Intelijen AS: Putin Bersiap Perpanjang Invasi Ukraina dan Masih Berniat Capai Tujuan di Luar Donbas
Intelijen Amerika Serikat menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin mencari tujuan di luar timur Ukraina dalam invasi yang kini masih berlangsung.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Wahid Nurdin
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Zelenskyu berkata:
“Jika pasukan kami (Ukraina) di Donbas tidak dapat mempertahankan posisi mereka, maka risiko serangan berulang terhadap Kyiv dan Oblast (provinsi) Kyiv hampir mungkin terjadi.”
Lebih lanjut, Haines menuturkan bahwa intelijen AS tidak melihat "jalur negosiasi yang layak ke depan setidaknya dalam jangka pendek".
“Sifat pertempuran yang tidak pasti, yang berkembang menjadi perang gesekan, dikombinasikan dengan kenyataan bahwa Putin menghadapi ketidakcocokan antara ambisinya dan kemampuan militer Rusia saat ini," jelas Haines.
Baca juga: Rusia Gelar Perayaan Hari Kemenangan 9 Mei di Tengah Kecaman Ukraina atas Pengeboman Sekolah
"Kemungkinan berarti beberapa bulan ke depan dapat melihat kita bergerak ke arah yang lebih tidak terduga dan berpotensi. lintasan eskalator,” sambungnya.
Haines juga memberikan penilaian terhadap postur nuklir Rusia.
Menurut Haines, retorika Moskow seputar kemungkinan penggunaan senjata nuklir dan uji coba rudal antarbenua baru-baru ini, dimaksudkan untuk “mencegah Amerika Serikat dan Barat dari meningkatkan bantuan mematikan ke Ukraina”.
“Kami, jika tidak, terus percaya bahwa Presiden Putin mungkin hanya akan mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika dia merasakan ancaman eksistensial terhadap negara atau rezim Rusia,” katanya.
Baca juga: Momen PM Kanada Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang saat Istri Joe Biden Kunjungi Ukraina
“Tetapi kami akan tetap waspada dalam memantau setiap aspek kekuatan nuklir strategis Rusia.” papar Haines.
Adapun Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan pada bulan Maret bahwa Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir dalam kasus "ancaman eksistensial".
Sementara itu, pada Selasa (10/5/2022), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menuduh Rusia meluncurkan serangan siber pada akhir Februari terhadap "jaringan komunikasi satelit komersial untuk mengganggu komando dan kontrol Ukraina selama invasi".
Blinken menyebut serangan itu memiliki efek “limpahan” di negara-negara Eropa lainnya.
Baca juga: Update Hari Ke-75 Perang: Bom Rusia Tewaskan 60 Warga Ukraina yang Berlindung di Sekolah
“Aktivitas tersebut menonaktifkan terminal aperture yang sangat kecil di Ukraina dan di seluruh Eropa,” sebut Blinken dalam sebuah pernyataan.
“Ini termasuk puluhan ribu terminal di luar Ukraina yang antara lain, mendukung turbin angin dan menyediakan layanan Internet untuk warga negara.” terang Blinken.
Blinken menambahkan bahwa AS dan sekutunya mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan diri dari apa yang disebutnya “tindakan Rusia yang tidak bertanggung jawab”.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)