Berita Sulawesi Tenggara
Polelei Tradisi Unik di Binongko Sultra saat Lebaran, Bersama-sama Berkunjung dari Rumah ke Rumah
Tradisi unik di Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko), Provinsi Sulawesi Tenggara saat perayaan Hari Raya Islam.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Tradisi unik di Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat perayaan Hari Raya Islam.
Tiap kali Lebaran baik itu Idulfitri maupun Iduladha, masyarakat di pulau ujung tenggara gugusan Kabupaten Wakatobi ini akan saling mengunjungi dari rumah ke rumah. Biasanya aktivitas ini dilakukan pada sore hari.
Aktivitas itu disebut dengan Polelei. Awalnya masyarakat akan berkumpul di suatu titik, kemudian berjalan bersama mengunjungi dan bersilaturahmi ke tiap rumah yang dilewati.
Seperti halnya yang dilakukan warga Binongko di Kelurahan Palahidu dan Kelurahan Rukuwa, pada Senin (2/5/2022) kemarin.
Mereka mengunjungi rumah ke rumah untuk saling bermaaf-maafan.
Baca juga: Wisata Pantai Nambo Kendari Mulai Dipadati Pengunjung H+1 Lebaran Idulfitri 2022
Pembina Budaya dan Sejarah Pulau Binongko, Jaudin, menjelaskan Polelei sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat Binongko, khususnya di Kelurahan Palahidu dan Rukuwa, sejak dulu.
"Paling menonjol di dua kelurahan ini, kita mulai dari Rukuwa sampai di ujung kampung Lontoi, selanjut menyebar ke kampung-kampung lainnya di Pulau Binongko ini," kata Jaudin kepada TribunnewsSultra.com, Selasa (3/5/2022).
Awalnya tradisi ini muncul di daerah pegunungan di Binongko, dengan menyajikan makanan berat seperti olahan daging sebagai hidangan bagi warga yang datang bersilaturahmi.
Namun, pada tahun 1980-an di bawah hidangan mulai berganti ke makanan ringan, beraneka ragam kue dan minuman dingin.
Kata dia, para warga juga menampilkan yang terbaik saat bersilaturahmi. Mulai dari bayi, anak kecil hingga para orangtua mengenakan pakaian terbaik mereka.
Baca juga: Perahu Angkut Pemudik Tabrakan di Kabupaten Muna, 3 Mahasiswa Jadi Korban, 2 Motor Tenggelam
Kemudian bersama-sama melakukan Polelei sambil berjalan kaki.
"Semuanya memakai baju yang bagus-bagus, bukan untuk pamer tapi sebagai rasa syukur dan menghargai satu sama lainnya," jelasnya.
Polelei saat ini hanya dilakukan sehari setelah salat ashar di hari pertama lebaran Idul fitri maupun Idul Adha.
Sedangkan dulu, Polelei bisa berlangsung selama tujuh hari atau sepekan, lantaran pemukiman warga yang berjauhan berada di pegunungan dan pesisir.
"Sekarang ini sehari saja sudah selesai, dulu sampai tujuh hari untuk berkunjung karena jauh sekali dari satu kampung ke kampung yang lain, apalagi ada yang dari gunung turun ke pesisir pantai," jelasnya.
