Jelang Idul Fitri 2021

Cara Hadapi Pertanyaan Kapan Nikah dari Keluarga saat Kumpul Lebaran, Ini Hal yang Perlu Dilakukan

Berikut ini cara menyikapi pertanyaan seperti kapan nikah, dan lainnya dari sanak keluarga.

Istimewa
Ilustrasi Saat Kumpul Keluarga 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Lebaran 2021 atau Idul Fitri 2021 jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021.

Untuk merayakan hari nan fitri tersebut, umat Islam melakukannya dengan cara kumpul bersama keluarga atau kerabat dekat.

Pada momen seperti ini, Anda mungkin akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan pribadi dari keluarga dekat Anda.

Seperti pertanyaan menohok kapan lulus?, kerja di mana?, kapan nikah?, sudah punya pacar?, kapan punya anak?, dan pertanyaan klise lainnya.

Deretan pertanyaan tersebut bagi sebagian orang mungkin terasa biasa dan dianggap basa-basi saja untuk memulai obrolan.

Namun tak sedikit juga orang yang merasa risih bahkan minder dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Baca juga: Catat! Takbir Keliling Sambut Lebaran Ditiadakan, Berikut Panduan Malam Takbiran Idul Fitri 2021

Lantas, bagaimana cara Anda menyikapi ketika mendapati deretan pertanyaan tersebut?  

Dikutip TribunnewsSultra.com dari Kompas.com, berikut ini cara menyikapi pertanyaan-pertanyaan dari sanak keluarga.

Menyiapkan mental

Psikolog klinis Veronica Adesla mengungkapkan mereka yang diberi pertanyaan "kapan blablabla" merasa risih hingga malu.

"Perasaan yang muncul pada seseorang ketika ditanyai seperti itu ya risih, tidak nyaman, merasa terganggu, kesal, minder, malu, merasa gagal," ujar Vero seperti dikutip dari Kompas.com, Selasa (11/5/2021).

Untuk menghadapi pertanyaan tersebut, Vero menganjurkan kepada orang-orang yang sekiranya akan mendapatkannya agar menyiapkan mental.

Kata dia, Anda bisa menanamkan mindset positif atau mengartikan pertanyaan tersebut sebagai bentuk kepedulian dan perhatian kepada Anda.

Selanjutnya, menanggapi pertanyaan itu dengan sikap positif sembari minta didoakan yang terbaik, memberikan senyuman dan ucapan terima kasih karena sudah diperhatikan.

"Bisa juga dengan mengalihkan kepada pembicaraan atau obrolan yang lain, siapkan berbagai bahan obrolan yang seru untuk dibahas," lanjut dia.

Baca juga: Sebelum Berakhirnya Ramadhan 2021, Panjatkan Doa pada Waktu-waktu Mustajab Berikut Ini

Sementara itu, Dosen dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI) D. Chandra Kirana mengatakan, disadari atau tidak, suka atau tidak suka, masyarakat sering berhadapan dengan situasi ditanya atau bertanya soal kehidupan pribadi orang lain.

"Bagi sebagian besar orang, hal ini identik dengan perilaku yang memberikan perhatian, menunjukkan kepedulian, merawat keakraban keluarga, dan lainnya," ujar Kiki seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (11/5/2021).

Akan tetapi bagi sebagian orang lainnya, pertanyaan seperti ini, merupakan hal pribadi yang seharusnya tidak ditanyakan karena mengganggu nilai-nilai personalnya.

Kiki mengatakan, munculnya pertanyaan-pertanyaan semacam "kapan blablabla" ini bisa jadi berkaitan dengan nilai orang Indonesia yang cenderung kolektivistik.

Di mana mereka mengedepankan nilai-nilai kelompok (keluarga secara umum).

Sehingga, sebagai orang yang menjadi bagian dari keluarga besar tersebut, mereka "dituntut" untuk mempunyai nilai-nilai bersama yang dimiliki oleh keluarga besarnya.

Nilai yang dianggap normal

Adapun nilai-nilai itu misalnya terkait dengan peran seseorang harus melakukan serangkaian perilaku yang dianggap normal dan sudah seharusnya seperti itu secara normati, misal kuliah, bekerja, menikah, punya anak, dan seterusnya.

Artinya, dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan "kapan blablabla" ini dianggap sebagai hal yang normal atau wajar bagi sekelompok orang tertentu.

"Masalahnya enggak semua orang mau mengambil jalan hidup seperti itu (yang dianggap normal atau sudah seharusnya seperti itu)," ujar Kiki.

Ia menjelaskan, individu yang seperti itu merasa berhak untuk mengembangkan pilihan atau jalan hidup, sesuai dengan nilai-nilai pribadinya.

Misalnya, ia ingin bekerja di bidang yang disukainya meski berbeda dengan harapan orangtua dan keluarga besar, lalu belum terpikirkan untuk menikah.

Bahkan jika mereka akan menikah suatu hari nanti tapi tidak ingin punya anak, atau ingin menjalankan long distance relationship dengan pasangannya.

"Bagi saya, seseorang berhak menemukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus terikat dengan siklus selesaikan kuliah, bekerja, beli rumah, menikah, punya anak 1, punya anak 2, dan seterusnya," ujar Kiki.

Jangan bertanya hal pribadi orang lain

Sebelum bertanya tentang hal pribadi orang lain, Kiki mengatakan, pihak atau generasi lebih tua punya orientasi jika mereka merasa lebih paham jalan hidup yang dilakoni.

Sehingga, mereka merasa perlu memastikan masa depan generasi muda yang sayangnya seringkali dianggap mengatur atau mendikte generasi muda.

Sementara itu, generasi lebih muda merasa punya energi, minat, kapasitas untuk menjalankan hidup sesuai nilai pribadi, pilihan yang tersedia, maupun kapasitas (pengetahuan, expertise, pengalaman yang beragam).

"Bagi mereka, being single itu kesempatan untuk mengeksplorasi diri. Nah seringkali dua orientasi ini 'enggak ketemu'," ujar Kiki.

Sedangkan bagi penanya, kesempatan bertemu seseorang di situasi seperti ini merupakan kesempatan baik untuk menjalin kehangatan dan keakraban di keluarga.

Ia menyarankan, daripada mempertanyakan siklus hidup, lebih baik bertanya tentang bagaimana kabar kerabatnya, atau kesibukan apa yang saat ini dilakoninya.

"Bagi saya jauh lebih nyaman 'mengajak ngobrol dari sisi orang yang kita ajak bicara' ketimbang kita sibuk menasehati orang lain dengan nilai dan pandangan kita sendiri," ujarnya.

"Perlu berbesar hati dan menjadi pendengar yang bijak saat ngobrol dengan mereka yang lebih muda," lanjut dia.

Pahami situasi sebelum bertanya

Di sisi lain, Kiki menjelaskan, jika Anda menjadi pihak yang akan ditanya-tanya, maka Anda perlu memahami konteksnya juga dalam arti Anda bisa menerima situasi itu.

Jika Anda tidak nyaman dengan perilaku itu, Anda bisa meresponnya dengan cara yang sopan atau proporsional.

Alternatif lain juga bisa dengan mengalihkan obrolan yang sesuai dengan kriteria orang yang melontarkan pertanyaan tersebut.

"Ajukan pertanyaan seputar hobi, kebiasaan, kesehatan dan lain-lain dengan cara pembahasan yang ringan," ujar Kiki.

Tentunya dalam posisi ini, Anda perlu berempati juga dengan latar belakang usia atau kultur mereka yang bertanya. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved