BKKBN Sultra

Hari Nelayan Nasional, BKKBN Jadikan Momentum Turunkan Stunting Lewat Revolusi Pola Makan Ikan

Hari Nelayan Nasional diperingati sebagai bentuk apresiasi atas jasa para nelayan yang telah berupaya memenuhi sumber pangan dan gizi bagi masyarakat.

handover
Hari Nelayan Nasional diperingati bangsa Indonesia setiap tanggal 6 April. Hari ini diperingati sebagai bentuk apresiasi atas jasa para nelayan yang telah berupaya memenuhi sumber pangan dan gizi bagi masyarakat Indonesia. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Hari Nelayan Nasional diperingati bangsa Indonesia setiap tanggal 6 April.

Hari ini diperingati sebagai bentuk apresiasi atas jasa para nelayan yang telah berupaya memenuhi sumber pangan dan gizi bagi masyarakat Indonesia.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadikan Hari Nelayan Nasional sebagai momentum dalam mengintervensi gizi bagi anak dalam pemberian protein hewani.

Intervensi gizi ini menjadi salah satu strategi dalam upaya percepatan penurunan stunting dalam hal perbaikan pola makan anak.

Di mana, mengonsumsi ikan menjadi salah satu sumber makan yang baik dalam perbaikan pola makan anak-anak.

Sebagai sumber pangan, ikan punya kandungan gizi yang sangat baik seperti protein sebagai sumber pertumbuhan.

Kemudian, asam lemak omega 3 dan 6 yang bermanfaat bagi kesehatan ibu dan pembentukan otak janin, vitamin serta berbagai mineral yang sangat bermanfaat bagi ibu dan janin.

Baca juga: Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Resmikan Klinik Fertilitas Pertama Dibangun di Biak Provinsi Papua

Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh.

Kepala Perwakilan BKKBN Maluku Utara, Renta Rego berharap melalui peringatan Hari Nelayan Nasional ini menjadikan masyarakat bisa memperbaiki pola makan upaya percepatan penurunan stunting.

“Wilayah Maluku Utara sebagian besar perairan sehingga produksi ikan cukup banyak, tetapi angka stunting masih tinggi juga," ujarnya di Kota Sofifi, Provinsi Maluku Utara.

"Sehingga perlu ada upaya dalam mengedukasi masyarakat dalam mengonsumsi ikan yang baik," lanjut Renta Rego.

"Harapannya momentum ini menjadi upaya percepatan penurunan stunting melalui intervensi gizi protein hewani yang dikonsumsi dalam perubahan pola makan masyarakat," tambahnya.  

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2021 tercatat Provinsi Maluku Utara menduduki peringkat kedua angka konsumsi ikan tertinggi dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 75,75 kilogram per kapita per tahun.

Hal ini karena Provinsi Maluku Utara memiliki wilayah perairan yang lebih besar daripada wilayah daratannya.

Baca juga: Jaga Asupan Gizi Penting Sebelum Menikah, BKKBN-Tribun Network Kampanye Cukup 2 Telur Cegah Stunting

Perwakilan BKKBN Provinsi Banten, Rusman Efendi mengatakan agar produksi ikan tangkapan nelayan di Banten tidak dijadikan komoditas perdagangan semata, tetapi dikonsumsi masyarakat.

Menurut Rusman, mengonsumsi ikan merupakan salah satu cara efektif pencegahan stunting terhadap anak.

Oleh karenanya, sangat penting meningkatkan kesadaran masyarakat, agar paham akan pentingnya mengonsumsi ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein berkualitas tinggi.

Khususnya pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimulai sejak masa kehamilan sampai dengan bayi hingga anak berusia dua tahun.

Karena apabila pada periode 1000 HPK ini asupan gizi tidak mencukupi akan berdampak pada terhambatnya kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen.

"Kalau dilihat dari berlimpahnya produksi ikan harusnya Provinsi Banten angka stunting rendah, tapi kenyataannya kita masuk dalam 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting," ujarnya.

"Artinya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya asupan makanan berprotein tinggi masih sangat kurang sehingga cenderung mengabaikan pola makan yang sehat dan bergizi," jelasnya.

Baca juga: BKKBN Sultra Ingatkan Calon Pengantin Periksa Kesehatan Sebelum Menikah Dan Konsumsi Protein Hewani

"Maka itu pentingnya edukasi pencegahan stunting kepada orang tua, bahkan calon orangtua juga harus diberikan edukasi tentang stunting," kata Rusman.

Provinsi Banten merupakan wilayah daratan yang berada di ujung barat Pulau Jawa yang dikelilingi laut yaitu Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samudera Hindia.

Sehingga, potensi perikanan di Banten sangat mendukung peningkatan produksi perikanan secara optimal dengan didukung sumber daya alam, luas perairan laut 11.500 Km2, panjang garis pantai 500 km.

Berdasarkan Data BPS (Banten Dalam Angka 2022) produksi perikanan tangkap di Provinsi Banten tahun 2020 sebesar 73,84 ribu ton dengan nilai produksi sebesar 2,42 triliun rupiah.

Di mana, produksi perikanan tangkap di laut terbesar dicapai oleh Kabupaten Pandeglang sebanyak 27,50 ribu ton.

Untuk produksi perikanan di perairan umum dataran pada tahun 2020 mencapai 925 ton atau senilai Rp22,65 miliar, produksi perikanan di perairan umum daratan terbesar Kota Tangerang Selatan 462 ton.

Sementara itu, kasus stunting di Bengkulu yang prevalensi 2022 berada pada angka 19,8 persen, turun dari 2021 sebesar 22,1 persen, ternyata disumbang wilayah pesisir pantai yang notabene penghasil ikan.

Baca juga: Kampanye Hastag Cukup Dua Telur BKKBN-Tribun Network Sukseskan Program Cegah Stunting di Indonesia

Data Provinsi Bengkulu pada 2021 menunjukkan produksi perikanan terbesar berasal dari perikanan tangkap di laut dengan produksi sebesar 68.070 ton, sedangkan perikanan perairan umum daratan memiliki hasil produksi sebesar 1.921 ton (Bengkulu Dalam Angka 2021).

Berdasarkan hasil studi status gizi Indonesia (SSGI) 2022, Kabupaten Kaur dengan angka stunting 12,4 persen, Bengkulu Selatan 23,2 persen, Kabupaten Seluma 22,2 persen, Kota Bengkulu 12,9 persen, Bengkulu Utara 22,8 persen, dan Kabupaten Mukomuko 22,3 persen.

Mirisnya, daerah tersebut merupakan daerah pesisir dan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Zainin mengatakan permasalahan stunting tidak dapat disimpulkan akibat satu pokok permasalahan seperti kekurangan gizi.

Selain gizi, stunting juga dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat.

"Dapat saja penyebab stunting di daerah pesisir diakibatkan rendahnya pengetahuan keluarga tentang pola asuh yang sehat," kata Zainin.

Provinsi Bengkulu terbagi dalam sepuluh kabupaten dan kota, di mana sebagian besar wilayahnya berada di pesisir pantai sebagai penghasil ikan.

Baca juga: Susun Strategi Penurunan Angka Stunting 2023 di Sulawesi Tenggara, BKKBN Kampanye Bersama Mitra

Namun, tidak dapat dikatakan daerah tersebut penyumbang stunting di Bengkulu yang disebabkan oleh kekurangan protein ikan.

Garda Terpenting

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah, Tenny C Soriton mengatakan para nelayan memiliki sumbangsih besar dalam percepatan penurunan stunting melalui penyediaan bahan pangan berprotein tinggi seperti ikan.

Apalagi di Sulawesi Tengah yang wilayah perairannya lebih luas dari pada daratan.

"Nelayan menjadi garda terpenting dalam pemenuhan kebutuhan protein keluarga. Sumber protein hewan yang paling tinggi adalah ikan dan daging," ujarnya.

"Ini sumber daya alam yang tentunya jika dikelola dengan baik bisa dikonsumsi oleh masyarakat,"lanjut Tenny.

"Sulawesi Tengah dengan luas wilayah dan bentangan pesisir pantai yang sangat luas tentunya menjadi kekuatan untuk bagaimana bisa menunjang stok ikan dan protein bagi masyarakat,” tambahnya.

Baca juga: Selama 4 Hari Pelayanan KB Serentak di Hari Perempuan Internasional, BKKBN Layani 96.803 Akseptor

Sulawesi Tengah adalah satu-satunya provinsi di Pulau Sulawesi yang memiliki tiga perairan sekaligus dan hal ini tidak dimiliki oleh provinsi-provinsi lainnya di Pulau Sulawesi.

Adapun, perairan-perairan tersebut terdiri atas Teluk Tomini, Teluk Tolo, dan Selat Makassar/Laut Sulawesi.

Dari ketiga perairan tersebut luas total perairan Sulawesi Tengah yaitu 77.295,9 km2, panjang garis pantai Sulawesi Tengah sekitar 6653,31 km, sementara luas daratan hanya 61.841,29 km⊃2; (BPS 2020).

"Tentunya ini menjadi harapan kita dengan didukung oleh sumber daya laut yang tinggi sekaligus juga menjadi bahan atau PR kita bersama untuk bagaimana pengelolaan ikan ini bisa berjalan dengan baik dan bisa mengubah pola perilaku masyarakat Sulawesi Tengah untuk mengonsumsi ikan," ujar Tenny.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulteng dalam Buku Peta Potensi Peluang Usaha dan Investasi Kelautan Perikanan tahun 2018 Mencatat sebanyak 69.476 nelayan yang ada di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah pada tahun 2018.

Dari jumlah 69.476 nelayan yang tersebar di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala sebagai nelayan terbanyak di Sulawesi Tengah, dengan jumlah 18.539 nelayan, disusul Kabupaten Banggai dengan 7.715 nelayan dan Kabupaten Parigi Moutong dengan jumlah 7.710 nelayan.

DKP juga menguraikan potensi perikanan di Sulteng meliputi berbagai jenis ikan laut ekonomis seperti ikan pelagis besar (tuna, cakalang dan tongkol), ikan pelagis kecil (layang, selar, teri, tembang dan kembung) dan non ikan seperti udang windu, rajungan, jenis udang lain, tiram, cumi-cumi, sotong dan teripang.

Baca juga: Buteng, Bombana, Busel 3 Tertinggi Angka Stunting di Sulawesi Tenggara, Wagub-BKKBN Minta Penurunan

Kondisi ini menjadikan satu keunggulan bagi Sulawesi Tengah untuk memenuhi kebutuhan gizi protein hewani keluarga khususnya kepada sasaran percepatan penurunan stunting seperti remaja, calon pengantin, ibu hami, ibu menyusui dan bayi usia 2 hingga 5 tahun.

Selain itu, Tenny mengungkapkan bahwa hal tersebut sekaligus menjadi tantangan pemerintah dalam memastikan masyarakat mengonsumsi ikan.

"Konsumsi ikan bagi masyarakat bisa ditingkatkan agar nanti anak-anak atau generasi di Sulawesi Tengah bisa mendapat asupan protein hewan yang tinggi sehingga bisa meningkatkan sumber daya manusia di Sulawesi Tengah," ujar Tenny.

Ia berharap potret stunting di Sulawesi Tengah yang masih tinggi berdasarkan data SSGI 2022 yakni 28.2 persen bisa dikoreksi dengan pemanfaatan sumber daya perairan Sulawesi Tengah seperti ikan yang sudah terbukti efektif mengatasi permasalahan gizi.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved