Luhut Binsar Panjaitan Beberkan Bisnis PCR di Podcast Deddy Corbuzier, Sumbang Miliaran Tapi Dibully
Koordinator penangan Covid-19 untuk wilayah Pulau Jawa Bali itu menegaskan, tidak benar mengambil untung di tengah musibah kemanusian.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, kembali hadir di podcast Close The Door.
Ia menerangkan terkait tudingan mengambil keuntungan dari bisnis alat tes PCR dan antigen pada Pada podcast milik Deddy Corbuzier.
Koordinator penangan Covid-19 untuk wilayah Pulau Jawa Bali itu menegaskan, tidak benar mengambil untung di tengah musibah kemanusian.
Untuk diketahui, tudingan bisnis PCR mengemukan setelah diketahui Luhut Binsar Panjaitan memiliki saham pada PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Badan usaha tersebut merupakan perusahaan penyedia alat tes PCR dan antigen untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia, berkantor di Cilandak, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Baca juga: Lippo Plaza Kendari dan Mall Mandonga Belum Terapkan PeduliLindungi, Sebut Tunggu Edaran Pemerintah
PT GSI dilengkapi laboratorium modern, berkapasitas besar dan mampu melakukan tes PCR sebanyak 5.000 tes per hari.
Luhut diketahui memiliki saham di PT GSI secara tak langsung, melalui dua perusahaan tambang yang terafiliasi dengannya, yakni PT Toba Sejahtera dan PT Toba.
Merespon tudingan bisnis mengambil keuntungan dari wabah yang melanda dunia saat ini, Luhut lantas membeberkan asal-usul saham di PT GSI tersebut.
Menurutnya saham itu berasal dari sumbangan miliaran rupiah yang diberikan perusahaan Luhut kepada PT GSI.
Sumbangan itu diberikan oleh anak buah Luhut bernama Septian Hario Seto kepada salah satu pendiri PT GSI juga Ketua Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid.
"Minta sama siap itu, minta sama CEO perusahaan saya. Sayakan tidak aktif lagi di situ,"
"Saya itu nyumbang, mereka yang adain. Ngga tahu berapa miliar saya kasi ke mereka. Saya hanya nyumbang," ujar Luhut kepada Deddy Corbuzier dalam video yang diunggah pada Rabu (10/11/2021).
Adapun kronologi menyumbang untuk pembelian PCR itu juga dibeberkan Luhut.
Ia menguraikan, awalnya PT GSI berbicara dengan Septian Hario Seto.
Baca juga: Peringati 10 November, Presiden Jokowi Anugerahi Gelar Pahlawan Kepada 4 Tokoh, Ada dari Sulteng
Setelah itu Seto yang menginformasikan, Luhut langsung menyumbang.
Namun luhut sedikit mengeluh. Setelah menyumbang dia malah diterpa isu miring bahkan dibully.
"Saya udah ngerjain, udah nyumbang, dibully lagi. Jadi lengkaplah penderitaan itu," ujarnya lagi sembari terkekeh.
Lutut menjelaskan, paham dengan orang-orang yang terbiasa menyebar gosip.
Beruntunnya istrinya kuat menghadapi isu-isu yang menyerang.
"Untung istri saya kuat sih, walaupun ngomel juga kadang-kadang," tutur Luhut.
Benar atau tidak yang dikatakan, Luhut menyarankan agar orang-orang yang menuding dan masih belum puas untuk meminta audit pada lembaga berwenang.
Baca juga: Hari Pahlawan Nasional, Putri Ismail Marzuki Jualan Es di Pinggir Jalan, Begini Pendapatannya
Ada Keuntungan
Selain soal tudingan, Luhut juga menjelaskan soal tata kerja PT GSI.
Ia membenarkan jika PT GSI merupakan gabungan dari beberapa korporasi yang bergerak dalam bidang pengadaan tes PCR dan atigen.
Namun pengelolaan deviden perusahaan itu murni untuk kemanusiaan.
Ia membeberkan, 51 persen keuntungan PT GSI digunakan untuk belanja barang PCR dan antigen.
Sedangkan sisanya diporsikan lagi untuk biaya operasional dan lain-lain.
Baca juga: OPINI: Pendidikan dan Model Pembelajaran di era Digital
Pada intinya deviden itu tujuannya agar perusahaan tetap bisa berjalan.
"Kenapa bukan yayasan, kalau yayasan sumbang habis, sumbang habis. Masukin duit terus. Kalu ini bisa kelola keuangan sendiri," urai Luhut.
Pada akhir perbincangan bersama Deddy Corbuzier, luhut mengingatkan agar warga Indonesia tidak lengah dan menganggap pandemi Covid-19 sudah berakhir. (*)
(TribunnewsSultra.com)