Berita Kendari

Kisah Salimin Berjualan Tahu Gejrot di Kendari Sulawesi Tenggara Hingga Bisa Kuliahkan 3 Anaknya

Inilah kisah Salimin, pedagang tahu gejrot di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara hingga bisa kuliahkan 3 orang anaknya.

Penulis: Naufal Fajrin JN | Editor: Amelda Devi Indriyani
Tribunnewssultra.com/Naufal Fajrin JN
Kisah Salimin, pedagang tahu gejrot di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga bisa kuliahkan 3 orang anaknya. Salimin saat berdagang tahu gejrot di depan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer atau STMIK Catur Sakti Kota Kendari, Sultra, Jumat (9/6/2023) 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah kisah Salimin, pedagang tahu gejrot di Kota Kendari hingga bisa kuliahkan 3 orang anaknya.

Salimin tak ingat jelas usianya, yang ia tahu, saat ini dirinya telah masuk usia kepala enam atau 60an tahun.

"Alhamdulillah masih kuat," katanya saat ditemui TribunnewsSultra.com usai ibadah salat Jumat, di Kendari (9/6/2023).

Aktivitas sehari-hari Salimin adalah berdagang tahu gejrot di depan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer atau STMIK Catur Sakti Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara atau Sultra.

"6 bulan. Sebelumnya (berjualan) di sekitar rumah sakit provinsi yang sekarang itu sudah jadi rumah sakit jantung," terangnya.

Saat ini, Salimin terhitung telah menghabiskan waktu selama hampir 5 tahun berdagang tahu gejrot di Kota Kendari.

Tangannya ulet mencampur bawang, cabai, dan beberapa rempah lainnya.

Baca juga: Cerita Defito Dwiptarama Jagratara, Pelajar SMAN 4 Kendari Jadi Duta Siswa Inspiratif Indonesia 2023

Kemampuan yang ia bawa dari tanah kelahirannya yakni Jawa Tengah ternyata menjadi modal untuk bertahan hidup.

"Kalau sudah 30 sampai 40 tahun ke atas itu tidak mengharap kaya lagi. Yang penting ada untuk makan besok," katanya.

Tetapi, usaha yang ia tekuni itu, ternyata membuahkan hasil.

Tak hanya bertahan hidup saja, ia juga mampu memberi kesempatan kuliah bagi 3 dari 5 orang anaknya, hingga menyelesaikan pendidikan sarjana.

Bahkan, anak-anak yang ia fasilitasi pendidikan itu kini telah mandiri.

"Ada di Bahteramas, bagian obat," ungkapnya.

Di usia senja seperti saat ini, Salimin memang dapat merasakan pencapaiannya.

Kendati demikian, ia tak mengharap pundi-pundi rupiah dari gaji anak-anaknya.

"Kan mereka punya masa depan juga, jadi sebisa mungkin disimpan apalagi mereka juga bakal berkeluarga," kata Alimin.

"Anak saya juga sebenarnya pernah suruh saya berhenti jualan. Tapi ya saya tetap mau, lagian biar ada aktivitas. Kalau di rumah kan paling nonton tv terus tidur," sambungnya.

Terlepas dari itu, semangat Salimin tak pernah surut.

Ia sendiri mengaku berjualan setiap hari tanpa hari libur.

Sedangkan sang istri, telah lama meninggal dunia sehingga segala kebutuhan keluarga ia semua yang penuhi.

Kisah Salimin setidaknya memberi gambaran tentang hasil dari kegigihan kerja keras.

Baca juga: Hari Kartini 2022: Cerita Inspiratif Anita Pengemudi Ojol Wanita di Kendari, Berawal Jual Es Kelapa

Dengan kemauannya yang tinggi untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya, Salimin rela bekerja saban hari.

"Kalau bapak SMA, minimal anak harus sarjana. Prinsipnya anak harus melebihi bapaknya," pungkasnya.

Cerita Salimin seketika terhenti ketika hujan tiba-tiba mengguyur deras.

Payung yang semula meneduhkannya dari terik matahari kini telah siap melindunginya dari tetesan hujan. (*)

(TribunnewsSultra.com/Naufal Fajrin JN)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved