Video Viral
Konspirasi Latto-latto Viral di Twitter Direspon Kocak Netizen, Simak Faktanya
Konspirasi latto-latto kini ramai jadi perbincangan di Twitter. Mainan viral tersebut merupakan konspirasi dari remason dan illuminati. Benarkah?
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Kita bisa melihat fenomena mainan anak latto-latto ini di sudut-sudut kota, lorong-lorong komplek, ataupun di pedesaan.
Tak terkecuali di Kota Kendari.
Bahkan banyak anak-anak yang begitu antusias hanya untuk membeli latto-latto ini.
Seperti apa itu latto-latto?
Untuk diketahui, saat ini mainan anak latto-latto tengah menjadi fenomena yang kerap ditemui di anak-anak Sulawesi.
Baik di Sulawesi Selatan ataupun di Sulawesi Tenggara.
Permainan ini seperti dua bola yang dikaitkan pada seutas tali.
Anak-anak akan memainkannya dengan sebelah tangan yang ditarik naik ke atas.
Dari ketukan tersebut akan menghasilkan bunyi tak tok tak tok.
Bahkan ada pula yang begitu lincah bermain latto-latto.
Ketukannya yang senada membuat anak-anak begitu semangat bermain latto-latto.
Di Kota Kendari, masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah katto-katto.
Kedua istilah ini merupakan bahasa daerah yang berarti benda menimbulkan bunyi ketukan.
Untuk mendapatkan permainan latto-latto ini bisa dengan membelinya di abang-abang.
Baca juga: Viral Ada Game Latto-latto Download Gratis di Play Store, Netizen Beri Saran, Hingga Cara Mainnya
Bahkan sudah tersedia di platform penjualan online mulai dengan harga Rp 5 ribuan.
Banyak pula toko online yang menjajakan dagangan mainan ini dengan kata kunci "latto-latto viral".
Namun tahukah anda bahwa latto-latto sudah ada sejak tahun 1960-an.
Suara permainan asal Amerika Serikat yang disebut Click Clacks atau Clackers Balls toy.
Bentuknya begitu mirip namun yang membedakan hanya bahan mainan itu sendiri.
Kalau versi Amerika Serikat mainan anak tersebut nampak menggunakan tali yang cukup tebal.
Namun, di Indonesia mainan tersebut menggunakan tali sedikit tipis.
Meski demikian, cara permainannya pun sama.
Dengan menggerak-gerakkan tangan sampai akhirnya mainan latto-latto itu bisa menimbulkan bunyi.
Bahkan jika mahir bisa membunyikan latto-latto dengan berbagai macam gaya.
Pernah Memakan Korban Hingga Produksi Dihentikan
Dilansir dari Wikipedia, Clackers diambil dari pasar di Amerika Serikat dan Kanada ketika laporan keluar dari anak-anak yang terluka saat bermain dengan mereka.
Cukup berat dan bergerak cepat, dan terbuat dari plastik akrilik keras, bola kadang-kadang pecah saat saling bertabrakan.
Versi Clackers yang didesain ulang menikmati kebangkitan di tahun 1990-an.
Baca juga: Video Viral Konten Kreator Kreatif Bikin Mainan Latto-latto Dari Deodoran Trending YouTube Shorts
Desain baru menggunakan plastik modern yang tidak akan pecah dan dua segitiga berlawanan yang berayun bebas yang dipasang pada pegangan, dengan bola pemberat di ujungnya.
Mereka sering dijual dalam warna neon cerah sebagai mainan anak pembuat kebisingan atau bantuan pesta.
Pada 2017, bentuk asli mainan itu dihidupkan kembali di Mesir dan mendapat publisitas di kalangan anak sekolah.
Dibuatkan Konten Parodi
Sejumlah selebgram merespon fenomena latto-latto ini.
Bahkan banyak di TikTok berseliweran dengan konten latto-latto.
Salah satunya akun TikTok @bambangmosaja_ yang kerap mengunggah sosok Arnold, bocah asal Makassar doyan main latto-latto.
Video nya pun viral di media sosial hingga ditonton berjuta-juta kali.
Arnold merupakan bocah lorong di Kota Makassar yang begitu sering main latto-latto.
Bahkan Arnold disebut sebagai ahlinya latto-latto atau pemain handal.
Bagaimana tidak, Arnold bisa memainkan latto-latto dengan gayanya sendiri.
Ia bahkan memiliki trik tersendiri untuk bermain latto-latto.
Arnold juga memiliki koleksi latto-latto yang begitu banyak.
Setiap kali keluar bermain, dirinya akan membawa latto-latto kemanapun pergi.
Jika Anda membuka TikTok dan menulis nama Arnold maka akan muncul beragam kata kunci tentang bocah ini.
Mulai dari 'Arnold main latto-latto', 'Arnold latto Makassar', ataupun 'Arnold latto viral'.(*)
(TribunnewsSultra.com/Desi Triana/Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.