Adian Napitupulu Soal NasDem dan Anies Baswedan, Mulai dari Keputusan hingga Ramalan Koalisi
Adian Napitupulu mengomentari soal Partai NasDem dan Anies Baswedan, mulai dari terburu-buru hingga ramalan koalisi di masa depan.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Anies Baswedan menjadi topik utama politik di Indonesia, setelah Partai Nasional Demokrat (NasDem) mengusungkannya sebagai bakal calon presiden (capres).
Topik hangat itu menjadi pembicaraan pada talk show yang dipandu oleh Karni Ilyas baru-baru ini.
Dalam ancara Indonesia Lawyers Club tersebut, Adian Napitupulu menjadi salah satu bintang tamu.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu membahas soal pertanyaan publik terkait penetapan bakal capres.
Juga mengulik tentang Partai NasDem yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Baca juga: Ali Mazi Siap Menangkan Anies Baswedan Pilpres 2024 di Sultra, Sebut Kalau Mau Bagus Pilih Dia
"Dari perjalanan pembicaraan kita tadi Pak Karni (Ilyas), terus terang saya semakin bangga menjadi kader PDIP," ujar Adian Napitupulu membuka penyataannya, sebagaimana dikutip TribunnewsSultra.com dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada 7 Oktober 2022.
"Karena kenapa, disitu (PDIP) kami diajarkan tentang kesabaran. Di situ kami diajarkan bagaimana bertimbang-timbang tentnag kepentingan rakyat yang lebih besar dan ambisi kekuasaan," sambungny.
"Di situ kami diajarkan mencermati persoalan-persoalan rakyat pasca pandemi, dibandingkan persoalan-persoalan pribadi," tambahnya.
"Kebagaan itu kemudian bertambah lagi ketika kemudian PSI (Partai Solidaritas Indonesia) mencalonkan salah satu kader kami, walaupun sebenarnya secara etik kayanya kurang sopan," tandsanya.
Adian mengakui bahwa aksi PSI mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres adalah hak demokrasi.
Namun ia menilai PSI kurang sopan dalam berpolitik.
"Ngak apa-apa, PSI inikan partai baru, dia harus banyak belajar tentunya terkait (etika) itu," tutur Adian.
Belum Ada yang Pasti
Adian Napitupulu juga membicarakan riuh koalisi partai yang telah mengumumkan capresnya, termasuk Anies Baswedan oleh Partai NasDem bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurutnya, koalisia pengusung Anies tersebut belum pasti.
"Apakah kemudian Anies pasti didukung oleh Demokrat? Belum tentu," tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa kemesraan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) belum pasti berlangsung hingga masa kampanye dan hari H pengusungan capres.
"Jadi sebenarnya kita sedang membicarakan ketidak pastian," tegasnya.
Baca juga: NasDem Sulawesi Tenggara Siap Sosialisasikan Pemenangan Anies Baswedan Capres 2024 di Sultra
Serta meragukan bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies Baswedan.
Menurutnya, tak ada yang menjamin hal tersebut karena banyak yang harus dihitung diluar daripada elektabilitas dan popularitas.
"Yang harus dihitung dalam Pilpres (adalah) finansialnya. Dihitung bareng-bareng juga tuh," paparnya.
"Biasanya kalau soal duit nih, gampang pecahnya nih," sambungnya.
"Begitu yang sana, kan kami calonkan AHY misalkan, masa Demokrat cuman sekian. Sementara biaya Pilpres sangat besar," tandasnya.
Terburu-buru
Hal lain yang menjadi sorotan Adian Napitupulu adalah keputusan buru-buru.
Menurutnya, segala sesuatu yang terburu-buru tak akan bagus bagi orang lain dan diri sendiri.
"Kenapa? karena apaa yang harus dikejar seperti yang dibilang Ferry (Juliantono) tadi, masih satu tahun," katanya.
Ia menegaskan bahwa masih banyak hal lain yang lebih bermanfaat dikerjakan daripada bakal capres.
"Untuk yang selama ini kita sampaikan untuk rakyat, kepentingan bangsa, kalau begitu sabarlah, dan ini yang saya dapatkan dari PDIP, kami sabar," akunya.
Adian juga berbicara soal organisasi yang bisa melahirkan pemimpinnya sendiri.
Itu seolah-olah mengambarkan kemunculan Anies sebagai capres merupakan petanda bahwa Partai NasDem tak mampu melahirkan pemimpinnya sendiri.
"Tidak perlu mengambil dari pemimpin lain," ujarnya.
"Kami punya banyak sekali stok calon pemimpin. Ada Mbak Puan (Maharani), Ganjar (Pranowo), Mbak Risma (Tri Rismaharini)," sambungnya.
"Dan itu menjadi kebanggaan tersendiri buat saya bahwa memang partai (PDIP) ini memproduksi calon-calon pemimpin," tandasnya.
Koalisi Mulai Berubah
Adian Napitupulu juga meruncingkan pernyataan soal ketidak pastian koalisi partai.
Ia mencontohkan perubahan sikap yang terjadi pada "Koalisi Semut Merah".
"Kemarin kita sempat dengar ada koalisi semut merah. Dari koalisi semut merah itu sebagian ikut ke NasDem berikut hari, sebagaian ikut ke Gerindra," bebernya.
Pernyataan ini seolah telah menegaskan bahwa peta koalisi saat ini masih akan berubah.
"Bisa tidak nanti berubah lagi komposisinya? Mungkin. Mungkin ngak kemudian Demokrat yang ke Gerindera, PKB yang ke NasDem? Sangat mungkin," sambungnya.
"Dan maksud saya, di 400 hari lebih itu akan ada banyak sekali dinamika, akan ada banyak sekali tantangan, persoalan, yang kemudian membuat koalisi - sebenarnya belum menjadi kualisi ini - berubah-berubah," tandasnya.
Partai Sombong?
Adian juga menjawab pertanyaan publik mengenai respon PDIP yang tenang-tenang saja saat situsi semakin riuh.
"Mungkin ya Bang Karni, kalau dibilang kita tenang-tenang saja, ya memang berpolitik harus tengah," katanya.
Ia lantas membantah bahwa ketenangan PDIP adalah ekspresi kesombongan.
Bagaimanapun PDIP merupakan partai yang bisa mengusungkan calon presiden tanpa koalisi.
Mereka memenuhi syarat ambang batas 20 persen.
Adian menjelaskan, PDIP membuka diri untuk koalisi dengan partai lain yang sevisi.
"Penyataan Sekjen (PDIP) yang mengatakan bahwa kami terbuka untuk koalisi dengan partai yang lain, selama memang punya kesamaan visi dan sebagaianya, itu juga tidak membuat kami menjadi partai yang sombong," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa PDIP belum membicarakan solah capres karena belum waktunya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)