Mutasi Perwira Polri di Sultra

Profil Kompol La Ode Surahman Jabat Wakapolres Wakatobi, Perjalanan Karier Sempat Jadi Kernet Angkot

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut ini profil Kompol La Ode Surahman yang saat ini menjabat sebagai Wakapolres Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia mengawali perjalanan kariernya dari bawah. Bahkan pernah menjadi kernet angkot di pasar. Bertahun-tahun mengabdi sebagai bagian dari Kepolisian Republik Indonesia, ia pun siap sedia kala ditempatkan di mana saja.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini profil Kompol La Ode Surahman yang saat ini menjabat sebagai Wakapolres Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Ia mengawali perjalanan kariernya dari bawah. Bahkan pernah menjadi kernet angkot di pasar.

Bertahun-tahun mengabdi sebagai bagian dari Kepolisian Republik Indonesia, ia pun siap sedia kala ditempatkan di mana saja.

Lantas seperti siapa sosok Kompol La Ode Surahman ?

Kompol La Ode Surahman masuk dalam surat mutasi telegram Kapolda Sultra.

Diketahui, surat mutasi tersebut tertuang dalam surat telegram Kapolda Sultra nomor nomor ST/706/VIII/KEP/2023 tanggal 10 Agustus 2023.

Surat telegram mutasi yang dikeluarkan Polda ditandatangani Karo SDM Kombes Pol Danang Beny K.

Baca juga: BREAKING NEWS Mutasi Polda Sultra: Dua Kapolsek, Kabagops dan Kasat di Polresta Kendari Berganti

Tak hanya pejabat di lingkungan Polda Sultra yang dirotasi jabatanya, bahkan ada yang mutasi untuk persiapan jabatan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Salah satu nama yang turut mendapat promosi jabatan adalah Kompol La Ode Surahman.

Kompol La Ode Surahman, jabatan lama Kasubbag P-BMN Baginfolog Biro Logistik Polda Sultra dipromosikan sebagai Wakapolres Wakatobi.

Wakatobi adalah kampung halamannya. Sehingga saat ditempatkan di Wakatobi, ia pun merasa begitu gembira karena bisa kembali ke kampung halaman.

Profil

La Ode Surahman memulai kariernya dari bawah.

Bahkan sebelum menjadi seorang polisi, ia pun menghabiskan masa mudanya dengan bekerja.

Berbagai pekerjaan dilaluinya untuk bisa menabung dan perlahan mewujudkan mimpi nekatnya menjadi polisi.

Mulai dari menjadi kenet angkot, jaga jualan, hingga tukang bangunan.

Sampai pada akhirnya bisa menjalani masa pendidikan di SPN Batua Polda Sulawesi Selatan tahun 1990an.

Ia sempat berbincang dengan TribunnewsSultra.com, tentang perjalanan terjal yang dilaluinya untuk menjadi seorang anggota polisi.

Saat mengingat perjalanan panjangnya tersebut, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

Bagaimana tidak, menjadi seorang polisi tak pernah terpikir dalam benaknya.

Apalagi profesi polisi saat itu menjadi sesuatu yang paling diidamkan.

Baca juga: Daftar Mutasi Pejabat Pemkot Kendari, Nama-nama Kepala Dinas, Asisten, Staf Ahli Dilantik Wali Kota

Awalnya, ia ingin menjadi perawat dengan niat bermanfaat bagi orang lain, namun kehidupan yang seadanya melatih dirinya menjadi sosok tangguh untuk bejuang sendiri.

Tanpa bantuan orangtua, hanya bermodalkan tangan kekar dan bahu yang kuat.

"Belum lagi, bayang-bayang sebagai anak kampung di sebuah desa terpencil di Wakatobi saat itu sempat membuat mimpinya terkubur," tuturnya (23/9/2022).

Namun, takdir menemukan jalannya. Usaha selalu saja membuahkan hasil pada mereka yang berjuang.

Kompol La Ode Surahman meyakini hal tersebut dan kini menikmati hasil dari serpihan perjuangannya silam.

Bukan tanpa alasan, sebagai anak laki-laki dari delapan orang bersaudara mantan Wakapolres Kabupaten Muna ini kerap diberi pesan-pesan dan nilai yang ditanamkan untuk membentuk ketangguhannya.

Wawancara khusus pada program Tribun Corner, Rabu (21/9/2022) bersama Kompol La Ode Surahman yang tayang di channel Youtube Tribunnewssultra Official. (Tangkapan layar channel Youtube Tribunnewssultra)

"Janganlah melihat orang dari manfaat yang dirasakan, tapi setiap orang memberi manfaat. Karena sampah saja jika dikelola dengan baik akan menjadi sesuatu yang bernilai. Maka buatlah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain," tuturnya mengingat pesan orangtua.

Pesan Orantua

Ayahnya menekankan untuk bisa hidup bermanfaat bagi orang lain dan tak memilih-milih.

Hal ini diwujudkannya dengan berkontribusi menjadi mantri saat sudah menjadi polisi.

Dari rumah ke rumah kala itu, ia datang memeriksa pasien yang sakit hingga menyunat anak laki-laki secara gratis dengan kemampuannya.

Tak hanya itu, meski disibukkan dengan berbagai agenda instansi, Kompol Surahman kerap terlibat dalam kegiatan adat di kampungnya Wakatobi.

Nilai budaya dan adat dipegang teguhnya, terlebih dengan gelar kebangsawanan sebagai seorang La Ode.

"Nilai adat ini harus terus dilestarikan karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melanjutkan," katanya.

Ia memaknainya dengan sebuah perumpamaan penting dan menjadi prinsip hidup yang turut ditanamkan pada anak-anaknya.

"Lebih baik Tapa (tanpa) Agama daripada Tapa Adati. Karena nilai agama kita bisa belajar dari mana saja, tapi kalau adat susah belajarnya selain melestarikan apa yang sudah. Apalagi setiap daerah itu punya keunikan dan tradisinya masing-masing," jelasnya.

Saat mengemban tugas menjadi seorang polisi, ayahnya pun berpesan untuk terus berbuat kebaikan dan tunduk pada atasan.

"Berbuat terus kebaikan, karena sesungguhnya manusia baik adalah yang terbaik dan hormatilah orangtuamu (atasan) di kantor, karena orangtua kedua kita adalah di kantor. Karena Tuhan tidak meyuruh Malaikat langsung memikul rejekimu tapi lewat tangan pimpinanmu. Maka itulah tetap tunduk dan hormat, orangtua kita adalah pimpinan di kantor," jelasnya.

Nilai-nilai adat, budaya, agama, menjadi kekuatan Kompol La Ode Suharman terus bergerak maju dan mengubah jalan hidup keluarganya.

Atas perjuangannya, ia kini melanjutkan dan membangun pondasi membentuk karakter anak-anaknya pulang dengan nilai-nilai tersebut.

Terlebih kedua anaknya kini mengabdikan diri kepada negara sebagai perwira kepolisian.(*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)