Tragedi Kanjuruhan
Presiden Arema Siap Panggil Psikolog Atasi Trauma Berat Para Pemain Pasca Tragedi Kanjuruhan
Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana bakal memanggil psikolog untuk mengatasi trauma pemain pasca tragedi Kanjuruhan.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana bakal memanggil psikolog untuk mengatasi trauma pemain pasca tragedi Kanjuruhan.
Peristiwa kelang di markas Arema FC tersebut nampaknya menumbuhkan rasa trauma berat yang dialami sejumlah pemain.
Ruang ganti pun menjadi saksi kelam tempat para korban dievakuasi.
Mulai dari luka berat hingga detik-detik meninggal disaksikan para pemain yang merasakan kekecewaan usai laga bertanding melawan Persebaya, Sabtu (1/10/2022).
Stadiun Kanjuruhan Malang mencekam saat ini dengan kericuhan yang terjadi.
Baca juga: Askot PSSI dan Polres Baubau Sultra Gelar Doa Bersama untuk Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang
Ratusan suporter menjadi korban, ada yang mengalami luka berat bahkan sampai meninggal.
Hal ini membuat para pemain Arema FC pun trauma dengan sepak bola.
Gilang Widya Pramana menjelaskan singkat kronologi yang dialami para pemain Arema FC saat tragedi Kanjuruhan itu terjadi.
Kala itu, para pemain mengucapkan permohonan maaf pada para supporter karena kalah atas Persebaya Surabaya.
Pemain pun bergegas ke ruang ganti dengan penuh rasa kekecewaan karena kekalahan 2-3 tersebut.
"Kondisi pemain merasakan trauma yang luar biasa ya. Bagaimana ketika pluit berakhir, pemain minta maaf pada para suporter lalu masuk ke ruang ganti," tuturnya dikutip dari channel YouTube Trans7Official program FYP berjudul Eksklusif, Gilang (Presiden Arema FC) Ungkap Kondisi Usai Tragedi Kanjuruhan, Jumat (7/10/2022).
Juragan 99 ini mengungkapkan para pemain Arema FC tidak menyangka akan terjadi chaos setragis ini.
"Mereka tidak menyangka akan terjadi chaos seperti ini. Jadi ketika mereka di dalam ruang ganti, sebenarnya mereka menyasal atas kekalahan ini. Karena di ruang ganti emang penuh dengan kekecewaan. Kita maklumi itu," tuturnya.
Namun, belum berakhir rasa kekecewaan itu, para pemain dikagetkan dengan masuknya sejumlah korban yang dievakuasi.
Kondisi mengenaskan para korban yang sebagian besar adalah supporter, membuat pemain syok.

Mereka berusaha membantu dengan mengipasi dan memberikan pertolongan semampunya.
Mulai dari memijit, mengipasi, hingga memberi minum.
"Namun 15 menit kemudian, terjadilah membuat mereka sangat-sangat terpukul. Karena banyaknya korban yang dievakuasi ke dalam ruang ganti. Mereka lihat korban meninggal, luka berat, sampai sakaratul maut pun mereka tahu," jelasnya.
Sepekan tragedi itu terjadi, diungkapkan Juragan 99 para pemain pun masih trauma berat.
Bahkan untuk sekedar menghadiri pengajian tahlil mendoakan para korban, sejumlah pemain masih merasa trauma.
Baca juga: Komunitas Sepakbola di Kendari Harap Tragedi Kanjuruhan Malang Jadi Evaluasi PSSI dan Pihak Keamanan
"Mereka bilang sangat trauma bos, sementara ini dengan sepak bola. Saya bilang jangan trauma. Semalam ada pengajian tahlil di Balai Kota Malang bersama Wali Kota, mereka dipanggil semua pemain yang bisa hadir," jelasnya.
Menurut Gilang, cara seperti adalah upaya untuk membangkitkan semangat para korban juga pemain.
"Dan mereka bercerita masih trauma bos. Sampai sekarang ada yang belum berani bertemu dengan kerumunan orang," jelasnya.
Ia pun berjanji akan mendatangkan psikolog untuk menangani rasa trauma para pemain.
"Saya mendatangkan psikolog," tuturnya.

"Mereka sama-sama seperti korban, mereka juga down mentalnya dan trauma," tutur Gilang. (*)
(Tribunnewssultra.com/Desi Triana)