Ada Tiga Hari Terpendek di Tahun 2025, Fenomena Ini Bukan yang Pertama

Masih hangat topik perbincangan mengenai 5 Agustus 2025 diprediksi sebagai hari terpendek. Namun, fenomena ini bukan pertama kali terjadi.

Canva.com
HARITERPENDEK - Kolase ilustrasi waktu dan bumi. Masih hangat topik perbincangan mengenai 5 Agustus 2025 diprediksi sebagai hari terpendek. Namun, fenomena ini bukan pertama kali terjadi pada tahun 2025. Ada tiga tanggal pada tahun 2025 ini juga menjadi hari terpendek. Bahkan, bukan hanya terjadi pada tahun 2025 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Masih hangat topik perbincangan mengenai 5 Agustus 2025 diprediksi sebagai hari terpendek

Namun, fenomena ini bukan pertama kali terjadi pada tahun 2025. 

Ada tiga tanggal pada tahun 2025 ini juga menjadi hari terpendek

Bahkan, bukan hanya terjadi pada tahun 2025. 

Jika dalam satu hari, warga di Bumi mengenal 24 jam, namun pada dasarnya durasi waktu tersebut tidak semerta-merta demikian. 

Kondisi inilah yang biasanya disebut dengan hari terpendek. 
 
Hari terpendek adalah kondisi ketika waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu putaran penuh lebih cepat dari 24 jam standar. 

Baca juga: Penyebab 5 Agustus 2025 Hari Terpendek, Ilmuwan Sebut Fenomena Normal

Pada 5 Agustus, perputaran Bumi diperkirakan "kehilangan" sekitar 1,5 milidetik. 

Sehingga, waktu akan terasa lebih singkat dari biasanya. 

Meski begitu, warga di Bumi tidak akan merasakan hal yang signifikan atas fenomena ini. 

Dilansir dari Serambinews.com, fenomena hari yang lebih pendek dari 24 jam sudah mulai terdeteksi sejak tahun 2020. 

Kondisi ini juga berulang setiap tahunnya. 

Tren percepatan rotasi bumi tidak hanya terjadi pada tahun 2025. 

Namun, fenomena ini justru lebih sering terjadi. 

Tercatat dalam satu tahun (365 hari), ada tiga hari yang lebih pendek dari 24 jam.

Ini menjadikannya tahun dengan jumlah hari terpendek terbanyak sejak pengukuran presisi dimulai.

Tiga tanggal tersebut di antaranya:

9 Juli 2025: -1,23 milidetik

22 Juli 2025: -1,36 milidetik

5 Agustus 2025: -1,25 milidetik

Dilansir dari Space, waktu yang dibutuhkan bumi berputar penuh terhadap matahari adalah 24 jam 86.400 detik.

Namun, secara astronomis, ada juga hari sideris, yang merupakan satu rotasi penuh Bumi relatif terhadap bintang-bintang tetap. 

Kondisi hari sideris ini berlangsung selama 23 jam, 56 menit, dan 4,1 detik.

Perbedaan kecil ini yang menjadi dasar mengapa fenomena percepatan rotasi dapat terdeteksi.

Baca juga: Fenomena Pusaran Air Laut di Pantai Mandra Kolaka Sulawesi Tenggara, BMKG Kendari: Kami Cek Dulu

Penjelasan Tentang Penyebab Hari Terpendek

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi gaya pasang surut bulan. 

Variasi posisi bulan, khususnya deklinasinya terhadap ekuator Bumi, dapat memengaruhi kecepatan rotasi.

"Penyebab percepatan ini belum dijelaskan. Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa percepatan ini disebabkan oleh sesuatu di dalam Bumi. Model samudra dan atmosfer tidak dapat menjelaskan percepatan yang sangat besar ini," jelas Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskow dilansir dari UPI, Selasa (22/7) lalu.

Ilmuwan: Ini Fenomena yang Normal

Meski fenomena ini terkesan aneh, ilmuwan menegaskan bahwa tidak ada dampak langsung pada kehidupan sehari-hari.

Mantan Direktur Waktu di Observatorium Angkatan Laut Amerika Serikat, Dennis McCarthy, menjelaskan bahwa rotasi Bumi telah diketahui bervariasi selama sekitar seratus tahun dan fenomena ini adalah salah satu dari variasi kecil tersebut.

"Kita telah mengetahui bahwa rotasi Bumi bersifat variabel selama sekitar seratus tahun. Ini hanyalah salah satu variasi kecil yang terjadi," ucapnya.

Ada beberapa teori yang menjelaskan jika perubahan rotation speed ini terjadi karena interaksi dinamis dalam sistem bumi-mismatched ini seperti:

1. Perubahan dalam inti cair Bumi

Dimana gerakan material cair dalam inti bumi memerlukan penyesuaian sudut rotasi untuk menjaga total momentum sudut sehingga permukaan bisa berputar sedikit lebih cepat.

2. Dampak atmosfer dan angin global

Pola rotasi atmosfer yang bergerak cepat dapat menyebabkan Bumi memutar sedikit lebih cepat supaya jumlah momentum total tetap seimbang.

Meski penyebab pastinya belum sepenuhnya pasti, para ilmuwan mencurigai bahwa faktor internal Bumi—terutama gerakan inti—lebih dominan daripada pengaruh atmosfer atau bulan.

Nah, dengan demikian meski 5 Agustus 2025 tercatat sebagai salah satu hari paling pendek dalam sejarah modern, itu hanya terlihat di data atomik dan instrumen presisi tinggi, bukan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Fakta lainnya, ternyata selain tanggal 5 Agustus 2025, ada hari-hari lain sebelumnya yang juga mengalami hal yang sama, yakni pada tanggal 22 Juli (sekitar 1,34 ms), dan 10 Juli bahkan mungkin hari terpendek sejauh ini di tahun 2025 dengan sekitar 1,36 ms lebih pendek.

Namun catatan terbaru bisa memperbarui urutan ini pada beberapa prediksi ternyata revisi setelah pembaruan data tanggal 28 Juli, sehingga catatan aktual bisa berubah. 

Tapi konsep dasarnya tetap sama yakni pada hari-hari tersebut, Bumi menyelesaikan satu rotasi (dalam konteks “solar day”) sedikit lebih cepat dari rata-rata.

Jika ditelisik pada masa lalu, hari terpendek tak hanya terjadi satu kali saja.

Bahkan fenomena ini tercatat sudah beberapa kali terjadi. 

Misalnya pada 5 Juli 2024 menjadi hari terpendek sepanjang sejarah modern, dengan durasi 1,65 milidetik lebih singkat dari 24 jam, menurut ahli geofisika MIT, Thomas Herring.

Daftar Hari Terpendek yang Pernah Tercatat

5 Juli 2024: 1,65 milidetik lebih pendek

9 Juli 2025: 1,23 milidetik lebih pendek

22 Juli 2025: 1,36 milidetik lebih pendek

5 Agustus 2025: 1,34 milidetik lebih pendek

Fenomena ini mungkin tidak memengaruhi aktivitas kita sehari-hari, tetapi menjadi pengingat bahwa Bumi adalah planet yang dinamis dan terus berubah.

Walaupun kita mengenal 24 jam dalam sehari, namun ternyata tidak selamanya bisa bervariasi. (*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved