Berita Sulawesi Tenggara
TPID Sultra Gelar Studi Banding Penanganan Inflasi, Kunjungi Klaster Telur Ayam di Blitar
Saat ini pihak dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tenggara (Sultra) studi banding ke Jawa Timur dan Blitar.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tenggara (Sultra) studi banding ke Jawa Timur dan Blitar.
Studi banding berlangsung 2-3 November 2022, hal itu sebagai upaya akseleratif penanganan inflasi di daerah.
Latar belakang TPID Sultra studi banding di Jawa Timur dan Blitar,karena kedua daerah ini mempunyai program-program unggul dalam pengendalian inflasi.
Kepala Perwakilan BI Sultra, Doni Septadijaya mengatakan hal ini dilakukan untuk memahami lebih lanjut program pengendalian inflasi TPID Jawa Timur.
Baca juga: UMP Sultra 2023 Ditetapkan 21 November 2022, Disnakertrans Sulawesi Tenggara Masih Tunggu Data BPS
"Karena dinilai mampu memanfaatkan alokasi anggaran pengendalian inflasi dengan bekerja sama dengan BUMD secara efektif,"katanya beberapa waktu lalu.
Lanjutnya, kemudian TPID Kabupaten Blitar juga dinilai mampu mengendalikan inflasi melalui alokasi anggarannya.
Hal itu ditunjukkan TPID daerah tersebut berhasil memperoleh TPID Award 2021 sebagai salah satu Kabupaten/Kota berprestasi melalui program ketahanan pangan pada komoditas telur ayam ras.
Selain itu, pada kegiatan dimaksud juga dilakukan kunjungan ke Klaster Telur Ayam Kabupaten Blitar.
"Itu dilakukan untuk memahami best practice proses bisnis Klaster Telur Ayam dari hulu hingga hilir yang potensial untuk diadopsi di Sulawesi Tenggara,"katanya.
Doni menambahkan sebagai tindak lanjut konkret Studi Banding dimaksud, maka setelah pelaksanaan kegiatan dimaksud akan dilaksanakan diskusi terbuka.
Baca juga: Progres Peleburan PD BPR Bahteramas, Pemprov Sulawesi Tenggara Telah Usulkan Draft Proposal ke OJK
Diskusi itu dilakukan dengan beberapa OPD anggota TPID terkait optimalisasi penggunaan alokasi anggaran oleh Pemerintah Pusat untuk pengendalian inflasi daerah.
"Serta diskusi terbuka terkait isu pemenuhan stok komoditas beras dan bawang merah menjelang akhir tahun,"katanya.
Melalui berbagai kegiatan tersebut, TPID se-Sultra akan hadir terdepan dalam merespon inflasi daerah melalui berbagai program yang akseleratif dan sinergis..
"Ke depan, dengan komitmen yang dibarengi dengan langkah yang strategis dan inovatif, maka diharapkan TPID Provinsi Sulawesi Tenggara dapat menjadi salah satu pemenang TPID Award 2022,"tuturnya.
Ia menjelaskan berdasarkan data inflasi Sultra per 1 Oktober 2022 mencapai 6,23 persen (ytd).
Hal itu banyak didorong oleh kenaikan harga komoditas dari komponen administered price atau harga yang diatur pemerintah, seperti bensin dan angkutan udara.
"Capaian inflasi dimaksud sudah berada di atas target inflasi tahunan tahun 2022, sehingga perlu menjadi perhatian bersama,"imbuhnya.
Baca juga: BKKBN Rekonsiliasi Data Keluarga Berisiko Stunting Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2022
Sementara itu, komponen volatile food saat ini juga mendorong inflasi yang lebih tinggi dengan catatan inflasi sebesar 1,87 persen (ytd), didorong komoditas pangan seperti bawang merah dan telur.
Menindaklanjuti sumbangan inflasi administered price yang tinggi, demi menjaga daya beli masyarakat.
"Pemprov Sultra didukung pemerintah pusat melalui berbagai alokasi dana pengendalian inflasi, terus berupaya untuk dapat melakukan realokasi subsidi BBM melalui berbagai bantuan sosial dengan tata kelola yang baik,"katanya.
Sementara itu, dalam menangani inflasi komponen Volatile Food, diperlukan berbagai upaya pengendalian harga sesuai dengan strategi 4K.
Melalui kerangka Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Pemprov Sultra beserta Bank Indonesia telah melakukan strategi pengembangan komoditas strategis seperti telur ayam ras dan bawang merah.
(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)