Rusia Bakal Darurat Militer, Warga Berbondong-bondong Kabur: Tidak Ada Masa Depan di Rusia

Muncul kabar bahwa Rusia akan memberlakukan darurat militer pada Jumat (4/3/2022) setelah invasi ke Ukraina.

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Tangkapan Layar Kompas TV
Situasi terkini kota-kota besar di Ukraina setelah diserang oleh Rusia pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Muncul kabar bahwa Rusia akan memberlakukan darurat militer pada Jumat (4/3/2022).

Kabar itu membuat warga ketakutan dan khawatir akan masa depan mereka di negara pimpinan Vladimir Putin tersebut.

Sebagian warga memutuskan untuk angkat kaki dari Rusia dan berhijrah ke luar negeri.

Diberitakan TribunnewsSultra.com dari theguardian.com, Rusia bakal kehilangan banyak tenaga kerja yang mengancam masa depan negaranya.

Baca juga: Warga Rusia Kabur ke Luar Negeri saat Invasi Ukraina: Masa Depan Saya Direnggut, Segalanya Berubah

Hal ini disampaikan oleh senior di yayasan Carnegie Endowment.

Ia menyebut, eksodus warga Rusia ini berpengaruh pada masa depan bangsa.

"Eksodus ini akan menyebabkan degradasi bangsa. Negara ini tidak punya banyak orang yang berbakat."

"Tanpa orang-orang itu, Rusia tak mungkin mengembangkan dirinya sendiri," ujar Kolesnikov.

Eksodus tersebut semakin dipicu setelah adanya rumor darurat militer yang akan diberlakukan.

Baca juga: Tentara Rusia Menangis saat Telepon Ibunya hingga Ditenangkan Wanita Ukraina

Keputusan darurat militer diduga akan diputuskan saat dewan federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, akan mengadakan pertemuan yang tak terjadwal.

Peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Rusia modern.

Di mana penduduk laki-laki tergabung dalam mobilisasi bersar-besaran.

Anton, seorang manajer senior di sebuah perusahaan minyak dan gas Rusia, tahu kabar darurat militer ini dari kenalannya seorang petinggi di Rusia.

Baca juga: Nenek Renta di Rusia Bernama Yelena Osipova Ditangkap gara-gara Protes Invasi ke Ukraina

Ia memutuskan untuk kabur dari Rusia sesegera mungkin.

"Saya mengumpulkan keluarga saya setelah seorang teman di antara para petinggi menelepon saya tentang masalah darurat militer ini."

"Kami memesan tiket pesawat pertama yang tersedia pada hari Selasa nanti dan akan terbang ke entah negara mana yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya," ujar Anton.

"Saya tidak berencana untuk ikut berperang, yang mana invasi ini bukanlah keputusan saya," tegasnya.

Hari kesembilan perang di Ukraina, pasukan Rusia menghancurkan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.
Hari kesembilan perang di Ukraina, pasukan Rusia menghancurkan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. (Reuters)

Kabur ke Sri Lanka

Seorang warga Rusia bernama Alexei Trubetskoy termasuk warga yang kabur dari negaranya.

Ia mengisahkan, suatu pagi ketika ia bangun tidur langsung mendapati berita invasi Rusia ke Ukraina.

Firasat Trubetskoy langsung tidak enak dan memutuskan segera kabur.

Baca juga: Taruh Bunga di Depan Kedutaan Ukraina, Anak-anak Rusia Menangis Ditangkap Lalu Ditahan Polisi

"Saya bangun, tak percaya saat baca berita dan menyadari bahwa saya harus pergi sesegera mungkin," ujarnya.

Trubetskoy yang merupakan pemilik kursus Bahasa Inggris di Moskow akhirnya langsung beli tiket ke Sri Lanka.

"Jelas sudah bagi saya bahwa invasi mengerikan ini akan mengubah Rusia selamanya," kata Trubetskoy.

Selain Trubetskoy, banyak juga warga Rusia yang sudah meninggalkan negaranya setelah invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Mereka takut akan konsekuensi politik dan ekonomi yang terjadi di negaranya.

Trubetskoy merasa sangat terpukul karena semuanya tak akan kembali seperti sedia kala.

"Saya berharap bisa kembali ke negeri yang saya cintai ini."

"Tapi sekarang sangat tidak jelas apa yang akan terjadi ke depannya."

"Masa depan saya direnggut dari saya, negara ini tak akan sama seperti dulu," ungkapnya.

Tangisan tentara Rusia

Meski Rusia dan Ukraina tengah berperang, tidak semua warga dari masing-masing negara yang setuju dengan pemerintah mereka.

Tidak semua warga Rusia mendukung invasi ke Ukraina, dan tak semua warga Ukraina membenci orang Rusia.

Prajurit Rusia yang jadi tawanan perang Ukraina menangis saat telepon ibu.
Prajurit Rusia yang jadi tawanan perang Ukraina menangis saat telepon ibu. (thetimes.co.uk)

Seperti yang menimpa seorang tentara Rusia yang ditawan oleh pihak Ukraina.

Ternyata prajurit itu adalah warga sipil yang dipaksa menjadi militer untuk ikut gerakan invasi ke Ukraina.

Dari foto yang beredar, pria tersebut tampak mengenakan pakaian layaknya tentara.

Ia terlihat menangis sambil memegangi sebuah gelas teh.

Sementara seorang wanita tampak menghadapkan layar ponselnya ke arah pria itu.

Dikutip TribunnewsSultra.com dari thetimes.co.uk, peristiwa itu terjadi di sebuah tanah lapang tempat militer Ukraina membawa tawanan dari Rusia.

Pria muda yang merupakan tawanan itu diberi segelas teh serta roti oleh warga Ukraina.

Sedangkan wanita dalam foto itu menghubungi ibu si pria yang berada di Rusia melalui video call.

Begitu wajah sang ibu muncul di layar, sontak pria itu langsung menangis.

Wanita itu pun berusaha menenangkan sang prajurit.

"Semuanya baik-baik saja," kata wanita tersebut sambil mengusap punggungnya.

"Natasha, Tuhan bersamamu. Kami akan menghubungi Anda lagi nanti. Dia hidup dan sehat," ujar wanita itu pada ibu prajurit.

(TribunnewsSultra.com/ Ifa Nabila)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved