Jadi Google Doodle, Sosok K.R.T. Hardjonagoro, Pelopor Batik Dikenal Dekat dengan Ir Soekarno

Siapa K.R.T Hardjonagoro atau Go Tik Swan sosok yang menjadi Google Doodle hari ini, Selasa (11/5/2021).

Tangkapan Layar
K.R.T. Hardjonagoro menjadi Google Doodle hari ini, Selasa (11/5/2021) 

Selain keris, K.R.T. Hardjonagoro juga sangat mencintai batik seperti digambarkan Google Doodle.

Kesukaannya terhadap batik tak lepas dari campur tangan ayahnya, Go Dhian Ik, yang menekuni bisnis di industri batik.

Dekat dengan Presiden RI pertama, Ir Soekarno

K.R.T. Hardjonagoro sendiri dikenal di industri batik karena kedekatannya dengan Presiden Republik Indonesia (RI), Ir Soekarno. 

Awalnya Bung Karno mengenal sosok Go Tik Swan hanya sebagai sosok yang biasa menari di Istana Negara.

Belakangan Bung Karno baru mengetahui ternyata Go Tik Swan berasal dari keluarga pembatik.

Sekitar tahun 1957, Bung Karno meminta K.R.T. Hardjonagoro untuk menciptakan batik Indonesia.

Batik dengan pola, warna unik, dan beragam yang menjadi ciri khas Indonesia dan menggambarkan nasionalisme, persatuan, dan romantisme.

Sejak saat itu, banyak perancang batik di Indonesia menjadikan K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan sebagai pelopor batik.

Baca juga: Ucapan Idulfitri Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Ini Cara Jawabnya yang Benar Lengkap dengan Artinya

Karier Go Tik Swan

Semasa hidupnya, K.R.T. Hardjonagoro sempat menjabat sebagai Ketua Presidium Yayasan Radya Pustaka yang mengelola Museum Radya Pustaka di Solo.

Ia juga sempat menjabat sebagai anggota Dewan Empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Di samping menjabat berbagai posisi, ia juga pernah mendapatkan berbagai penghargaaan.

Dua di antaranya adalah Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah RI (2001) dan Bintang Srikabadya dari Keraton Surakarta.

Pada 11 Agustus 2005, K.R.T. Hardjonagoro menandatangani sebuah wasiat.

Wasiat tersebut diketahui berisi penyerahan sejumlah koleksinya berupa benda purbakala kepada Pemerintah RI apabila dia meninggal dunia.

Koleksinya yang amat berharga antara lain keris dan berbagai arca perunggu maupun batu amat langka.

Penandatanganan wasiat ketika itu disaksikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved