Tangis Brigadir Joshua Pecah Saat Pamit Pergi Selama-lamanya, Bharada E Ungkap Sempat Tertawa Bareng

Terungkap Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Joshua atau Brigadir J menangis saat pamit pergi untuk selama-lamanya.

Penulis: Risno Mawandili | Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Terungkap Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Joshua atau Brigadir J menangis saat pamit pergi untuk selama-lamanya. Tangis Brigadir Yosua, sapaan akrabnya, itu pecah saat melakukan panggilan video (video call) bersama sang pacar Vera Simanjuntak sebelum penembakan yang menewaskannya. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Terungkap Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Joshua atau Brigadir J menangis saat pamit pergi untuk selama-lamanya.

Tangis Brigadir Yosua, sapaan akrabnya, itu pecah saat melakukan panggilan video (video call) bersama sang pacar Vera Simanjuntak sebelum penembakan yang menewaskannya.

Sedangkan, berita terbaru Brigadir Joshua mengungkap pengakuan Bharada E atau Bharada Eliezer dan ajudan Kadiv Propam Polri non-aktif Irjen Pol Ferdy Sambo sebelum peristiwa baku tembak itu.

Ajudan Irjen Ferdy Sambo dan istri Ferdy Sambo menyatakan mereka masih tertawa-tawa sebelum kasus penembakan tersebut.

Update terkait detik-detik terakhir sebelum Brigadir J tewas ditembak oleh Bharada E tersebut kini menjadi sorotan publik.

Menyusul beredarnya unggahan tangkapan layar atau screenshot video call WhatsApp antara Brigadir Joshua dan pacarnya yang kini viral di media sosial (medsos).

Foto tersebut diunggah Ketua Tim Advokat Pembela Hukum dan Keadilan Keluarga Almarhum Brigadir Polisi Nopriansyah Yoshua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak, pada Rabu (27/06/2022).

Berdasarkan pantauan TribunnewsSultra.com, Kamis (28/07/2022), foto viral yang diunggah akun Facebook Kamaruddin Hendra Simanjuntak itu menampilkan foto diduga Brigadir Joshua.

Foto screehshot tersebut saat almarhum melakukan video call dengan pacarnya Vera Simanjuntak.

Foto viral tersebut memperlihatkan Brigadir J tengah berbaring di atas matrass putih dengan mimik muka ketakutan dan menangis.

Sedangkan, pada foto kecil screenshot tersebut terlihat wajah Vera dengan mata yang juga terlihat sembab.

Kamaruddin Simanjuntak pun memberikan catatan (noted) keterangan foto mendiang Brigadir Yosua tersebut.

Foto itu disebutkan adalah momen saat almarhum ajudan Irjen Ferdy Sambo sekaligus sopir istri Ferdy Sambo itu pamit sekaligus memohon maaf.

Dalam momen tersebut, dia juga meminta pacarnya untuk mencari pria lain sebagai pengganti dirinya.

Sekaligus menjelaskan bahwa dia akan pergi untuk selama-lamanya.

“Noted: Keterangan Poto Alm. Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat, Ketika Alm : Pamitan & Memohon Maaf serta Meminta Mencari "pria lain" Sebagai Pengganti Dirinya,” tulis Facebook Kamaruddin Hendra Simanjuntak menyertai unggahan foto itu.

“Sekaligus Menjelaskan Bahwa Dia Akan Pergi Untuk Selamanya, Karena "AKan Dibunuh Oleh Para Squad Lama Yang Pada Kurang Ajar.. !" Demikian,” lanjutnya.

Dalam keterangan menyertai unggahan foto viral itu, Kamaruddin Simanjuntak, juga mendukung agar hasil autopsi dan visum et repertum almarhum Brigadir Yosua segera diumumkan sekarang.

“Dukung ‘Hasil Autopsi dan Visum Et Repertum Alm. Brigadir Polisi Nopriansyah Yoshua Hutabarat’ segera diumumkan sekarang juga secara terbuka, obyektif dan transfaran, sesuai amanat Presiden RI, demi kepastian hukum, keadilan dan kemamfaatannya,” tulisnya.

“Dukung Jenazah Alm. Brigadir Polisi Nopriansyah Yoshua Hutabarat untuk dimakamkan sekarang secara kedinasan.
Mari tolak, alasan ‘kurang persyaratan administrasi’,” lanjutnya menyertai unggahan foto viral tersebut.

Baca juga: Terungkap Sosok Bharada E Sebenarnya, Nama Lengkap, Asal, hingga Kelebihan Ajudan Irjen Ferdy Sambo

Kamaruddin pada akun Facebook Kamaruddin Hendra Simanjuntak bersama Kamaruddin Simanjuntak tersebut juga menandai lokasi di Rumah Sakit Umum Sungai Bahar.

Mengaku Punya Saksi

Kamaruddin Simanjuntak mengatakan dirinya juga memiliki bukti rekaman elektronik terkait adanya ancaman terhadap Brigadir J sebelum peristiwa penembakan yang menewaskannya itu.

“Ada saksi yang sangat spektakuler. Saksi ini menyimpan rekaman elektronik di dalam rekaman elektronik ini ada ancaman pembunuhan dari bulan Juni 2022," kata Kamaruddin.

“Ancaman pembunuhan itu terus berlanjut hingga akhir tanggal 7 Juli 2022," jelasnya menambahkan.

Menurut Kamaruddin, Brigadir J sempat menyampaikan salam perpisahan kepada orang yang menjadi tempatnya bercerita (curhat) terkait adanya ancaman pembunuhan terhadap dirinya ini.

Namun, Kamaruddin masih merahasiakan sosok teman curhat Brigadir J tersebut dengan pertimbangan faktor keselamatan.

"Ancamannya adalah kata-katanya begini 'kalau dia berani naik ke atas dihabisi dia, dibunuh dia' begitu. Dia itu maksudnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat," ungkapnya.

"Kalau kita kaitkan dengan terjadinya kemarin pembunuhan itu kan, kata Karopenmas terjadi di depan tangga. Berarti kalau analisanya, kan dia mau naik tangga makanya dibunuh,” jelas Kamaruddin.

“Itu kan analisa tapi saya nggak mau dulu mengatakan itu, yang saya paparkan itu fakta faktanya dulu. Kalau fakta kan tidak pernah berubah,” ujarnya menambahkan.

Terungkap Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Joshua atau Brigadir J menangis saat pamit pergi untuk selama-lamanya. Tangis Brigadir Yosua, sapaan akrabnya, itu pecah saat melakukan panggilan video (video call) bersama sang pacar Vera Simanjuntak sebelum penembakan yang menewaskannya.
Terungkap Brigadir Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir Joshua atau Brigadir J menangis saat pamit pergi untuk selama-lamanya. Tangis Brigadir Yosua, sapaan akrabnya, itu pecah saat melakukan panggilan video (video call) bersama sang pacar Vera Simanjuntak sebelum penembakan yang menewaskannya. (kolase foto (handover))

Pengakuan Bharada E

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendapat sejumlah temuan menarik tentang mendiang Brigadir Polisi atau Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J alias Brigadir Yosua.

Temuan tersebut terutama terkait tentang apa dan bagaimana situasi Brigadir Joshua sebelum tewas pada 8 Juli 2022 lalu.

Berdasarkan keterangan resmi Mabes Polri sebelumnya disebutkan Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan Bharada E di kediaman dinas Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Komnas HAM telah meminta keterangan kepada para ajudan Irjen Ferdy Sambo yang berjumlah enam orang selama enam jam, pada Selasa lalu (26/7/2022).

Bharada E, ajudan Ferdy Sambo yang menembak Brigadir Yosua memberikan sejumlah pengakuan kepada Komnas HAM.

“Sebelum Jumat (hari kematian Brigadir J) kami tarik ke belakang, kami tanya semua apa yang terjadi, bagaimana peristiwanya, bahkan kondisinya kayak apa, itu salah satu yang penting,” kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

“Misalnya begini, kondisinya bercanda-canda tertawa atau tegang, itu kami tanya,” jelasnya menambahkan saat jumpa pers di Kantor Komnas HAM.

Choirul Anam menjelaskan, para ajudan Irjen Ferdy Sambo yang diperiksa menyatakan kalau mereka masih tertawa-tawa saat itu.
Rentang waktunya bahkan sangat dekat dengan insiden penembakan tersebut.

“Beberapa orang yang ikut dalam forum (perkumpulan) itu ngomongnya memang tertawa. Itu yang kami tanya. Jadi kami lihat spektrum bagaimana kondisinya,” ujar Choirul Anam.

Baca juga: ‘Ibu Putri, di Mana Kau Ibu’ Tangis Ibunda Brigadir J Sebut Irjen Ferdy Sambo dan Istri Saat Autopsi

Sayangnya, Choirul Anam tidak menjelaskan secara detail topik apa yang sedang dibahas para ajudan sehingga membuat mereka tertawa.

Menurut Choirul Anam, kondisi saat itu sangat rukun dan santai, tidak timbul ketegangan apapun.

“Soal tertawa kita tanya, ini kondisinya (ada) tekanan atau nggak dan sebagainya, (dijawab) bagaimana tekanan, orang tertawa-tawa kok. Itu banyak yang ngomong demikian,” katanya.

Dalam pemeriksaan ajudan-ajudan Irjen Ferdy Sambo termasuk Bharada E, Choirul Anam, bilang Komnas HAM menerapkan mekanisme secara terpisah.

Mereka diperiksa secara sendiri-sendiri untuk mendapatkan keterangan yang sejujur-jujurnya dari masing-masing ajudan.

“Ini penting untuk melihat sesuatu yang kami dapatkan sendiri oleh Komnas HAM. Untuk melihat constrain waktu dan melihat konteks yang terjadi dalam constrain waktu itu, termasuk tadi yang saya bilang di awal soal tertawa, tertawa,” jelasnya.(*)

(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili, TribunJambi.com, Tribunnews.com, TribunManado.co.id)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved