TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Presiden Joko Widodo menyatakan praktik-praktik keagamaan yang eksklusif dan tertutup harus dihindari.
Sebab, menurutnya hal tersebut dapat memicu terjadinya pertentangan.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) ke-9, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, (7/4/2021).
Baca juga: 11 Poin Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 H dari Kemenag, Termasuk Soal Buka Puasa Bersama
"Praktik-praktik keagamaan yang eksklusif yang tertutup harus kita hindari, karena sikap ini pasti akan memicu penolakan-penolakan dan akan menimbulkan pertentangan pertentangan," kata Jokowi.
Presiden bersyukur bahwa bangsa Indonesia mewarisi Bhinneka Tunggal Ika dari para pendiri bangsa.
Sehingga dapat saling menghormati dan hidup bergandengan meskipun berbeda latar belakang.
"Walaupun kita berbeda, berbeda suku, berbeda ras, berbeda agama, juga berbeda pandangan dalam keagamaan, tetapi kita tetap saling menghormati, tetap bersatu, tetap rukun dan bersama-sama bergotong-royong," katanya.
Baca juga: Aturan Baru Ibadah Umrah di Bulan Ramadan: Ada 3 Kategori Jemaah yang Diizinkan
Kepala Negara mengatakan bahwa sikap toleran adalah sebuah keharusan.
Yakni sikap saling menghargai segala perbedaan termasuk perbedaan keyakinan.
"Saling menghormati dan belajar dari orang lain, sehingga tercapai kesamaan sikap yang saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak kepada keluarga besar LDII untuk selalu menyuarakan dan meningkatkan toleransi dalam kehidupan sosial keagamaan.
Mengajak untuk selalu menyuarakan dan melaksanakan sikap terbuka terhadap perbedaan.
"Untuk bergaul, untuk bergotong-royong bersama sama dalam perbedaan termasuk sekali lagi perbedaan pandangan keagamaan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jokowi: Praktik Keagamaan yang Eksklusif Harus Dihindari,
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan