Info Gunung Anak Krakatau Hari ini Berpotensi Erupsi Lagi, Situasi Terkini Setelah Meletus 9 Kali
Berikut info terbaru Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (5/2/2022) berpotensi erupsi lagi, situasi terkini setelah meletus hingga 9 kali.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Aqsa
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Info terbaru Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (5/2/2022) berpotensi erupsi lagi, situasi terkini setelah meletus hingga 9 kali.
Informasi terbaru aktivitas gunung berapi yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, itu resmi dilansir Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dalam keterangan resminya yang dikutip TribunnewsSultra.com dari situs magma.esdm.go.id disebutkan tingkat aktivitas Gunung Krakatau berada pada Level II (Waspada).
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tidak mendekati gunung tersebut dalam radius 2 kilometer (km) dari kawah aktif akibat kejadian erupsi sejak Jumat (4/2/2022).
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan telah teramati letusan di Gunung Anak Krakatau sebanyak 9 kali.
Baca juga: Ular Piton Raksasa Hampir 8 Meter Ditemukan Warga Muna Lagi, Terpaksa Ditarik Motor Usai Dibunuh
Dengan tinggi kolom abu berkisar antara 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
“Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level II (Waspada),” kata Eko di Kantor Badan Geologi Bandung.
“Kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah Aktif,” jelasnya menambahkan.
Dia menyebut kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 16 Januari-4 Februari 2022 ditandai terekamnya 9 kali gempa letusan.
Sebanyak 135 kali gempa hembusan, 4 kali tremor harmonik, 499 kali gempa low frequency, 2 kali gempa hybrid/fase banyak, dan 32 kali gempa Vulkanik dangkal.

Selain itu, sebanyak 4 kali gempa vulkanik dalam, 2 kali gempa tektonik lokal, 8 kali gempa tektonik jauh, dan 19 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0.5-26 mm (dominan 5 mm).
Pada periode erupsi Februari 2022 disebutkan peningkatan intrusi magmatik kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021.
Hal itu diindikasikan dengan terekamnya gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan.
Pada bulan Januari 2022 kegempaan vulkanik masih teramati cukup tinggi dan gempa-gempa dangkal semakin banyak terekam.
Pada akhir Januari 2021, terindikasi magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal dan emisi abu mulai teramati sejak 3 Februari 2022 sekitar pukul 10.00 WIB.
Baca juga: Video Viral Pengemudi Mobil Tabrak Polantas Kendari Saat Ditahan Gegara Pakai Knalpot Brong
Pada 4 Februari 2022 terekam 9 kali gempa Letusan yaitu pada pukul 09:43, 10:25, 10:28, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB.
Berpotensi Erupsi Lagi
Kejadian erupsi Gunung Anak Krakatau sejak Jumat (4/2/2022) telah teramati 9 kali letusan dengan tinggi kolom abu berkisar antara 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
Pada fase erupsi ini teramati transisi dari hembusan asap berwarna putih menjadi hembusan dan letusan abu berwarna kelabu hingga hitam pekat.
Pemantauan visual mengindikasikan bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam.

“Secara visual, tinggi hembusan asap selama periode 16 Januari-4 Februari 2022 dari arah Pos PGA Pasauran dan Kalianda serta dari CCTV umumnya tidak dapat teramati karena gunung umumnya tertutup kabut,” jelasnya.
Saat cuaca cerah hembusan asap kawah selama periode evaluasi teramati berwarna putih tipis hingga tebal secara menerus.
Dengan ketinggian 25-1.000 meter dari atas puncak Gunung Anak Krakatau, dominan condong tertiup angin ke arah utara, timurlaut, timur, dan selatan.
Pada 3 Februari 2022, teramati peningkatan intensitas hembusan asap hingga abu dan pada malam hari teramati sinar api di atas kawah.
Eko juga menjelaskan energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat pada periode Januari - Februari 2022.
Peningkatan ini berasosiasi dengan peningkatan gempa-gempa Hembusan, Low Frekuensi, dan Tremor menerus yang relatif meningkat energinya.
Baik dalam jumlah maupun besaran amplitudo gempanya yang disebabkan oleh pelepasan energi yang terjadi keluarnya fluida ke permukaan.
“Pemantauan deformasi tiltmeter mengindikasikan adanya pola ungkitan selama periode ini yang disebabkan perubahan tekanan di permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida magma ke permukaan,” katanya.
Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi,” jelas Eko menambahkan.
Peringatan Balai Geologi
Peta Kawasan Rawan Bencana menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km dan area disekitarnya merupakan kawasan rawan bencana.
“Berdasarkan data-data visual dan instrumental, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material lava,” jelasnya.
Aliran lava dan hujan abu lebat disekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif.
“Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin,” ujar Eko.
Secara historis, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi utamanya oleh instansi yang berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunungapi seperti tsunami.
“Longsoran tubuh gunungapi tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi gunungapi ini sedang mengalami erupsi maupun tidak,” katanya.
“Longsoran tubuh gunungapi dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunungapi,” jelasnya menambahkan.
Masyarakat juga diimbau mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Tidak terpancing berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Selain itu, mengikuti arahan dari instansi berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.(*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)