Profil Apriyani Rahayu, Anak dari Desa di Sulawesi Tenggara yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30
Apriyani Rahayu kembali mengharumkan nama Indonesia, menjadi salah satu bagian dalam daftar 30 under 30 Asia dari Majalah Forbes.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Berikut profil Apriyani Rahayu, anak dari desa di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang masuk daftar Forbes 30 Under 30.
Apriyani Rahayu kembali mengharumkan nama Indonesia, menjadi salah satu bagian dalam daftar 30 under 30 Asia dari Majalah Forbes.
Atlet Bulu Tangkis yang lahir di Provinsi Sultra itu menjadi orang Indonesia yang masuk daftar bergengsi tersebut.
Namanya tercatat di Majalah Forbes berkat prestasinya di Olimpiade Tokyo 2020.
“Apriyani Rahayu mengukir sejarah di Olimpiade Tokyo 2020 dengan meraih emas di nomor ganda bulu tangkis bersama pasangannya Greysia Polii,”
“Membuat Indonesia menjadi negara kedua setelah China yang meraih kelima medali emas di cabang olahraga tersebut,”
“Apriyani bergabung dengan tim nasional pada tahun 2017 pada usia 19, dan dalam waktu enam bulan pasangan ini masuk ke peringkat 10 besar dunia dan saat ini peringkat 6,” tulis majalah Forbes di laman resminya, sebagaimana dilansir TribunnewsSultra.com dari SportFEAT.com.
Untuk diketahui, Apriyani Rahayu merupakan salah satu Ganda Putri Indonesia yang tak berhenti torehkan prestasi.
Baca juga: Profil Emmeril Kahn Mumtadz Anak Ridwan Kamil dan Atalia Praratya Hilang Terseret Arus Sungai Swiss
Ia baru-baru ini meraih medali emas emas di SEA Games 2021 bersama pasangan barunya Siti Fadia Silva.
Akan tetapi, Majalah Forbes tak mempertimbangkan masalah tersebut dalan memberikan penghargaan.
Melanikan dipilih karena telah meraih medali emas di Olimpiade Tokyo, bersama Greysia Polii.
Oleh Majalah Forbes, Apriyani masuk dalam kategori Entertaiment and Sports.
Selain Apriyani, nama artis asal Indonesia, Prilly Latuconsina juga mengisi kategori tersebut.
Sementara itu, nama pebulu tangkis tunggal putra nomor satu Singapura, Loh Kean Yew pun muncul.
Loh Kean Yew masuk kedalam 30 Under 30 Asia berkat prestasinya menjadi orang Singapura pertama yang mampu keluar sebagai kampiun Kejuaraan Dunia 2021.
Kala itu, Loh Kean Yew berhasil menaklukan Viktor Axelsen yang saat itu menjadi salah satu calon kuat juara. Kini Kean Yew masih bercokol di peringkat 10 dunia BWF.
Baca juga: Sea Games 2021: Atlet Bulutangkis asal Sultra Apriyani Rahayu Sumbang Emas Bersama Pasangannya Fadia
Anak dari Desa di Sulawesi Tenggara
Apriyani Rahayu merupakan anak yang lahir pad 29 April 1998 di Lawulo, sebauh desa di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Ia sudah memperlihatkan minat bulutangkis sejak kanak-kanak. Mulai memegang raket sejak usia 3 tahun.
Minat dan bakat Apriyani tersebut diturunkan dari sang ibu yang dulunya atlet bulutangkis.
Sang ibu, Sitti Djauhar, semasa hidup kerap mewakili dinas untuk bertanding.
“Dia pegang raket itu sejak masih kecil, baru usia 3 tahun. Kebetulan mamanya, almarhumah pemain bulu tangkis dan dulu biasa mewakili dinas bertanding,” kata ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin P.

Namun, kala itu, sang ibu memberikan Apriyani raket bekas.
“Makanya ada raket tapi mamanya tidak mau kasih raket yang bagus tapi raket bekas. Disambung-sambung itu raketnya,” jelas Amiruddin.
Menurut Amiruddin, sang putri memang sudah memperlihatkan talenta sejak kecil, sebelum masuk sekolah dasar.
“Boleh dikata, Apriyani belum lancar bicara sudah bermain bulu tangkis,” ujar Amiruddin.
Amiruddin mengatakan, saat kecil Apriyani sering bermain bulutangkis menggunakan raket yang dimiliki almarhum ibunya.
Baca juga: GOR Apriyani Rahayu Sultra Akan Ditutup Sementara, Dinas Cipta Karya Lanjutkan Pengerjaan Tahap II
Namun, dia menggunakan raket bekas tak layak pakai kala masih anak-anak.
“Belum bisa beli raket dulu, masih disambung-sambung (tali senar),” jelas Amiruddin.
Seiring berjalannya waktu minat dan potensi putrinya itu semakin kelihatan.
Mereka pun membelikan raket untuk Apriyani.
Tak sekadar raket, halaman rumah pun disulap menjadi lapangan bulutangkis seadanya.

Ikut Turnamen Pertama Pada Usia Dini
Dengan bakat dan potensi yang dimiliki putrinya itu, kata Amiruddin, Apriyani mulai mengikuti turnamen bulutangkis saat masih usia dini.
Sekitar tahun 2006, ada seorang guru yang mencari bibit atlet untuk mewakili kecamatan bertanding untuk tingkat Kabupaten Konawe.
“Alhamdulillah, ada temannya yang bilang 'ada teman ku, siapa namanya? Apriyani Rahayu' sudah mi dia suruh bawa raket,” ujar Amiruddin.
Kala itu, Apriyani kemudian dibawa ke sekolah untuk dilatih dan diuji oleh gurunya.
Gurunya pun menilai Apriyani layak mewakili kecamatan untuk turnamen tingkat kabupaten.
Baca juga: Belum Kelar, Pintu GOR Apriyani Rahayu Sudah Rusak, Dinas Cipta Karya Sultra Ungkap Pelakunya
Saat turnamen tingkat kabupaten itulah Apriyani menorehkan prestasi pertamanya di dunia bulutangkis.
Namun, itupun tak diraih Apriyani dengan mudah. Meski sudah menang di babak final, pertandingan yang sudah dimenangkan Apriyani diminta diulang lagi.
Menurut Amiruddin, saat Apriyani melaju ke final dan menang, beberapa pihak tak setuju dengan kemenangannya itu. Panitia kemudian memutuskan untuk melakukan pertandingan ulang.
Alhasil, Apriyani tetap memenangkan pertandingan final tingkat kabupaten tersebut.
“Tidak cukup seminggu dari situ, Apriyani selanjutnya ikut seleksi tingkat kabupaten,” kata Amiruddin.
Baca juga: Diganggu Cidera, Pasangan Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti Gagal Debut di Jerman Open
Seleksi tingkat kabupaten tersebut, kemudian menghantarkan Apriyani bertanding di tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Apriyani kala itu berhasil meraih juara dua tingkat Provinsi Sultra.
Keberhasilan itupun sempat meninggalkan cerita bagi Apriyani, begitupun sang ayah.
Menurut Amiruddin, saat itu ada pihak yang menawarkan kepada Apriyani agar mengalah sebelum pertandingan berlangsung.
Dengan iming-iming imbalan bakal dibelikan baju dan sepatu baru. Namun, Apriyani kecil menolak tawaran orang itu.

“Masih bisa dia belikan papah ku, saya mau ke Jakarta. Menangis dia,” kata Amiruddin mengutip perkataan Apriyani kala itu.
Prestasi demi prestasi selanjutnya ditorehkan Apriyani
Pada tahun berikutnya, Apriyani kemudian mengkuti Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Konawe Selatan (Konsel). Saat ikut Porda Konsel itu, Apriyani kembali menorehkan prestasi.
Tak hanya satu, tapi meraih beberapa gelar juara. Apriyani berhasil meraih tiga medali emas.
“Dia ambil medali emas semua, ditunggal putri, ganda campuran dan ganda putri. Itu medalinya masih ada disitu,” kata Amiruddin sambil menunjuk lemari koleksi medali dan piala milik Apriyani.
Semasa kecil, Apriyani Rahayu bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Lalosabila, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe.
Selanjutnya, bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Unaaha.
Baca juga: Pelakor Hati-hati Karena Hukuman Sudah Final, Kumpul Kebo Dihukum 6 Bulan Penjara dan Didenda
Saat Sekolah Menengah Atas (SMA), Apriyani sudah mulai fokus menjadi atlet bulutangkis dan berlatih di Kota Kendari.
Sehingga Apriyani mengikuti kelas belajar jarak jauh. Apriyani merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ia adalah satu-satunya anak perempuan dari empat saudaranya itu.
Dari Konawe Berangkat ke Jakarta
Dengan berbagai torehan prestasi yang dicatatkan di tingkat regional, Apriyani Rahayu pun dilirik.
Dia pun berangkat ke Jakarta untuk Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) dari Persatuan Bulu Tangkis Konawe Utara atau PB Konut.

“Beliau (Apriyani) dari Kabupaten Konawe. Beliau berhasil ke Jakarta masuk Pelatnas berangkat dari PB Konut,” kata Bupati Konawe Utara (Konut) Ruksamin dikonfirmasi secara terpisah.
Ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin P, bercerita saat akan berangkat pertama kali ke Jakarta, dirinya didatangi oleh dua pelatih Apriyani.
Meski terasa berat, Amiruddin dan istrinya kala itu akhirnya mengizinkan putrinya berangkat ke Jakarta. Mereka mendukung penuh putrinya meskipun harus terpisah jarak. “Mamanya bayangkan itu kita pergi antar di bandara, sampai di sini tiga kali pingsan dia ingat anaknya,” kata Amiruddin.
“Saya bilang kamu doakan saja, tidak ada lain. Jadi kerjanya itu kalau lagi duduk dia baca Yasin,” jelas Amiruddin menambahkan.
Momen duka pun dirasakan Apriyani Rayahu pada 10 November 2015 silam. Sang ibu yang selalu memberi dukungan berpulang untuk selama-lamanya.
Momen duka itupun diterima Apriyani saat tengah bertanding mewakili Indonesia. Kala itu, Apriyani sudah berada di lapangan untuk bertanding di Peru, Amerika Selatan.
Kabar duka kepergian sang ibu pun sempat menunda pertandingan itu untuk beberapa saat. Pelatih memberitahu wasit untuk mengabari Apriyani yang sedang bertanding jika ibunya sudah tiada.
“Terpaksa, dia (Apriyani) berdoa dulu baru masuk lapangan. Nanti kembali di Indonesia selesai pertandingan dua minggu kemudian baru pulang di sini (Konawe) baca-bacakan,” jelas Amiruddin.
Sumber: SportFEAT.com dan Tribunnews.com