Tentang Bank Jago yang Kini Melejit di Luar Kebiasaan, Sosok Tajir Sang Pemilik, hingga Saham Gojek
Tentang PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang kini melejit di luar kebiasaan, dari sosok tajir sang pemilik, hingga saham Gojek.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Tentang PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang kini melejit di luar kebiasaan, dari sosok tajir sang pemilik, hingga saham Gojek.
Bahkan, harga saham bank tersebut melonjak hingga 16,27 persen ke level harga Rp10.900 per saham pada Senin (22/2/2021).
Harga saham Bank Jago sudah delapan hari berturut menguat.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menginformasikan telah terjadi peningkatan harga saham Bank Jago yang di luar kebiasaan.
Namun, pengumuman tersebut tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Diketahui, harga saham ARTO sudah meroket 211,43 persen sejak setahun lalu dari harga saat itu.
Rumor masuknya PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek menjadi pemegang saham akhir tahun lalu juga sempat memicu lonjakan harga saham tersebut.
Lonjakan harga saham Bank Jago bahkan membawa pemegang saham pengendali, Jerry Ng, masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun 2020.
Jerry Ng kini menjadi komisaris utama bank tersebut.

Tentang Bank Jago
Dikutip dari laman www.jago.com, bank ini berawal di Bandung pada 1992 dengan nama PT Bank Artos Indonesia Tbk (Bank Artos).
Pada 2019 lalu, Bank Artos memasuki era baru setelah lebih 27 tahun melayani masyarakat dengan produk perbankan konvensional.
Ditandai dengan masuknya PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Limited (WTT) sebagai pemegang saham pengendali baru setelah melakukan akuisisi saham Bank Artos sebesar MEI (37,65%) dan WTT (13,35%).
“Untuk mendukung aspirasi besar bank, pada 2020 kami melakukan perubahan nama dari PT Bank Artos Indonesia Tbk menjadi PT Bank Jago Tbk,” tulis laman tersebut.
Bank Jago akan dikembangkan menjadi bank berbasis teknologi yang inovatif dan siap melayani kebutuhan nasabah di segmen pasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM atau SME), Ritel (Consumer) dan Mass Market.