Pesan Terakhir Briptu Herlis ke Ayah Sebelum Masuk Hutan Gugur Ditembak MIT Poso, Sosok Penyayang
Pesan terakhir Briptu Herlis ke ayah sebelum masuk hutan dan gugur ditembak kelompok MIT Poso, dikenal sosok penyayang.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pesan terakhir Briptu Herlis ke ayah sebelum masuk hutan dan gugur ditembak kelompok MIT Poso, dikenal sosok penyayang.
Keluarga masih tak percaya dengan kepergian anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) yang tergabung Satgas Madago Raya, Briptu Herlis Pombili, untuk selama-lamanya.
Herlis diketahui berasal dari Desa Kondara, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Keluarga besarnya termasuk sang ayah bermukim di Kolut.
Briptu Herlis meninggal dunia dalam kontak senjata dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang dipimpin Ali Kalora.
Tembak menembak dengan MIT Poso terjadi di Pegunungan Kilo 7 Desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulteng, Rabu (3/3/2021).
Baca juga: Brimob Korban Baku Tembak dengan Teroris MIT Poso Diterbangkan ke Kolaka Utara, Kamis Pagi
Baca juga: Sosok Briptu Herlis Pombili, Brimob Asal Kolaka Utara Gugur Baku Tembak MIT Poso, Sempat Pamit Ayah
Kabar kepergian anggota Brimob Polda Sulteng tersebut pun dengan cepat sampai ke keluarga besarnya di Kolut.
Keluarga merasa kehilangan sosok yang dikenal penyayang dan pendiam di mata keluarga tersebut.
Salah satu keluarga, Asti (35), menyebut, keluarga tidak percaya menerima kabar kepergian Briptu Herlis saat sedang bertugas.
Apalagi, anggota Brimob Polda Sulteng yang berasal dari Kolut, Sultra, tersebut sempat berkomunikasi dengan sang ayah sepekan sebelum meninggal dunia.
“Komunikasi terakhir itu. Makanya kami masih tidak percaya. Sebelum masuk hutan dia pamit ke ayahnya,” kata Asti dikonfirmasi melalui telepon.
Sebelum masuk ke dalam hutan untuk memburu teroris MIT Poso, Briptu Herlis Pombili, sempat menelepon sang ayah untuk pamit dan meminta izin.
Menurut Asti, sepupunya itu masih sempat menyelipkan pesan dan janji kepada sang ayah dalam komunikasi terakhirnya sebelum berpulang untuk selama-lamanya.
Anak ketiga dari empat bersaudara tersebut berjanji akan pulang kampung di desa Kondara, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), untuk menemui sang ayah begitu keluar dari hutan.
“Dia janji keluar dari hutan mau pulang kampung halaman untuk bertemu ayahnya,” jelas Asti.