HUT RI
Sosok Adit, Paskibraka di Istana Negara asal Sultra di Mata Orangtuanya: Sederhana, Pendiam, Hemat
Sosok Aditya Arya Anandtha Bahtiar di mata keluarganya, sederhana, tak mau tampil mewah hingga kerap memakai barang bekas.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Fadli Aksar
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sosok Aditya Arya Anandtha Bahtiar di mata orangtuanya, sederhana, tak mau tampil mewah hingga kerap memakai barang bekas.
Aditya merupakan siswa SMA Negeri 1 Kendari mewakili Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka di Istana Negara pada HUT RI ke 76.
Adit-sapaan akrabnya, dikenal sebagai anak yang pendiam.
Ayah Adit, Bahtiar Hudrin mengatakan Adit berbeda dari anak-anak kebanyakan.
"Dia pendiam, tidak banyak maunya, terutama soal belanja atau masalah pakaian" kata Bahtiar saat ditemui di kediamannya di Jalan Tekukur, Kelurahan Punggaloba, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Senin (16/8/2021).
Siswa SMA Negeri 1 Kendari itu baru mendapat handphone saat pembelajaran secara online.
"Dia itu tidak pernah meminta, nanti pada saat belajar online baru dia punya HP, sebelumnya dia selalu pakai HP saya," ujar Bahtiar.
Saat berangkat ke Jakarta pun, Adit memakai sepatu hitam pinjaman, dan lebih memilih memakai barang-barang milik orangtua atau keluarga yang masih layak daripada membeli baru.
Baca juga: Profil Aditya Arya, Paskibraka 2021 Asal Sulawesi Tenggara di Istana Merdeka, Siswa SMA 1 Kendari
"Celana hitamkan wajib, itu dia pakai celana bekas saya, baju berkerah yang dipakai juga itu bekas-bekas saya semua, dan itu yang dibawa," jelasnya.
Namun Bahtiar tetap ingin membelikan anaknya pakaian baru, meskipun Adit sering menolak dengan alasan pakaian bapaknya masih bisa dipakai.
"Besoknya mau berangkat, sore itu baru dibelikan beberapa baju, itu pun baju yang Rp100 ribu dapat 3 lembar," cerita Bahtiar sambil mengenang anaknya.
Orangtuanya selalu mendidik dan mendukung Adit sesuai apa yang dia inginkan.
Orangtuanya tak pernah mengekang Adit harus menjadi yang diinginkan mereka.
"Jika itu yang dia mau, ya silakan kami mendukung," ujarnya.

Termasuk hobi olahraga, Adit memilih mendalami renang dan selam, dan tidak mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang atlet dayung.
"Saya sendiri adalah atlet dayung sampai teman saya bertanya kenapa tidak dayung juga. Biar saya paksakan di dayung tapi dia tidak suka ya tidak ada gunanya, lebih baik dia fokus pada yang dia minati," jelasnya.
Adit mengikuti banyak cabang olahraga, mulai dari taekwondo, bulutangkis dan basket.
Adit telah menyalurkan hobi olahraganya itu dengan mengikuti Pra Pelancaran Olahraga Nasional (Pra-PON) pada saat kelas 3 SMP.
"Alhamdulillah pertama kali juga di tingkat Sultra ya lumayanlah dan sebelumnya juga ikut Pra-PON di Surabaya Jawa Timur, lawannya itu rata-rata juara nasional," ucapnya.
Selain itu, saat berangkat ke Jakarta, dibandingkan anak-anak yang lain yang mewakili beberapa provinsi se-Indonesia, Adit yang membawa uang saku paling sedikit.
Menurut Bahtiar hal itu menjadi salah satu yang membuat Adit berbeda dari anak-anak kebanyakan.
Baca juga: HUT ke-76 RI, Berikut Daftar Nama 50 Anggota Paskibraka Sultra Tim A dan B
Bahkan sejak kecil Adit sudah belajar hemat, tidak boros menggunakan uang.
"Pergi sekolah saja dikasih uang jajan Rp20 ribu, tapi selalu kembali Rp15 ribu," ujarnya.
Ibu Adit, Hariyanti Hasim pun membenarkan semua itu.
Ia mengatakan, Adit juga mendapatkan uang saku dari Gubernur Sultra dan Kepala SMA Negeri 1 Kendari, tapi semua itu dititip di kepada orangtuanya.
"Dia cerita teman-temannya pada bawa uang Rp5 juta. Padahal kami juga kasih Rp5 juta, katanya kebanyakan, Rp1 juta sampai Rp500 ribu masih kebanyakan juga katanya, ya alasannya mau belanja di mana," jelas ibunya.
Selain itu, Hariyanti sering mendapati uang terselip di alquran, buku bacaannya, hingga di kantong pakaiannya.
Menurut ibunya, pemuda kelahiran 30 Juni 2005 itu memang anak yang sederhana, santai, tidak banyak permintaan dan anak yang sangat penurut.
"Dia itu tidak neko-neko apa adanya, jadi apapun yang dia lakukan itu selalu minta persetujuan dari kami," kata Hariyanti.
Saat kecil penampilan Adit mirip seperti artis cilik, Nakula dan Sadewa.

Adit memiliki rambut panjang keriting, dan selalu menjadi pusat perhatian ibu-ibu saat di taman kanak-kanak.
Keturunan darah Bugis itu juga dikenal sangat dekat orangtuanya, bahkan sampai saat ini masih suka diantar jemput oleh ayahnya.
"Dia itu sampai sekarang masih minta antar jemput sama bapaknya, walaupun dia pintar naik motor tapi tetap minta diantar kemana-mana, dan kadang ditunggui latihan juga," jelasnya.
Ia tidak menyangka dan merasa seperti mimpi, anaknya bisa sampai di istana negara, bisa mewakili Sultra dan menjadi Paskibraka.
Ia mengaku bingung dan kaget melihat prestasi Adit.
Lantaran saat di rumah, Adit selalu terlihat diam dan tampak tenang.
Baca juga: Mengenal Ainun Jariah Paskibraka Nasional Sulawesi Tenggara, Fans BTS, Suka Drakor & Boneka Doraemon
Tapi mendengar kabar dari sekolah dan cerita-cerita Adit di sekolah, dia selalu mendapat posisi yang kadang tidak disangka ibunya, seperti menjadi pemimpin barisan upacara dan lainnya.
Meskipun pendiam, Adit juga dikenal sebagai sosok yang percaya diri.
Hariyanti mengatakan, Adit selalu berani menjadi yang pertama pada hal yang memang dia minati.
Terbukti saat di Jakarta, Adit bercerita ada pemilihan lurah RW dan RT dan dia mencalonkan diri untuk menjadi Lurah dan dia terpilih menjadi ketua RW.
Bahkan Adit memberanikan diri menjadi penceramah saat salat Subuh, di saat yang lain tidak ada yang mau mengajukan diri.
"Saya sempat nggak nyangka karena dia di rumah kan pendiam, tapi ternyata dia bisa juga ceramah," ujarnya.
Menjadi Paskibraka adalah mimpi Adit sejak Kecil.
Setiap kali Adit menonton HUT RI di televisi dan melihat Paskibrak selalu berkata kepada ibunya, dia akan ada di istana negara dan menjadi Paskibraka.
"Sejak kecil setiap nonton 17-an di televisi dia selalu bilang, mama saya nanti ada di sana jadi Paskibraka, mama amin kan ya. Alhamdulillah terwujud," tutupnya.
Ia berharap Adit selalu dalam keadaan sehat dan bisa membanggakan Sultra dan orangtuanya.(*)
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)