Berita Kendari
Kisah Guru Honorer di Kendari Mengabdi Selama 11 Tahun, Bagi Tips Jalani Pekerjaan dengan Tulus
Inilah kisah guru honorer di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengabdi selama 11 tahun, bagi tips jalani pekerjaan dengan tulus.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah kisah guru honorer di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengabdi selama 11 tahun, bagi tips jalani pekerjaan dengan tulus.
Seorang guru honorer bernama Laurensius Pigang merupakan guru Agama Katolik di SDN 9 Kendari, Provinsi Sultra.
Di sekolah, ia juga dipercayakan menjadi guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK), serta kegiatan ekstrakulikuler.
Laurensius Pigang menekuni tugasnya sebagai seorang guru sejak 2011.
Menurutnya, guru memiliki tugas mulia untuk membantu, mendidik dan mencerdaskan anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa.
Baca juga: Kisah Atlit Tinju Perempuan di Sulawesi Tenggara, dari Mimpi Jadi Tentara hingga Naik Ring Tinju
Tak pernah ia merenung nasibnya sebagai guru honorer, yang notabene tentu berbeda dengan nasib guru yang sudah terangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Namun, menurutnya itu bukan menjadi penghalang untuk dirinya melakukan tugas utama sebagai guru.
Sebab, kata dia, pekerjaan apapun jika dijalani dengan hati yang ikhlas, maka tidak akan menjadi beban bagi diri sendiri.
"Saya sampai bertahan seperti ini karena sebagai guru agama memang tugas kita untuk menyelamatkan orang, utamanya anak didik kita," ujarnya usai mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN), di Lapangan Balai Kota Kendari, Jumat (25/11/2022).
"Karena mereka adalah kader sekaligus akan menjadi tulang punggung bangsa kita, makanya kita harus kerja dengan ikhlas supaya apa yang kita cita-citakan atau yang dicita-citakan oleh bangsa ini bisa terlaksana," tambahnya.
Baca juga: Kisah IPDA M Muhdin, Polisi Bangunkan Rumah Warga Tak Mampu hingga Bantu Anak Penderita Gizi Buruk
Selain itu, Laurensius mengatakan jika berpikir soal harta atau pendapatan, maka tujuan utama menyelamatkan anak didik itu tidak akan tercapai.
Tetapi bukan berarti pendapatan diabaikan, menurutnya soal pendapatan masih ada peluang lain yang bisa dilakukan.
Termasuk harus menerima sesuai porsi dan tupoksi, serta tidak membanding-bandingkan dengan yang sudah PNS dan PPPK.
"Harus berimbang antara karya dan pendapatan kita, apa yang kita perbuat pasti ada sesuatu yang kita dapatkan," jelasnya.
Ia mengaku selama ini pemerintah cukup membantu para guru honorer.
Baca juga: Kisah Tukang Sol Sepatu di Kendari Sultra, 17 Tahun Mengais Rezeki, Berhasil Sarjanakan Dua Anaknya