Berita Kendari
Kasus DBD di Kendari Sultra Banyak Ditemukan pada Anak-anak, Warga Diminta Lebih Waspada
Masyarakat Kota Kendari perlu waspada, penyakit ini mengintai anak-anak, lebih mengkhawatirkan dari Covid-19, yakni penyakit itu adalah DBD.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Masyarakat Kota Kendari perlu waspada, penyakit ini mengintai anak-anak, lebih mengkhawatirkan dari Covid-19.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kendari, Ellfi mengatakan penyakit ini memiliki jumlah kematian yang tinggi dari Covid-19.
Bahkan penyakit ini terdata hampir setiap tahun terjadi di Kota Kendari, bahkan menimbulkan korban jiwa jika terlambat mendapatkan penanganan.
Ellfi mengatakan penyakit itu adalah demam berdarah dengue atau DBD, yakni penyakit yang disebabkan virus dengue dan mudah menular lewat nyamuk Aedes Aegypti.
Baca juga: Guru Honorer TK di Kendari Dihadiahi Umrah Gratis Usai Menang Undian dari Bakal Calon Wali Kota
Ellfi menjelaskan jika kasus DBD di Kota Kendari selama tahun 2022 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Sepanjang 2022 kasus DBD sebanyak 230 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 6 kasus.
"Tapi kan kebanyakan masyarakat hanya berkurat pada Covid-19, sebenarnya ada yang lebih mengkhawatirkan daripada Covid-19 yaitu DBD," kata Ellfi saat ditemui ditemui kerjanya, Senin (2/12/2023).
"Tingkat kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika dibandingkan dengan Covid-19, fatalitiy rate nya tentu lebih tinggi DBD.
"Karena pembandingnya melihat jumlah kasus DBD berapa, Covid-19 berapa dan jumlah kematiannya," imbuhnya.
Sementara kasus kematian akibat DBD dibandingkan jumlah kasus yang ada di 2022 juga meningkat dari tahun 2021 lalu.
Di mana pada 2021 lalu kasus meninggal mencapai 1,6 persen dari total kasus dan di tahun 2022 mencapai 2,6 persen.
"Artinya lebih banyak kasus meninggal di tahun ini dibandingkan tahun yang lalu. 2020 hanya 6 kasus, 2021 4 kasus dan 2022 kembali 6 kasus," jelasnya.
Kata dia, jumlah kasus DBD di Kota Kendari, lebih banyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu sebanyak 56 kasus, disusul Puskesmas Lepo-lepo 33 kasus kemudian Puskesmas Jati Raya sebanyak 27 kasus.
Baca juga: Hasil Survei Pilwali Kendari 2024 Calon Wakil Wali Kota Elektabilitas Teratas: Sulolipu, Giona, SKI
Sementara kasus kematian paling banyak di Kecamatan Wua-Wua wilayah kerja Puskesmas Wua-Wua dan Puskesmas Puuwatu masing-masing sebanyak 2 kasus.
Puskesmas Jati Raya dan Puskesmas Kemaraya masing-masing 1 kasus kematian.
Meski demikian masih ada beberapa wilayah di Kota Kendari yang masih bebas kasus DBD, seperti di wilayah kerja Puskesmas Benu-benua, Puskesmas Abeli dan Puskesmas Nambo.
Ellfi menjelaskan semua kasus kematian di 2022 ini diakibatkan karena keterlambatan penanganan ke fasilitas pelayanan kesehatan selanjutnya atau rujukan.
Menurutnya masih banyak masyarakat tidak menyadari gejala ketika terkena DBD atau kebanyakan anak yang mengalami DBD, hingga terlambat membawa ke fasilitas kesehatan dengan kondisi sudah shock berat.
Akibatnya, dengan keterlambatan penanganan itu mengakibatkan si pasien meninggal.
"Ketika sudah didiagnosa DBD, seharusnya dirawat di rumah sakit menjalani penanganan untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darahnya," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya terus mengimbau warga untuk tetap menerapkan dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.
Termasuk segera datang ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ketika mengalami gejala demam.
"Apalagi di musim pancaroba ini, jika mengalami gejala demam sebaiknya tidak membiarkan kejadian ini di rumah."
"Apalagi jika demamnya sudah lebih dari 3 hari, untuk memastikan jangan sampai memang ada indikasi yang mengarah ke penyakit DBD," tutupnya.
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.