Latar Belakang Keluarga Timothy Anak Tunggal Mahasiswa Udayana Tewas, Punya Rumah Sakit, Ibu Dosen

Berikut ini latar belakang keluarga Timothy seorang mahasiswa Udaya yang tewas usai terjatuh di kampus. 

Dokumentasi pribadi/ Tangkapan layar podcast Denny Sumargo/YouTube
BULLY DI KAMPUS - Ibu Timothy Anugrah Saputra (22), Sharon (kanan) ketika tampil di Youtube Denny Sumargo tayang Kamis (23/10/2025). Sosok Timothy Anugrah (kiri) semasa hidup. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Berikut ini latar belakang keluarga Timothy seorang mahasiswa Udaya yang tewas usai terjatuh di kampus. 

Pemuda 22 tahun itu, ditemukan tergeletak di kampus hingga dilarikan ke rumah sakit. 

Sosok Timmy sapaan akrabnya ini menyita perhatian publik hingga viral di media sosial. 

Bermula saat kabar kematiannya viral hingga ramainya beredar chat para pembully. 

Di mana, para pembully tersebut melakukan aksi bullyan pada Timmy yang telah meninggal dunia. 

Latar belakang keluarga Timmy ini terungkap usai sang ibu, Sharon hadir dalam podcast Denny Sumargo. 

Podcast yang tayang pada Kamis (23/10/2025) menampilkan sosok Sharon ibu Timothy yang menceritakan beberapa hal terkait kematian anaknya. 

Salah satunya, tentang latar belakang keluarga Timothy. 

Baca juga: Detik-detik Terakhir Timothy Bersama Keluarga, Makan Malam, Sempat Kerjakan Skripsi Bareng Ibu

Kata Sharon, keluarga besarnya adalah keluarga dokter. 

Nenek Timmy memiliki rumah sakit di Kabupaten Banjarnegara. 

Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batam pada bagian utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, pada bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo, sedangkan pada bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga.

Saat akan melahirkan Timmy 22 tahun lalu, Sharon pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. 

Ia melahirkan anak semata wayangnya tersebut di rumah sakit orangtuanya. 

"Jadi kita keluarga dokter, tempat rumah sakit mama (nenek Timmy)," katanya dikutip TribunnewsSultra.com dari podcast Denny Sumargo. 

Diketahui, rumah sakit tersebut berada di salah satu kecamatan di Banjarnegara. 

Namun Sharon tak menyebutkan secara spesifik. 

"Jadi waktu mau melahirkan Timmy, saya pergi dari Jakarta ke kampung. Dia kelahiran sana (Banjarnegara)," jelasnya. 

Sementara Sharon adalah seorang dosen. 

Hal ini terungkap ketika menjelaskan terkait masalah skripsi Timmy. 

Diakui Sharon bahwa anaknya memang sedang mengerjakan skripsi sebelum tewas. 

Anak sematawayangnya tersebut sempat curhat terkait skripsinya. 

Adapun Timothy merupakan mahasiswa semester tujuh jurusan Sosiologi FISIP Udayana.

Timmy sapaan Timothy mengungkap bahwa dirinya kesusahan dalam mengerjakan tugas akhir mahasiswa itu. 

Ia merasa tak ada kemajuan dalam skripsinya. 

Sampai akhirnya meminta bantuan ibunya untuk mengerjakan skripsi. 

Padahal, kata Sharon, Timmy selalu menolak ketika akan dibantu olehnya.

Namun sebelum kejadian tepatnya di malam hari, Timmy meminta agar ibunya membantunya. 

Momen tersebut terjadi saat Timmy dan keluarganya sedang makan bersama di salah satu rumah makan di Bali.

Sang ibu memang selalu menawarkan bantuan pada Timmy. 

Namun selalu ditolak. Meski begitu jelang kepergiannya, Timmy pun tidak menolak. 

"Dia itu selama ini tidak mau dibantu (skripsinya). Saya sudah tawarkan berkali-kali Timmy let me help you, karena mami ini hampir 15 tahun jadi dosen. Jadi mami tahu bagian-bagian mana yang mahasiswa perlu dibantu."

Timmy pun mengakui bahwa dirinya merasa kesulitan dalam pengerjaan skripsi. 

"Tapi dia gak mau terus. Tapi waktu itu hari Selasa kita discuss itu, akhirnya dia (Timmy berkata) 'ya mami, saya mentok, saya sudah coba kerjakan tapi tidak maju-maju" cerita Sharon dalam siniar atau podcast di kanal YouTube Denny Sumargo, dikutip pada Jumat (24/10/2025).

Sharon lantas mengungkapkan, ketika anaknya menjelaskan isi skripsinya, dia menilai topik yang diambil belum terfokus.

Sehingga, dia menyarankan kepada Timmy agar mempersempit masalah yang ingin diangkat dalam skripsinya.

Setelah itu, Sharon mengajak anaknya untuk pulang dan meminta agar skripsinya langsung dikerjakan.

Pasalnya, keesokan harinya, Timmy harus melakukan bimbingan skripsi.

"Jadi saya masih kerja bareng sama Timmy itu sampai jam 10 malam. Sampai dia siap untuk hal apa yang mau dikonsultasikan besok," tuturnya.

Sharon mengatakan dari komunikasinya dengan sang anak berjalan normal sebelum peristiwa tragis menimpa Timmy.

Terkait curhatan Timmy, Sharon enggan untuk menyimpulkan bahwa masalah skripsi yang tengah dihadapi menjadi pemicu anaknya mengakhiri hidup.

Dia hanya mengungkapkan segala kemungkinan terkait penyebab sang anak mengakhiri hidup tetap ada.

"Kalau semisal orang tanya, ada kemungkinannya, saya rasa semua orang di kita kemungkinan punya possibility," tuturnya.

Sebelum Meninggal, Timmy Sempat Baca Alkitab dan Berniat Pergi ke Gereja

Sharon mengatakan pada Rabu pagi sekitar pukul 05.30 WITA, Timmy sempat membaca Alkitab bersama rekan-rekannya.

Dia mengungkapkan kegiatan tersebut rutin dilakukan Timmy setiap pagi.

"Saya di atas, Timmy di bawah, saya masih dengar dia baca Alkitab. Mereka punya kelompok untuk belajar firman Tuhan bersama-sama setiap jam 05.30 pagi," cerita Sharon.

Kemudian, Sharon mengatakan Timmy sudah bersiap untuk pergi ke kampus sekitar pukul 08.00 WITA meski bimbingan skripsi dijadwalkan pada pukul 12.00 WITA.

Timmy, kata Sharon, beralasan berangkat lebih awal karena ingin sambil olahraga. Sharon menuturkan setiap harinya, Timmy selalu berjalan kaki ketika berangkat kuliah.

"Loh kenapa ini jam delapan kok sudah mau berangkat? Kan bimbingannya baru jam 12. (Jawab Timmy) Nggak apa-apalah mami, saya mau jalan santai-santai saja sekalian olahraga," cerita Sharon saat berkomunikasi dengan anaknya.

Pada momen tersebut, Sharon juga menyebut sang anak berpamitan akan pulang malam karena hendak pergi ke gereja.

"(Timmy mengatakan) Kemudian nanti kelihatannya pulangnya, mami, soalnya nanti malam kan langsung ke gereja. Jadi saya nggak pulang dulu, jadi dari kampus mau langsung (pergi ke gereja)," cerita Sharon.

Ungkapan duka ibu Timothy viral di media sosial. 

Ia berjiwa besar untuk mengangkat anak pembully putranya. 

Peristiwa pelik yang terjadi pada mahasiswa Udayana Bali itu, memantik perhatian publik. 

Hingga kini kasusnya menjadi sorotan. 

Seperti diketahui, sosok Timothy ditemukan terjatuh di kampus pada Rabu (15/10/2025) lalu.

Timothy sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum meninggal dunia. 

Namun kematiannya menjadi bahan bullyan teman-temannya di kampus. 

Chat yang para pembully beredar di media sosial dan viral. 

Sampai membuat para pembully pun satu persatu menyampaikan permintaan maaf ke publik. 

Orangtua Timothy mengetahui hal tersebut pun memaafkan para pelaku. 

Sang ibu Timothy, Sharon juga baru-baru ini tampil di podcast Denny Sumargo. 

Dalam podcast yang tayang pada Kamis (23/10/2025) Sharon menjabarkan peristiwa pelik yang dialaminya. 

Ia kehilangan Timothy yang baru berusia 22 tahun. 

Salah satu yang menjadi pembahasan pada podcast tersebut tentang pembully anaknya. 

Sama seperti ayah Timothy yang sebelumnya sudah menyampaikan pada media memaafkan para pembully. 

Kini giliran Sharon. 

Alih-alih marah, Sharon memilih untuk memaafkan para pembully. 

Ia juga menganggap pembully anaknya sebagai anak sendiri. 

Bahkan mengenakan wajib lapor kepada salah satu pembully, Vito. 

Vito merupakan mahasiswa FISIP Unud angkatan 2025 sekaligus Wakil Kepala Departemen Eksternal Himapol FISIP Unud.

Pertemuan antara Sharon dengan Vito turut disaksikan oleh ibu Vito.

"Kita ngobrol di gereja. Sama Vito saya sampaikan hal yang sama. Tapi saya tambahkan, kamu saya kenai wajib lapor sama saya (kata Sharon ke Vito)" ucap ibu Timothy dalam YouTube Denny Sumargo tayang Kamis (23/10/2025).

"Tante sudah nggak punya anak lagi. Jadi kamu sekarang harus jadi anak tante" lanjutnya. 

"Tante ingin lihat komitmen kamu untuk jadi orang yang lebih baik untuk kamu bawa spirit-nya Timmy (panggilan akrab Timothy) bagaimana dia menjalani hidupnya," ujar Sharon. 

Di sisi lain, Sharon mengaku juga bertemu dengan salah satu pelaku bullying Timothy yakni Leonardo Jonathan Hadnika Putra.

Leo merupakan mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Unud angkatan 2022 sekaligus Wakil Ketua BEM fakultas.

Momen pertemuan itu terjadi ketika Leo berkunjung ke rumah duka.

Sharon menyebut ketika menemuinya, Leo seperti orang yang ketakutan.

"Leo itu datang dengan ketakutan dan stres yang sangat besar. Dan dia sangat-sangat ketakutan, belum makan, selesai itu pun kita masih bawain makanan dia," cerita Sharon.

Sharon pun menyampaikan agar Leo menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. 

"Tapi jangan takut. Hadapi konsekuensinya, setelah itu perbaiki dirimu dan jadi hidup lebih baik," kata Sharon mengulangi nasihatnya kepada Leo.

Selain Leo dan Vito, Sharon juga telah bertemu pelaku bullying Timothy yang berasal dari Fakultas Kedokteran (FK) Unud bernama Eric Gonata.

Lagi-lagi, Sharon menasihati Eric seperti pelaku bullying lainnya agar menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

"Saya bilang Eric kamu harus jadi dokter yang berbeda dan luar biasa," ujarnya.

Senada dengan Vito, Sharon juga menganggap Eric seperti anaknya.

"Sekarang, (Sharon) juga jadi mama kamu. Jadi kamu juga saya kenakan wajib lapor" ucap Sharon. 

"Kamu update everything happen to you. Aku ingin melihat kamu berkembang, melanjutkan hidup setelah ini, menggapai orang-orang, dan melayani orang-orang," katanya.

Kematian Timothy Masih Misterius, Ponsel Korban Diperiksa

Sementara itu, Kepolisian Daerah (Polda) Bali hingga kini belum menemukan bukti kuat yang mengarah pada dugaan adanya tindakan perundungan (bullying) sebagai penyebab utama bunuh diri yang dilakukan oleh Timothy

Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Ariasandy, menegaskan dari pemeriksaan terhadap puluhan saksi, tidak ada yang mengindikasikan adanya tekanan atau perundungan yang dialami korban.

"Kami tegaskan, dari 20 saksi yang sudah diperiksa, belum ditemukan adanya indikasi bullying yang menjadi penyebab korban mengakhiri hidupnya," ujar Kombes Pol Ariasandy di Denpasar, Bali, pada Jumat (24/10/2025). 

Kombes Pol Ariasandy menjelaskan, proses penyelidikan di tahap awal sempat menemui beberapa kendala.

Salah satu hambatan signifikan adalah minimnya laporan awal dari keluarga korban.

"Awalnya, orang tua korban sempat memilih tidak membuat laporan polisi dan hanya menyerahkan surat pernyataan lantaran mempertimbangkan kondisi internal keluarga," beber Ariasandy.

Selain itu, sahabat dekat korban, yang diyakini memiliki informasi kunci mengenai kondisi psikologis dan persoalan pribadi Timothy, sempat menolak memberikan keterangan karena masih dalam kondisi syok.

"Waktu tanggal 15, penyidik sudah berupaya secara persuasif untuk menggali informasi, tetapi yang bersangkutan belum sanggup memberi keterangan karena masih dalam kondisi syok," jelas Ariasandy. 

Kendala penyelidikan mulai terurai setelah laporan resmi dari ayah korban diterima pada 20 Oktober. 

Setelah laporan ini, penyidik kembali memanggil sejumlah saksi dan melakukan pemeriksaan tambahan.

Langkah penting terbaru yang dilakukan penyidik adalah pendalaman isi ponsel milik korban.

"Pada awalnya, handphone korban diamankan belum bisa kami periksa. Namun, setelah ada laporan polisi, keluarga menyerahkan ponsel itu" terang Ariasandy. 

"Saat ini kami sedang mendalami isinya untuk mencari petunjuk lain terkait motif bunuh diri," katanya. 

"Sampai saat ini kami belum menemukan bukti yang mengarah bahwa penyebab korban bunuh diri karena bullying," pungkas Ariasandy.

(Tribunnews.com/Tribun-Bali.com)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved