MotoGP
Bagnaia Akui Angkat Topi Pada Fabio Quartararo, Juga Ingin Duel dengan Valentino Rossi di MotoGP
Francesco Bagnaia mangku angkat topi pada Fabio Quartararo, juga ingin berduel secara adil dengan Valentino Rossi di MotoGP.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Risno Mawandili
Bagnaia memuji ketangguhan Quartararo di lintasan. Tentunya karena musim ini pembalap asal Prancis itu tampil konsisten.
"Dia benar-benar konsisten tahun ini," puji Bagnaia, yang musim ini meraih enam kemenangan dan lima kegagalan.
"Dia mengalami lebih banyak pasang surut dalam beberapa tahun terakhir - dia juga pemimpin kejuaraan dunia 2020, tetapi kemudian kalah," sambungnya.
"Tahun lalu dia berhasil merebut gelar," tambahnya.
"Tahun ini dia berhasil menjadi sangat konsisten, meskipun saya pikir motornya lebih rendah dari kami. Jadi dia melakukannya dengan sangat baik," tegasnya.
Soal Valentino Rossi
Francesco Bagnaia juga mendapatkan pertanyaan soal di era mana dia ingin mengemudi.
Menjawab pertnyaan itu, Bagnaia lantas mengungkapkan keinginan terbesarnya di MotoGP.
“Saya ingin mengemudi pada akhir 1990-an atau awal 2000, karena pada saat itu tidak ada jejaring sosial, yang tentu saja membuat segalanya lebih mudah," jelasnya.
"Saya telah membuat langkah besar dalam hal itu, saya tidak melihat komentar dan hal-hal ini lagi," lanjutnya.
"Karena saya tidak perlu membuktikan kepada mereka bahwa saya cepat, tetapi kepada diri saya sendiri dan orang-orang yang bekerja dengan saya," jelas Pecco.
Baca juga: Ducati Puji Zarco Lindungi Bagnaia di MotoGP Thailand 2022, Taktik Kalahkan Fabio Quartararo
Tentu saja, Bagnaia juga ingin bersaing dengan mentor Valentino Rossi “di level tertingginya”.
“Bahkan jika saya akan menarik napas pendek menurut pendapat saya, maka saya ingin setidaknya bertarung dengannya," tambah mahasiswa VR46 itu.
Juara Moto2 2018 itu tak melihat perbandingan dengan juara dunia MotoGP Italia terakhir sebagai beban.
"Dia jauh lebih besar daripada orang lain sehingga dia keluar dari kompetisi," kata Pecco.
"Tidak akan ada yang seperti dia. Jadi dari perspektif itu ada lebih sedikit tekanan," lanjutnya.
"Tetapi juga benar bahwa tidak ada orang Italia yang memenangkan gelar MotoGP sejak 2009. Justru karena ada jejaring sosial, Anda lebih merasakan hal ini," imbuhnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)
Sumber: Speedweek.com