Video Viral Kendari

Kronologi Perkelahian Kakak Vs Adik Kelas SMAN 4 Kendari Sulawesi Tenggara, 7 Siswa Dikeluarkan

Penulis: Dewi Lestari
Editor: Sitti Nurmalasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMAN 4 Kendari, Jusniyati.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Berikut ini kronologi perkelahian kakak versus adik kelas di SMAN 4 Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang viral di media sosial.

Kronologi kejadian tersebut disampaikan langsung Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMAN 4 Kendari, Jusniyati saat ditemui TribunnewsSultra.com, Kamis (26/9/2024).

Jusniyati menyampaikan perkelahian yang terjadi pada Rabu (25/9/2024) bermula saat dirinya mendapatkan laporan dari anggota BK SMAN 4 Kendari, Senin (23/9/2024).

Bahwa ada siswa yang masuk rumah sakit setelah mengikuti Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) Pramuka di Toronipa, Kabupaten Konawe.

Siswa yang masuk rumah sakit tersebut di uap, karena diduga mengalami gangguan pernapasan.

Baca juga: Soal Video Viral Adu Jotos Siswa SMAN 4 Kendari, Kepsek: Sementara Mediasi Orangtua Pelaku-Korban

“Dengan informasi awal ini, kami kemudian melakukan penelusuran, dan ternyata ada pemukulan yang terjadi di Toronipa saat kegiatan PTA,” kata Jusniyati.

Jusniyati menyampaikan setelah pihaknya menginterogasi siswa kelas 11, yang berada di lokasi kejadian, ternyata selama dua malam di Toronipa terjadi pemukulan.

Setelah diidentifikasi, lalu muncul nama-nama siswa yang diduga sebagai pelaku sebanyak 14 orang. 

Setelah ditelusuri ternyata pemukulan ini bukan hanya terjadi saat di Toronipa, tetapi sempat terjadi di sekolah, yakni saat jam pulang sekolah, pada saat mempersiapkan keberangkatan mereka ke Toronipa.

“Kegiatan PTA-nya itu Jumat pekan kemarin, ternyata sempat terjadi pemukulan di dalam sekolah saat mempersiapkan keberangkatan ke sana.”

Baca juga: Viral Video Kakak Vs Adik Kelas Siswa SMA di Kota Kendari Adu Jotos hingga ke Pinggir Jalan

“Itu tidak terdeteksi karena kejadiannya saat pulang sekolah. Kemudian mereka mencari spot yang tidak terdeteksi sama kamera CCTV sekolah,” tuturnya.

Kemudian pada Rabu (25/9/2024), Jusniyati menyebut pihaknya memproses 14 siswa tersebut, dengan mengundang orangtua masing-masing siswa. 

Setelah itu, pihak BK SMAN 4 Kendari berkoordinasi dengan kepala sekolah, beserta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

Kepala SMAN 4 Kendari lalu memerintahkan Bimbingan Konseling untuk melihat track record masing-masing sisiwa, apakah sebelumnya telah melakukan pelanggaran atau tidak, dan proses pembinaannya sudah sampai di mana.

Setelah dibuka kembali data-data para siswa tersebut sejak kelas 10, terindikasi tujuh orang sudah pernah melakukan pelanggaran berat.

Baca juga: Dua Siswi SMP yang Adu Jotos di Muna Sulawesi Tenggara Telah Berdamai, Video Berkelahi Sempat Viral

Sedangkan tujuh lainnya masih bisa dilakukan pembinaan karena baru pertama kali melakukan pelanggaran.

Tujuh orang ini terbukti melakukan pelanggaran berat sebelumnya, karena adanya surat pernyataan terakhir, yang juga diketahui orangtua, bahkan orangtua siswa yang bersangkutan juga ikut bertanda tangan.

Pernyataan tersebut berisi ketika mereka melakukan pelanggaran lagi, otomatis pihak sekolah akan mengembalikan mereka ke orangtua masing-masing. 

“Itu isi surat pernyataan sebelum ada kasus ini. Karena ada kasus ini maka kepala sekolah kemarin mengambil keputusan, bahwa tujuh siswa ini kami kembalikan,” ujarnya.

Jusniyati menjelaskan di hari yang sama, pihaknya juga memanggil orangtua ketujuh siswa yang dikembalikan atau dikeluarkan.

Baca juga: Dua Siswi SMP yang Adu Jotos di Muna Sulawesi Tenggara Telah Berdamai, Video Berkelahi Sempat Viral

Setelah proses terakhir di sore hari, sekiranya pukul 15.30 Wita, ada satu siswa yang telah diproses ini meminta izin ke kelasnya untuk mengambil tas.

Namun, ternyata siswa ini ke kelasnya bukan untuk mengambil tas, tetapi berkumpul dengan teman-temannya yang kelas 12, untuk menyerang kelas 11 yang ada di depan mereka.

Sehingga penyerangan tersebut tidak pandang bulu, siapa saja kelas 11 laki-laki yang mereka lihat semuanya dipukul, dan karena kelas 11 ini mencoba mempertahankan diri, maka kelas 11 juga membalas.

“Kami saat kejadian ada di tempat, tetapi kondisi sudah tidak bisa dikendalikan, karena jumlah anak terlalu banyak, jadi kami tidak bisa menangani semuanya, dan terjadilah perkelahian seperti video yang viral,” jelas Jusniyati. (*)

(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)