Update Kondisi Ukraina: Rusia Bom Sekolah yang Ditempati 400 Pengungsi hingga Rudal Hipersonik
Beginilah update terbaru kondisi Ukraina setelah menjadi sasaran invasi Rusia sejak 24 Februari 2022.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Beginilah update terbaru kondisi Ukraina setelah menjadi sasaran invasi Rusia sejak 24 Februari 2022.
Pasukan Rusia seperti tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menyerang Ukraina.
Pada Minggu (20/3/2022), Rusia mengebom sebuah sekolah yang ditempati 400 pengungsi di pelabuhan Mariupol yang terkepung.
Laporan itu disampaikan ketika Moskwa mengeklaim kembali menembakkan rudal hipersonik di Ukraina, penggunaan senjata generasi terbaru untuk keduanya kepada tetangganya.
Baca juga: PR Besar Ukraina setelah Rusia Akhiri Perang: Butuh Bertahun-tahun Jinakkan Bom yang Belum Meledak
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan Mariupol, sebuah pelabuhan strategis yang sebagian besar berbahasa Rusia di tenggara di mana utilitas dan komunikasi telah terputus selama berhari-hari, akan dianggap sebagai kejahatan perang.
Zelenskyy juga memperingatkan Rusia bahwa ribuan tentara mereka telah tewas dalam konflik tersebut.
Perang di Ukraina, yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari untuk membasmi kecenderungan pro-Barat di negara bekas Soviet itu, telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Hubungan antara Rusia dan Barat telah jatuh ke posisi terendah dari era Perang Dingin, dan mendatangkan malapetaka dalam ekonomi dunia yang masih belum pulih dari pandemi virus corona.
Baca juga: Apartemen Dihancurkan Rusia, Warga Ukraina Bertahan di Bawah Tanah tanpa Air, Listrik, dan Internet
“Pemimpin gila”
"Kemarin, penjajah Rusia menjatuhkan bom di sebuah sekolah seni No 12," kata dewan kota Mariupol pada aplikasi pesan Telegram pada Minggu (20/3/2022).
Dia menambahkan bahwa sekitar 400 wanita, anak-anak dan orang tua telah berlindung di sana dari pemboman.
"Warga sipil yang damai masih berada di bawah reruntuhan," katanya, seraya menambahkan bahwa bangunan itu telah hancur.
Pemerintah kota juga mengklaim bahwa beberapa penduduk Mariupol dibawa secara paksa ke Rusia dan paspor Ukraina mereka dilucuti.
"Para penjajah mengirim penduduk Mariupol ke kamp penyaringan, memeriksa telepon mereka dan menyita dokumen Ukraina (mereka)," kata Pavlo Kyrylenko, kepala administrasi regional Donetsk.
Dia menambahkan bahwa lebih dari 1.000 penduduk Mariupol telah dideportasi.
"Saya mengimbau masyarakat internasional: berikan tekanan pada Rusia dan pemimpinnya yang gila," katanya di Facebook.
Baca juga: Warga Ukraina Taruhan Nyawa, Dihadapkan Pilihan Tewas di Pengungsian atau Terbunuh Rusia saat Kabur
Perebutan sengit kota strategis
Pelabuhan Mariupol telah menjadi salah satu kota yang paling parah terkena dampak karena menempati posisi strategis utama.
Penguasaan kota ini akan menghubungkan semenanjung Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014, dengan wilayah timur separatis Donetsk dan Luhansk, yang berusaha memisahkan diri dan dikendalikan oleh pemberontak yang didukung Moskwa.
Ribuan warga sipil diperkirakan terperangkap di dalam kota, di mana komunikasi, air, listrik dan gas telah terputus.
Pada Sabtu (19/3/2022) Rusia mengatakan telah menembus pertahanan kota dan pasukannya berada di dalam.
Rabu lalu (16/3/2022), sebuah teater tempat lebih dari 1.000 orang berlindung dihantam, dengan ratusan orang masih dianggap hilang di antara puing-puing.
"Ini bukan lagi Mariupol, ini neraka," kata warga Tamara Kavunenko, 58 tahun.
"Jalan-jalan penuh dengan mayat warga sipil."
Dalam pesan video hariannya, Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan Mariupol "adalah teror yang akan diingat bahkan di abad berikutnya."
Presiden Ukraina, yang telah mendapatkan ketenaran dan kekaguman di seluruh dunia karena tetap tinggal di ibu kotanya dalam menghadapi serangan Rusia, memperingatkan rakyat Rusia bahwa sekitar 14.000 prajurit mereka telah tewas.
"Dan (jumlah) korban hanya akan terus meningkat," dia memperingatkan.
Penembakan acak
Dalam pembaruan intelijen pada Minggu (20/3/2022), Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia "telah meningkatkan penembakan acak di daerah perkotaan yang mengakibatkan kehancuran meluas dan sejumlah besar korban sipil".
Itu terjadi setelah kemajuan terbatas militer Rusia dalam merebut beberapa kota di Ukraina timur.
“Moskwa kemungkinan akan terus melakukannya untuk membatasi kerugiannya sendiri yang sudah cukup besar, dengan mengorbankan korban sipil lebih lanjut," katanya.
Negosiator Ukraina dan Rusia telah bertemu beberapa kali tetapi tidak berhasil.
Rusia ingin Ukraina melucuti senjata dan menolak semua aliansi Barat, khususnya untuk tidak bergabung dengan NATO atau mencari integrasi lebih dekat dengan Uni Eropa.
Namun langkah itu menurut Kyiv akan mengubahnya menjadi negara “budak” Moskwa. (Kompas.com/Bernadette Aderi Puspaningrum)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ukraina Terkini: Sekolah Seni Tempat Berlindung 400 Orang Dibom, Rusia Terus Gempur Mariupol"