Jalan Rusak di Sulawesi Tenggara
Kadis Bina Marga Sultra: Jalan Rusak Tak Bisa Diperbaiki Secepat Membalikkan Telapak Tangan
Sebelumnya, masyarakat Konawe Selatan (Konsel) menanam puluhan pohon pisang, di tengah jalan.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Fadli Aksar
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengaku tak mudah memperbaiki jalan rusak termasuk di Kabupaten Konawe Selatan.
Sebelumnya, masyarakat Konawe Selatan (Konsel) menanam puluhan pohon pisang, di tengah jalan.
Mulai dari Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Desa Lalowatu, dan Desa Lalonggasu, Kabupaten Konsel.
Warga juga memutus akses jalur transportasi darat yang menguntungkan 5 kabupaten, Konawe Selatan, Bombana, Konawe, Kolaka Timur dan Kota Kendari.
Badan jalan ditutup dengan gundukan tanah dan bongkahan batu besar, sehingga kendaraan roda empat tak bisa melintas, sejak Minggu (4/4/2021).
"Tidak bisa dengan mudah (seperti) membalikkan telapak tangan, seketika itu juga langsung bagus jalanan," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Bina Marga, Abdul Rahim, di Kendari, Rabu (7/4/2021).
Abdul Rahim sudah mengetahui informasi jalan rusak itu.

Mereka juga sudahmenurunkan tim untuk mengidentifikasi lapangan.
Ketika hasil identifikasi ada jalan berlubang yang tak bisa dilalui kendaraan maka pihaknya akan fokus di situ terlebih dahulu.
Dinas SDA dan Bina Marga berjanji akan segera mengatasi masalah itu.
Namun, upaya perbaikan harus melewati mekanisme anggaran dengan mengusulkan ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKD).
"Ketika usulan tersebut disetujui maka secepatnya kami akan memperbaiki jalan tersebut," katanya.
Tanam Pisang dan Pasang Batu Gajah
Sebelumnya, masyarakat Konsel menanam puluhan pohon pisang, di tengah jalan, mulai dari Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Desa Lalowatu, dan Desa Lalonggasu Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konsel.
Warga juga memutus akses jalur transportasi darat yang menguntungkan 5 kabupaten, Konawe Selatan, Bombana, Konawe, Kolaka Timur dan Kota Kendari.
Badan jalan ditutup dengan gundukan tanah dan bongkahan batu besar, sehingga kendaraan roda empat tak bisa melintas, sejak Minggu (4/4/2021).
Akibatnya, pengendara roda empat harus mencari jalan alternatif untuk bisa sampai ke tempat tujuan.
Kepsek SD 11 Tinanggea Rugaena bercerita setiap hari melintas di jalan rusak itu, bahkan pernah mengalami kecelakaan.
"Ketika hujan jalan tergenang, karena lubang tertutup air saya jatuh, velg sampai bengkok, lutut lecet," kata Rugaena, Rabu (7/4/2021).

Rugaena merupakan warga Lalonggasu, Kecamatan Tinanggea, jarak rumah dengan sekolah sejauh lima kilometer.
Dirinya tak bisa menghindari dan harus menikmati jalan rusak tersebut setiap hari sejak 2019.
Kenyang Makan Janji
Permintaan perbaikan jalan sudah sering disuarakan, baik ke calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Konsel, Provinsi Sultra maupun Pemda setempat.
Tapi, sejak 2019 hingga April 2021 permintaan itu tak pernah digubris, mereka bersepakat menanam pohon pisang di sepanjang jalan.
Sebab, hanya itu yang mereka bisa lakukan sebagai ungkapan kekecewaan kepada pemerintah.
"Supaya pemerintah melihat kalau masyarakat sudah kecewa, capek dijanji," katanya.
Dia berharap pemerintah agar pemerintah segera merespon aksi mereka namun bukan dengan janji yang sama, tapi perbaikan jalan yang nyata.
Tambal Sulam saat Presiden Datang
Warga Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Supri (45) mengatakan, jalan rusak sempat diperbaiki saat Pemerintah Pusat dari Jakarta datang ke Konawe Selatan.
Bahkan, sebelum kedatangan Presiden Joko Widodo untuk meresmikan pabrik gula di Kabupaten Bombana, 22 Oktober 2020 lalu, jalan sempat ditimbun.

Pemerintah setempat menimbun lubang jalan itu menggunakan material tanah, bukan aspal.
"Tapi ternyata Jokowi naik helikopter, tidak jadi lewat sini," katanya, Rabu (7/4/2021).
Tanah timbunan penutup lubang itu hanya bertahan beberapa hari, apalagi saat hujan mengguyur Konawe Selatan dan sekitarnya, jalan kambali rusak.
Supri menyebut, di jalan tersebut sering terjadi kecelakaan tunggal, baik dialami pengendara dari daerah lain, maupun warga setempat sendiri.
Para warga akhirnya bersepakat menanam puluhan pohon pisang sebagai bentuk protes mereka kepada pemerintah.
"Kalau perlu sampai pohon pisang ini berbuah, kami tidak akan cabut selama belum diaspal," katanya.
(TribunnewsSultra.com/Muh Ridwan Kadir)