Doa dan Amalan Harian

Ramadhan Sebentar Lagi, Sudahkah Ganti Utang Puasa? Berikut Batas Waktu Qadha Puasa dan Niatnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mengqadha puasa Ramadhan

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Tidak terasa bulan Ramadhan 2024 akan segera tiba.

Umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa sebulan penuh selama Ramadhan.

Jelang memasuki bulan Ramadhan, beberapa umat Muslim juga masih bertanya-tanya perihal qadha puasa atau ganti utang puasa.

Terutama bagi wanita yang mengalami haid atau menstruasi saat ibadah puasa Ramadhan.

Sehingga ia diwajibkan untuk mengganti utang puasa tersebut sebelum memasuki Ramadhan di tahun berikutnya.

1 Ramadhan 1445 Hijriah ditahun ini diperkirakan jatuh pada 12 Maret 2024.

Hal tersebut juga sebagaimana dikutip Kontan dari laman resmi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, tanggal 1 Ramadhan diperkirakan akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Baca juga: Jadwal Puasa Ramadhan 1445 H Awal Maret 2024? Simak Penjelasannya, Siap Sambut dengan Baca Niat

Sementara itu, untuk tanggal 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2023.

Jika dihitung mulai hari ini, Jumat (19/1/2024) maka 1 Ramadhan 1445 Hijriah terhitung sisa 53 hari lagi.

Namun perlu dicatat, tanggal pasti pelaksanaan puasa dan lebaran ini bisa berubah.

Sebab biasanya dalam memutuskan tanggal pasti pelaksanaan awal Ramadahan dan Syawal ini, pemerintah menentukannya dengan melihat hilal dan ditentukan melalui sidang isbat.

Lantas sampai kapan kita masih bisa mengqadha atau mengganti puasa Ramadhan di tahun lalu?

Berikut penjelasan mengenai batas waktu perihal qadha puasa Ramadhan terdapat di beberapa hadis.

Dilansir dari laman konsultasisyariah.com, ada hadis yang melarang melakukan puasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban.

Baca juga: Kapan Puasa Rajab? Catat Jadwal Penting Ibadah Senin dan Kamis Mulai Tanggal 13 Januari 2024

Diantaranya hadis dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا

“Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud 2337)

Dalam hadis yang lain, yang juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari 1914 dan Muslim 1082).

Di sisi lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merutinkan puasa selama sya’ban.

Baca juga: Puasa Ayyamul Bidh Januari 2024 Bertepatan Bulan Rajab 1445 Hijriah, Bacaan Niat dan Keutamaannya

Bahkan beliau melakukan puasa sya’ban sebulan penuh.

Dari A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari 1970 dan Muslim 1156)

Karena itu, sebenarnya larangan berpuasa setelah masuk pertengahan bulan sya’ban, tidak berlaku mutlak.

Hal tersebut berarti bahwa larangan itu berlaku ketika seseorang melakukan puasa sunah tanpa sebab, sementara dia tidak memiliki rutinitas puasa sunah tertentu atau tidak dimulai dari awal sya’ban.

Ada pula hadis kedua dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memberikan pengecualian,

“kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.”

Baca juga: Doa Selamat Dunia Akhirat Sesuai Ajaran Rasulullah, Jadi Amalah Harian Dibaca Setelah Salat

Dengan demikian, puasa qadha dibolehkan sekalipun telah masuk pertengahan sya’ban.

Batas akhirnya adalah sampai datang bulan Ramadhan berikutnya.

Dan itulah yang dilakukan oleh Ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha.

Beliau pernah menuturkan,

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

Dulu saya punya utang puasa Ramadhan. Dan saya tidak bisa mengqadhanya kecuali di bulan sya’ban. (HR. Bukhari 1950, Muslim 2743, dan yang lainnya).

Niat Qadha Puasa Ramadhan

Mereka yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan.

Mereka yang mengqadha puasa Ramadhan juga wajib memasang niat puasa qadhanya di malam hari, setidaknya menurut Mazhab Syafi’i.

Adapun berikut ini adalah lafal niat qadha puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Semoga Allah menerima uzur dan qadha puasa Ramadhan kita. 

Wallahu a‘lam bishawab.

(*)

(SerambiNews)(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)