهِ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ وَاحْتَجَّ لَهُ بِأَنَّ الْبَيْهَقِيَّ عَقَدَ لِذَلِكَ بَابًا فَقَالَ بَابُ مَا رُوِيَ فِي قَوْلِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ فِي الْعِيدِ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَسَاقَ مَا ذَكَرَهُ مِنْ أَخْبَارٍ وَآثَارٍ ضَعِيفَةٍ لَكِنَّ مَجْمُوعَهَا يُحْتَجُّ بِهِ فِي مِثْلِ ذَلِكَ

“Al-Syihab Ibnu Hajar setelah menelaah hal tersebut menjawab bahwa tahniah disyariatkan.

Beliau berargumen bahwa al-Baihaqi membuat bab tersendiri tentang tahniah, beliau berkata; bab riwayat tentang ucapan manusia satu kepada lainnya saat hari raya; semoga Allah menerima kami dan kalian;.

Ibnu Hajar menyebutkan statemen al-Baihaqi tentang hadits-hadits dan ucapan para sahabat yang lemah (riwayatnya), akan tetapi rangkain dalil-dalil tersebut bisa dibuat argumen dalam urusan sejenis tahniah ini”.

6. Mendatangi tempat keramaian

Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng.

Bahkan saking asyiknya, sebagaimana hadist riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah sehingga dia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas.

7. Mengunjungi rumah sahabat

Tradisi silaturahim saling mengunjungi saat hari raya Idul Fitri sudah ada sejak zaman Rasulullah.

Ketika Idul Fitri tiba, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya, begitu pun para sahabatnya.

Pada kesempatan ini, Rasulullah dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain.

Sama seperti yang dilakukan umat Islam saat ini. Datang ke tempat sanak famili dengan saling mendoakan.

Demikian 7 amalan Hari Raya Idul Fitri yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat menyambut dan merayakan hari Lebaran.

Daftar amalan sunnah tersebut dikutip TribunnewsSultra.com dari laman resmi Kemenag RI.(*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana Aswan)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved