Mitos Menyapu hingga Keramas Rambut saat Imlek Benarkah Bisa Bikin Seseorang Bernasib Buruk? 

Apakah menyapu saat perayaan Imlek atau Tahun Baru China bisa membuat seseorang bernasib sial? 

Kolase TribunnewsSultra.com
Apakah menyapu saat perayaan Imlek atau Tahun Baru China bisa membuat seseorang bernasib sial? Mitos tersebut kerap menjadi salah satu perbincangan menarik saat Imlek. Pada momen ini, menjadi perayaan yang dinantikan setahun sekali. Sehingga ketika menyambutnya pun harus penuh dengan kegembiraan. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Apakah menyapu saat perayaan Imlek atau Tahun Baru China bisa membuat seseorang bernasib sial? 

Mitos tersebut kerap menjadi salah satu perbincangan menarik saat Imlek

Pada momen ini, menjadi perayaan yang dinantikan setahun sekali. 

Sehingga ketika menyambutnya pun harus penuh dengan kegembiraan. 

Seperti diketahui Tahun Baru Imlek 2025 tak lama lagi akan dirayakan. 

Tersisa menghitung hari, masyarakat Tionghoa di seluruh penjuru dunia menyambut perhelatan ini. 

Perlu diketahui, selain perayaan meriah namun, Imlek ternyata punya sejumlah mitos

Di mana mitos tersebut dianggap sebagai pantangan. 

Baca juga: Empat Rekomendasi Film Tayang di Bioskop Kendari untuk Temani Libur Imlek dan Isra Miraj 2025

Ketika seseorang melakukan hal-hal yang dilarang maka akan berimbas pada nasibnya. 

Salah satu mitos yang sering disebut-sebut saat Imlek yakni larangan menyapu

Ketika Imlek seseorang dilarang untuk menyapu

Hal ini dikarenakan jika menyapu di hari pertama Imlek dianggap sebagai mengusir rezeki atau keberuntungan yang datang.

Sementara itu adapula mitos saat Imlek tak boleh mencuci rambut atau keramas

Banyak orang Tionghoa yang percaya mencuci rambut di hari pertama tahun baru sama dengan membasuh keberuntungan atau membasuh habis rezeki yang baru. 

Biasanya mereka melunasi semua utang sebelum Tahun Baru China.

Namun benarkah larangan tersebut benar adanya dan wajib dilakukan?

Dilansir dari Kompas.com dan Kompas TV, Rabu (22/1/2025), pantangan menyapu saat Imlek menurut Ketua Umum Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Suhadi Sendjaja diasumsikan munculnya dengan tujuan agar seseorang melakukan kegiatan bersih-bersih sebelum perayaan Imlek.

"Artinya, pada 1 Imlek (hari pertama Imlek) itu sudah bersih, karena sudah perayaan, kita bergembira ria, dan saling bersuka cita," ujar Suhadi.

Meski begitu, apabila ada yang melanggar juga tak langsung dicap akan mengalami hal buruk juga.

"Kalau (lantai) kotor, ya disapu, enggak ada masalah, jangan mengarah ke takhayul," imbuh Suhadi.

Lebih lanjut, Suhadi menyarankan masyarakat Tionghoa untuk tak lantas menjadikan larangan-larangan sebagai pegangan menyambut Tahun Baru Imlek.

Pasalnya, Tahun Baru Imlek harus disambut dengan hati dan pikiran yang bersih dan baik.

"Saya kira yang paling penting itu (berbuat baik), berbuat baik itu tidak harus menunggu Imlek," kata Suhadi.

Meski begitu, Suhadi menekankan ada hal yang memang tak boleh dilakukan orang saat Imlek.

Salah satunya yakni berhubungan dengan tindak kejahatan.

"Itu (kejahatan) pantangan yang paling utama.

Intinya ketika kita menyambut Imlek ini, kita mengawali tahun dengan yang baik, apa pun agamanya," tandas Suhadi.(*)

(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)(Grid.id)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved