10 Tahun Pemerintahan Jokowi
Rekor Kunjungan Jokowi di Sulawesi Tenggara Selama 10 Tahun Jadi Presiden, 8 Kali Injak Bumi Anoa
Berikut ini rekor kunjungan Jokowi di Sulawesi Tenggara (Sultra) selama 10 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia (RI).
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini rekor kunjungan Jokowi di Sulawesi Tenggara (Sultra) selama 10 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia (RI).
Ia memecahkan rekor sebagai Presiden dengan jumlah kunjungan terbanyak di Provinsi yang dijuluki Bumi Anoa ini.
Kedatangannya pun mendatangi sejumlah daerah kabupaten yang ada di Sultra untuk melihat progres pembangunan.
Total sudah delapan kali, Joko Widodo menginjakkan kaki di Bumi Anoa.
Seperti diketahui, jabatan Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi resmi akan berakhir pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Ia telah memimpin Indonesia selama dua periode.
Jokowi pertama kali dilantik pada 20 Oktober 2014 dan menjabat hingga 2019.
Baca juga: Pj Gubernur Sulawesi Tenggara Segera Tindaklanjuti Arahan Presiden Jokowi Saat Berkunjung ke IKN
Lalu terpilih kembali pada Pemilihan Presiden periode 2019-2024.
Ia pun melanjutkan masa kepemimpinannya.
Tahu kah kamu?
Jika pada masa 18 hari kepemimpinannya menjadi Presiden RI, Jokowi bertandang ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Ia menghadiri dua agenda penting, pada 6 November 2014 lalu.
Kedatangannya di Sulawesi Tenggara tersebut begitu disambut antusias masyarakat.
Pasalnya, ia berkunjung untuk pertama kalinya ke Sulawesi Tenggara.
Adapun agenda yang dikerjakannya saat ke Sultra yakni mengunjungi Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari hingga membuka Munas XII Kagama (Ikatan Keluarga Alumni Gadjah Mada).
Pada 2 Maret 2019, Presiden Jokowi kembali bertandang ke Kendari ibu kota Sulawesi Tenggara.
Ia lantas mengikuti jalan sehat dan blusukan ke TPI Sodoha.
Di sinilah, Jokowi melakukan pencanangan tapal batas kepemilikan tanah dan pembagian sertifikat tanah.
Tak butuh waktu lama, Jokowi kembali lagi pada tahun berikutnya, tepatnya saat 22 Oktober 2020.
Kala itu, Presiden Jokowi meresmikan Jembatan Bahteramas Teluk Kendari.
Hingga, meresmikan pabrik gula PT. Prima Alam Gemilang.
Baca juga: Plt Bupati Muna Sebut Kunjungan Presiden Jokowi ke Sulawesi Tenggara Dimajukan, Pemda Siap Menyambut
30 Juni 2021 Presiden Jokowi membuka Munas VIII Kadin yang digelar di Kota Kendari.
Saat itu pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, menjadi momen Presiden Jokowi meluncurkan program sejuta vaksin.
Agenda Jokowi kala itu juga berlanjut untuk meninjau pembangunan kolam retensi Kali Wanggu yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata masyarakat Kendari.
Spesialnya, Jokowi pernah menginap satu malam di Sulawesi Tenggara.
Pada 26 hingga 27 Desember 2021, Jokowi memanfaatkan dua hari yang dimilikinya untuk berkunjung di dua wilayah Sulawesi Tenggara.
Ia memulai perjalanannya dengan meresmikan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Selasa 26 Desember 2021.
Lalu dilanjutkan dengan meresmikan pabrik smelter nikel PT Gunbuster Nickel Indonesia (GNI) Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng) secara virtual di kawasan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), Kabupaten Konawe, Senin 27 Desember 2021
Tahun berikutnya lagi, Jokowi memanfaatkan dua hari untuk bisa berkunjung ke dua wilayah lainnya di Sulawesi Tenggara.
9 Juni 2022, Presiden Jokowi didampingi Ibu Iriana Joko Widodo sempat mengunjungi Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara guna menghadiri sekaligus membuka Pertemuan Puncak Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA Summit) 2022.

Mendarat di Bandara Matahora, Kabupaten Wakatobi, Presiden Jokowi dan rombongan disambut Tarian Sajo Moane yang merupakan tarian khas Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi.
Dari kunjungannya tersebut, Jokowi adalah Presiden pertama Indonesia yang datang ke Wakatobi.
Tak sampai di situ, Jokowi pada 26 hingga 27 September 2022, ia kembali ke Sulawesi Tenggara.
Kali ini melihat sumber daya alam yang ada di Pulau Buton.
Presiden Jokowi meninjau tambang Aspal Buton (Asbuton) di Banabungi, Kabupaten Buton.
Lalu dilanjutkan dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak (BLT BBM) di Kota Baubau.
Dalam kunjungan kerja ke Buton, Presiden Joko Widodo dianugerahi Gelar Kehormatan Adat Kesultanan Buton La Ode Muhammad Lakina Bhawaangi yi Nusantara.
Acara itu diselenggarakan di Baruga Keraton Kesultanan Buton, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, Selasa, 27 September 2022.
Terakhir, Jokowi datang ke Sulawesi Tenggara pada 13 Mei 2024.
Kala itu, ia memiliki agenda untuk meresmikan proyek nasional Bendungan Ameroro, Kabupaten Konawe.
Termasuk dengan meresmikan pelaksanaan Inpres Jalan Daerah dan agenda lainnya.
Kehadiran Jokowi di Sulawesi Tenggara memiliki momen-momen unik hingga viral di media sosial.
Masih ingat dengan handphone seorang siswi di Baubau yang tetiba rusak karena ingin berfoto bersama Jokowi?
Sampai akhirnya, handphone tersebut diganti Jokowi.
Lalu, adapula seorang anak kecil asal Muna yang mengutarakan kekesalannya karena baju yang didapatkannya dari Jokowi di ambil orang lain.
Untung saja hal tersebut direspon pihak Presiden.
Anak kecil yang viral di media sosial itu, mendapat baju yang diganti dari Jokowi.
Timeline Kedatangan Jokowi ke Sultra
1. 6 November 2014 ke Kota Kendari
2. 2 Maret 2019 ke Kendari
3. 22 Oktober 2020 ke Kendari
4. 30 Juni 2021 ke Kendari
5. 26-27 Desember 2021 ke Kolaka Timur, Konawe
6. 9 Juni 2022 ke Wakatobi
7. 26-27 September 2022 ke Baubau dan Kabupaten Buton
8. 13 Mei 2024 ke Kabupaten Konawe
10 Tahun Jokowi Memimpin Indonesia
Menjelang berakhirnya masa jabatan Jokowi setelah memimpin Indonesia selama dua periode, berbagai pandangan muncul dari masyarakat di berbagai daerah.
Salah satu pencapaian yang paling menonjol selama kepemimpinan Jokowi adalah pembangunan infrastruktur yang masif di seluruh pelosok Nusantara, yang bertujuan meningkatkan konektivitas dan mendorong pemerataan pembangunan.
Dalam 10 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur melalui program Proyek Strategis Nasional (PSN) menjadi salah satu pilar utama dalam kebijakan Presiden Jokowi. Dari jalan tol, pembangunan bandara, pelabuhan hingga kawasan industri.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan menarik lebih banyak investasi asing.
Masyarakat mengapresiasi upaya pemerataan pembangunan yang selama ini cenderung terpusat di Pulau Jawa. Mereka menyuarakan harapan bahwa pembangunan infrastruktur di era Jokowi mampu terus mendorong daerah-daerah di luar Jawa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Proyek Strategis Nasional Smelter AMMAN Mineral
Salah satu proyek strategis nasional yang turut menjadi bagian dari warisan kepemimpinan Jokowi adalah pembangunan smelter tembaga dan logam mulia milik AMMAN Mineral yang berada di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Proyek ini diresmikan Jokowi pada 23 September 2024 lalu, setelah dikerjakan selam 14 bulan. Total investasi proyek smelter Amman ini mencapai Rp21 triliun.
Proyek ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan dalam pengembangan industri pertambangan, tetapi juga mengukuhkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global.
Smelter tembaga ini, diharapkan mulai beroperasi penuh pada kuartal keempat 2024, menggunakan teknologi canggih Double Flash Smelting yang menggabungkan proses smelting dan converting, memungkinkan Indonesia menghasilkan tembaga berkualitas premium.
Proyek ini juga melibatkan sekitar 7.000 tenaga kerja, yang sebagian besar adalah pekerja lokal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pelatihan vokasi yang diberikan kepada para pekerja lokal mencerminkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam negeri, sejalan dengan visi Jokowi untuk mendorong penguasaan teknologi dan kemandirian industri.
Meningkatkan Posisi Indonesia di Rantai Pasok Global
Dengan beroperasinya smelter AMMAN, posisi Indonesia di pasar global tembaga diharapkan semakin menguat. Produk utama smelter ini adalah katoda tembaga dengan kemurnian 99,99 persen, yang akan digunakan dalam berbagai industri, mulai dari elektronik hingga otomotif.
Fasilitas smelter tembaga AMMAN mampu menampung kapasitas input hingga 900 kilo ton per tahun (“ktpa”) konsentrat dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang di masa mendatang.
Produk dari fasilitas peleburan ini akan berupa katoda tembaga yang mencapai 222 ktpa dengan kemurnian 99,99?n asam sulfat mencapai 830 ktpa dengan kemurnian 98,5 persen .
Selain itu, fasilitas pemurnian logam mulia akan menghasilkan 18 ton per tahun (“tpa”) emas olahan dengan kemurnian 99,99 persen , 55 tpa perak olahan dengan kemurnian 99,95 persen , serta 77 tpa selenium dengan kemurnian 99,9 persen .
Tentu dengan hasil produksi tersebut diharapkan mampu menghasilkan nilai tambah bagi industri pertambangan Indonesia.
Lebih dari itu, pembangunan smelter AMMAN menjadi cerminan dari visi besar Jokowi untuk memperkuat hilirisasi sumber daya alam, dimana bahan mentah seperti tembaga tidak lagi diekspor begitu saja, tetapi diproses di dalam negeri untuk meningkatkan nilai ekonominya.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi berhasil menempatkan Indonesia dalam peta pembangunan infrastruktur global. Namun, tantangan tetap ada.
Meskipun pembangunan infrastruktur telah membawa manfaat nyata, seperti peningkatan konektivitas dan akses terhadap layanan dasar di berbagai daerah, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, termasuk menjaga keberlanjutan proyek-proyek yang sudah berjalan serta memastikan bahwa manfaat pembangunan ini dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Masyarakat berharap, siapapun yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan, dapat mempertahankan momentum pembangunan yang telah dimulai Jokowi dan mempercepat pencapaian visi Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045.
Sepuluh tahun masa kepemimpinan Presiden Jokowi membawa Indonesia melalui fase penting transformasi, terutama di bidang infrastruktur dan penguatan industri strategis.
Proyek smelter AMMAN Mineral hanyalah satu dari sekian banyak pencapaian yang akan dikenang sebagai warisan Jokowi.
Meski masa jabatannya akan segera berakhir, dampak dari berbagai kebijakan dan proyek strategis yang ia luncurkan akan terus dirasakan oleh generasi mendatang, membuka jalan bagi Indonesia yang lebih terhubung, kuat, dan berdaya saing di kancah global.
(*)
(Tribunnews.com)(TribunnewsSultra.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.