Covid19 Sultra
Penyebab Guru SMP Meninggal Usai Vaksin Covid-19 di Kota Baubau, Awalnya Sehat Tapi Tiba-tiba Ambruk
Penyebab guru SMP meninggal usai vaksin Covid-19 di Kota Baubau, awalnya sehat tapi tiba-tiba ambruk.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, BAUBAU - Penyebab guru SMP meninggal usai Vaksin Covid-19 di Kota Baubau, awalnya sehat tapi tiba-tiba ambruk.
LHN (59), seorang guru Sekolah Menengah Pertama atau SMP Negeri 1 Baubau mendadak batuk dan sesak nafas lalu jatuh pingsan usai menjalani vaksinasi Covid-19, Kamis (20/5/2021) petang.
Tak lama berselang, warga Kota Baubau tersebut meninggal dunia.
Meski sempat dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Siloam Baubau, nyawa LHN tak tertolong.
Pria berusia 50 tahun tersebut menghembuskan nafas terakhir.
Baca juga: Update Covid-19 di Kota Kendari: 7 Orang Dirawat, 58 Orang Meninggal, 4.604 Pasien Sembuh
LHN meninggal dunia usai disuntik vaksin Sinovac massal bagi tenaga pendidik dan kependidikan di Kota Baubau di SMP Negeri 1 Baubau pada pagi harinya.
LHN mengikuti vaksinasi virus corona bersama staf dan tenaga pengajar lainnya di sekolah tersebut.
Anak LHN, Rahmat Hidayat, mengatakan, ayahnya langsung pulang ke rumah usai mendapat suntikan vaksin Sinovac pada pagi harinya.
Selang beberapa jam berada di rumah, sang ayah tiba-tiba mengalami batuk-batuk dan sesak nafas.
Korban pingsan lalu dilarikan ke RS Siloam Baubau untuk mendapatkan tindakan medis.
“Namun sudah tidak tertolong lagi,” kata Rahmat saat dihubungi TribunnewsSultra.com, Kamis (20/5/2021).
Dugaan Penyebab Meninggal Dunia

Secara terpisah, Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Kota Baubau, dr Lukman, membenarkan peristiwa tersebut.
Melalui rilis resmi, dr Lukman menyampaikan, guru SMP Negeri 1 Baubau tersebut awalnya terlihat sehat sebelum disuntik vaksin Sinovac.
LHN juga telah mengikuti tahapan prosedur sebelum menjalani vaksinasi Covid-19.
“Pasien tersebut sudah menjalani prosedur vaksinasi melewati meja tes skrining di meja skrining,” kata dr Lukman.
Ia mengklaim bukan Vaksin Covid-19 yang menyebabkan guru SMP tersebut meninggal dunia.
Baca juga: Rumah Sakit Covid-19 di Konawe Tutup, Nakes Klaim Gegara Tidak Ada Pasien Positif Virus Corona
Apalagi, kata dr Lukman, LHN ternyata memiliki riwayat penyakit gula dan asma sebelum disuntik vaksin Sinovac.
“Penyakit penyerta sakit gula tidak terkontrol dengan baik. Ada riwayat asma,” jelas dr Lukman.
Kata dr Lukman, korban meninggal dunia karena diabetes.
Hal tersebut berdasarkan laporan medis yang diterima dari pihak RS Siloam Baubau.
“Laporan yang kami terima dari Rumah Sakit Siloam sudah terjadi kondisi asistol, jantung tidak berfungsi,” ujarnya.
Hal-hal yang bisa menyebabkan seperti itu biasanya karena sakit gula atau karena serangan jantung.
30 Meninggal Usai Vaksinasi
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Safari mengungkapkan, dari ratusan laporan KIPI, ada 30 kasus meninggal dunia setelah vaksinasi Covid-19.
Kendati demikian, Komnas KIPI mempertegas bahwa kejadian tersebut bukan akibat langsung dari vaksinasi virus corona.
“Yang meninggal dari (setelah divaksin) Sinovac ada 27. Dari 27 itu, 10 karena terinfeksi Covid-19, 14 orang karena penyakit jantung dan pembuluh darah,” kata Hindra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX yang disiarkan kanal YouTube DPR RI, Kamis (20/5/2021).
Kemudian, 1 orang karena gangguan fungsi ginjal secara mendadak dan 2 orang karena diabetes mellitus dan hipertensi tidak terkontrol.
“Kenapa kami bisa membuat diagnosis itu? Karena datanya lengkap. Diperiksa, dirawat di-rontgen, diperiksa lab, di CT-scan, dapat diagnosisnya," ujarnya dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Jokowi Ingatkan Satgas Covid-19 Bergerak Cepat: Jangan Lengah, Jangan Tunggu Kacau Baru Bertindak
Kemudian, Hindra mengatakan, untuk vaksin AstraZeneca terdapat 3 kasus meninggal dunia usia vaksinasi.
Usai divaksin, kata Hindra, dia merasakan efek samping vaksinasi berupa pusing hingga demam.
Pemuda tersebut, lanjutnya, menolak dibawa ke rumah sakit saat suhu tubuhnya 39 celcius.
Lalu, esok harinya kondisi semakin lemah dan meninggal dunia di klinik.
Hindra mengatakan, pihaknya kekurangan data untuk menyatakan bahwa pemuda tersebut meninggal terkait vaksinasi.
“Kebetulan ada dokter dan melihat, dan diagnosisnya death on arrivial. Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya, karena enggak ada data, enggak pernah periksa sama dokter, datang sudah meninggal,” jelasnya.
“Enggak ada lab, enggak ada rontgen, enggak ada CT-scan kepala, jadi sulit untuk mengatakan ini terkait sama imunisasi,” ujar Hindra menambahkan.
Hindra mengatakan, kasus kedua juga terjadi di Jakarta oleh lansia berusia 60 tahun.
Lansia tersebut bekerja sebagai tukang ojek dan diyakini meninggal dunia karena radang paru-paru.
Hindra mengatakan, ketika mendatangi layanan vaksinasi, lansia tersebut tidak menyampaikan bahwa dirinya baru mengalami sesak napas.
“Besoknya dia ke Puskesmas di Jakarta, sesak. Terus dia bilang di Puskesmas juga bahwa sehari sebelum divaksin dia sudah sesak napas,” kata Hindra.
“Dia datang ke tempat vaksin dia enggak bilang kalau dia sesak, divaksin. Besoknya sesak, diperiksa Puskesmas dari pemeriksaan ini radang paru, jadi akhirnya meninggal,” jelasnya menambahkan.
Selain itu, kata Hindra, satu kasus meninggal dunia setelah divaksinasi AstraZeneca dialami oleh salah seorang warga Ambon usia 45 tahun.
Mulanya, ia mengeluhkan demam, batuk dan pilek.
Kemudian, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui bahwa positif Covid-19.
“Jadi dia terpapar Covid-19, Covid-19nya berat akhirnya meninggal karena covid-19. Sebetulnya yang sama batch nomernya itu yang di Jakarta, batch nomer yang ada di media itu,” ujarnya.(*)
(Risno Mawandili/ TribunnewsSultra.com)