Idul Fitri 2022

Mengapa Awal Puasa Beda tapi Idul Fitri 1 Syawal Bisa Bersamaan? Simak Penjelasan Kemenag

Penetapan 1 Ramadhan 1443 H seringkali berbeda antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Editor: Ifa Nabila
freepik.com/rawpixel.com
Ilustrasi salat 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Penetapan 1 Ramadhan 1443 H seringkali berbeda antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Muhammadiyah menetapkan hari pertama Ramadhan pada 2 April 2022.

Sedangkan Kementerian Agama (Kemenag) pada 3 April 2022.

Lalu, mengapa penepatan 1 Syawal 1443 Hijriah atau Idul Fitri 2022 bisa bersamaan?

Baca juga: Cara Mengqadha atau Bayar Utang Puasa Jika Sudah Meninggal, Bisa Dilakukan Ahli Waris

Baca juga: Harga Minyak Goreng saat Lebaran di Alfamart dan Indomaret: Sania, Fortune, Sovia, Bimoli, Harumas

PP Muhammadiyah melalui Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 menetapkan 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022.

Sementara, Kementerian Agama telah memberikan sinyal bahwa Lebaran 2022 kemungkinan jatuh, Senin (2/5/2022), meski sidang isbat baru digelar Minggu (1/5/2022) petang.

Kemungkinan itu terjadi, karena secara hisab posisi hilal di Indonesia pada 1 Mei 2022 sudah memenuhi kriteria masuk bulan Syawal mengacu ketetapan baru MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) dalam menentukan awal bulan penanggalan Hijriah.

Baca juga: Jawaban Taqaballahu Minna Wa Minkum, Balasan yang Benar Jika Diberi Ucapan Idul Fitri

Kriteria baru MABIMS ini menetapkan, secara astronomis, hilal dapat teramati jika Bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.

Jika benar itu terjadi, maka umat Muslim di Indonesia akan merayakan Lebaran di hari yang sama, Senin (2/5/2022), meski berbeda dalam memulai Ramadhan 1443 H.

Dengan begitu, berdasarkan perhitungan PP Muhammadiyah, Ramadhan 1443 H terdiri dari 30 hari.

Sementara berdasarkan perhitungan pemerintah hanya terdiri dari 29 hari.

Lantas, bagaimana penjelasannya?

Penjelasan Kemenag

Terkait pertanyaan tersebut, Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Kamarudin Amin menjelaskan, bulan dalam kalender Hijriah bisa terdiri dari 29 atau 30 hari.

"Bulan Qamariyah kan bisa 30 bisa 29 hari," jelas Kamaruddin, dikutip dari Kompas.com, (26/4/2022).

Baca juga: 50 Link Twibbon Idul Fitri 2022 Disertai Ucapan, Cocok Dibagi di WhatsApp hingga Instagram

Sebagai contoh, Syakban yang datang sebelum bulan Ramadhan bisa digenapkan menjadi 30 hari apabila kondisi hilal penentu awal Ramadhan tidak terlihat secara kasat mata.

Terkait dengan keputusan Kemenag dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal 1443 H, semua mengacu pada kriteria ketinggian Bulan yang ditetapkan oleh MABIMS.

Pada 2 April 2022, posisi hilal teramati masih lebih rendah dari batas minimal yang ada, sehingga awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022.

"Perbedaan terjadi karena posisi hilal saat dilakukan rukyat yang berbeda. Saat penentuan awal Ramadhan posisi hilal masih di bawah kriteria MABIMS, sehingga pemerintah memutuskan puasa di hari berikutnya," jelasnya.

Sementara untuk hari Lebaran atau 1 Syawal 1443 H dimungkinkan akan jatuh di 2 Mei 2022 lantaran posisi hilal di 1 Mei 2022 telah memasuki ketinggian sesuai dengan kriteria MABIMS.

Perbedaan adalah hal yang wajar Guru Besar Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta Syamsul Bakri memberikan tanggapan mengenai perbedaan tersebut.

Dia mengatakan, hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar selama tidak kurang dari 29 hari atau lebih dari 30 hari.

"Jumlah hari di bulan Hijriah sudah tetap 29 atau 30. Hanya berbeda soal menentukan apakah malam ini sudah masuk bulan baru atau belum," terangnya. (Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Penjelasan Mengapa Awal Puasa Berbeda tapi Lebaran Bisa Bersamaan"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved