Viral Kamp Pengungsian Rafah Makin Terancam, Benyamin Netanyahu Klaim Tak Akan Sakiti Warga Sipil
Kondisi kamp pengungsian Rafah viral di media sosial. Dalam beberapa hari terakhir, peristiwa kebakaran dahsyat ini membuat para pengungsi histeris.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Kondisi kamp pengungsian Rafah viral di media sosial.
Dalam beberapa hari terakhir, peristiwa kebakaran dahsyat ini membuat para pengungsi histeris.
Bagaimana tidak, nampak tak dalam kondisi yang begitu baik, anak-anak hingga orang dewasa menangis ketakutan.
Sampai pada akhirnya, para pengungsi pasrah mencari teman yang aman untuk dihuni.
Seperti diketahui, Rafah adalah tempat sejumlah pengungsi Gaza berada.
Mereka membangun tenda-tenda pengungsian untuk menyelamatkan diri dari peperangan yang terjadi.
Sayangnya, Kota Rafah di Gaza juga menjadi sasaran serangan.
Baca juga: Apa Arti All Eyes On Rafah? Trending X Gegara Serangan Israel, Lokasi Perlindungan Pengungsi Gaza
Tepatnya pada Minggu (26/5/2024) kondisi Rafah semakin memanas.
Api terus membara membakar tenda-tenda kamp.
Sejumlah rekaman video viral menunjukkan tentang kondisi kamp pengungsian tersebut.
Anak-anak tak terselamatkan.
Para kawula muda hingga orang dewasa tak tahu arah tujuan.
Mereka berusaha menyelamatkan diri.
Namun tetap saja, serang demi serangan menghancurkan tempat mereka.
Selain itu, tagar All Eyes On Rafah juga menjadi tagar populer hingga trending Twitter (X).
Dilansir dari Tribunnews.com, kejadian ini pun memicu protes dari para pemimpin global yang mendesak Pengadilan Dunia mengeluarkan perintah menghentikan serangan Israel.
Militer Israel mengatakan, mereka sedang menyelidiki laporan bahwa serangan yang ditujukan terhadap komandan kelompok militan Islam di Rafah telah menyebabkan kebakaran.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengatakan, serangan itu tidak dimaksudkan untuk menimbulkan korban sipil.
"Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar 1 juta warga non-kombatan dan meskipun kami berupaya semaksimal mungkin tidak menyakiti warga non-kombatan, sayangnya ada sesuatu yang tidak beres secara tragis," kata Netanyahu dalam pidato di parlemen, yang disela oleh teriakan anggota parlemen oposisi, Senin (27/5/2024).
Para korban selamat mengatakan, keluarga mereka sedang bersiap untuk tidur ketika serangan menghantam lingkungan Tel Al-Sultan.
Di tempat itu, ada ribuan orang berlindung setelah pasukan Israel memulai serangan darat di timur Rafah, lebih dari dua pekan lalu.

"Kami sedang berdoa dan kami menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh. Kemudian, kami mendengar suara yang sangat keras dan api muncul di sekitar kami," kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina di sebuah rumah sakit.
"Semua anak mulai berteriak. Suaranya menakutkan. Kami merasa seperti logam akan menimpa kami dan pecahan peluru berjatuhan ke dalam ruangan," katanya.
Rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan, api berkobar dalam kegelapan dan orang-orang berteriak panik.
Sekelompok pemuda mencoba menarik lembaran besi bergelombang dan selang dari sebuah truk pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api.
Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan, lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan lanjut usia.
Dia menambahkan, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat dari orang-orang yang menderita luka bakar parah.
Petugas medis mengatakan, serangan udara Israel pada hari Senin juga menyasar sebuah rumah di Rafah.
Serangan itu menewaskan tujuh warga Palestina dan melukai beberapa orang lainnya.
Militer Israel mengatakan, serangan hari Minggu, berdasarkan 'intelijen yang bisa dipercaya', telah menewaskan kepala staf Hamas untuk wilayah Tepi Barat dan pejabat lain yang merupakan tokoh di balik serangan mematikan terhadap warga Israel.
Hal ini menyusul intersepsi delapan roket yang ditembakkan ke arah Israel dari daerah Rafah di ujung selatan Gaza.
Abaikan Keputusan Pengadilan Tinggi PBB
Israel tetap melanjutkan serangannya meskipun Pengadilan Tinggi PBB, Jumat (24/5/2024), memerintahkan Israel menghentikan serangan.
Pengadilan juga menegaskan kembali seruan pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap sandera yang ditahan di Gaza oleh Hamas.
AS mendesak Israel untuk lebih berhati-hati dalam melindungi warga sipil namun tidak menyerukan penghentian serangan ke Rafah.
"Israel mempunyai hak untuk menyerang Hamas dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
"Tapi, seperti yang sudah jelas, Israel harus mengambil segala tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil."
Kemarahan Sejumlah Negara
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia "marah" atas serangan terbaru Israel.
"Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina," katanya di X.
Beberapa ribu demonstran kemudian berkumpul di Paris untuk memprotes serangan di Gaza.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, keputusan Mahkamah Internasional harus dihormati.
"Hukum kemanusiaan internasional berlaku untuk semua orang, juga untuk perilaku perang Israel," kata Baerbock.
Pemerintah Kanada mengatakan, mereka 'ngeri' dengan serangan udara mematikan di Rafah, serta menyerukan gencatan senjata segera.
"Kanada tidak mendukung operasi militer Israel di Rafah," kata Menteri Luar Negeri Melanie Joly dalam sebuah postingan di X.
"Tingkat penderitaan manusia seperti ini harus diakhiri," lanjutnya.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga mengutuk serangan Israel dan Qatar mengatakan serangan Rafah dapat menghambat upaya menengahi gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Tak Ada Tempat Aman
Data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, lebih dari 36.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel.
Israel melancarkan operasi militer setelah militan pimpinan Hamas menyerang komunitas Israel selatan pada 7 Oktober.
Menurut perhitungan Israel, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan 250 orang disandera.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan ke Gaza.
Kini, pada siang hari, kamp di Rafah hanya berupa puing-puing tenda yang berasap, logam yang terpelintir, dan barang-barang hangus.
Perempuan menangis dan laki-laki berdoa di samping jenazah yang dikafani.
Abed Mohammed Al-Attar, warga di Gaza mengatakan, Israel berbohong ketika mengatakan kepada penduduk bahwa mereka akan aman di wilayah barat Rafah.
Kakak laki-lakinya, adik iparnya, dan beberapa kerabat lain tewas dalam kobaran api.
"Tentara adalah pembohong. Tidak ada keamanan di Gaza. Tidak ada keamanan, tidak untuk anak-anak, pria lanjut usia, atau wanita. Di sini, dia (saudara laki-laki saya) bersama istrinya, mereka syahid," katanya di samping jenazah keluarga.
Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Tepi Barat mengutuk "pembantaian keji tersebut".
Mesir juga mengutuk "pemboman yang disengaja oleh Israel terhadap tenda-tenda pengungsi".
Sementara, media pemerintah melaporkan dan menggambarkannya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. (*)
(TribunBanyumas.com)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.