MotoGP
Jelang MotoGP Prancis 2022, Kecurangan Bagnaia Bocor, Tapi Beda Perlakuan dengan Quartararo
Bagaimana tidak, murid Valentono Rossi itu diduga telah berbuat curang saat memenangkan balapan di Spanyol Minggu (1/5/2022).
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Baru saja pandangan dialihkan untuk MotoGP Prancis 2022 di sirkuit Le Mans pada Minggu (15/5), muncul kabar tidak mengenakan yang menyeret Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).
Bagaimana tidak, murid Valentono Rossi itu diduga telah berbuat curang saat memenangkan balapan di Spanyol Minggu (1/5/2022).
Pecco Bagnaia pun dituntut untuk diperlakukan sama dengan nasib Fabio Quartararo.
Kecurangan yang menyeret Bagnaia berkaitan dengan skandal pelanggaran batas tekanan ban.
Skandal ini diungkapkan oleh Motorsport Magazine melalui jurnalis mereka, Mat Oxley.
Baca juga: MotoGP Prancis 2022 Digelar Pekan Ini, Ini Kata Francesco Bagnaia soal Fabio Quartararo
Menurut laporan Motorsport Magazine, MSMA (asosiasi pabrikan di MotoGP) dan Michelin selaku pemasok ban di kelas MotoGP punya "kesepakatan di bawah meja" untuk tidak mengungkap praktik ini ataupun menghukum pelanggar.
Khusus kasus MotoGP Spanyol yang punya durasi 25 lap, pelanggaran tekanan ban ini tak hanya mencatut Francesco Bagnaia.
Setidaknya ada empat pembalap yang memenuhi batas tekanan ban selama kurang dari 12 lap.
Andrea Dovizioso (WithU RNF Yamaha), finis ke-17, dan Alex Rins (Suzuki Ecstar), finis ke-19, hanya 11 lap di atas batas minimal, masing-masing dengan ban belakang dan ban depan.
Namun pelanggaran paling jelas ditemukan dari dua penunggang Ducati, Francesco Bagnaia dan Jorge Martin (Pramac Racing).
Baca juga: Jadwal dan Live Streaming MotoGP Prancis 2022: Quartararo dan Zarco Akan Ukir Sejarah Baru
Martin, sempat terjatuh dan finis di posisi ke-22, hanya mencapai batas minimal tekanan ban depan selama 1 lap dari 25 lap.
Adapun tekanan ban depan Bagnaia benar-benar berada di bawah batas minimal sepanjang balapan yang didominasinya tersebut.
Hukuman Seperti Fabio Quartararo
Untuk diketahui, tekanan ban yang rendah meningkatkan level grip tetapi lebih rentan merusak permukaan ban sehingga aturan batas minimal ditetapkan.
Adapun batas minimal tekanan ban pada MotoGP adalah 1,9 bar untuk ban depan slick dan 1,7 bar untuk ban belakang slick.
Baca juga: Janji Marc Marquez di MotoGP Prancis 2022, Kerja Keras di Kandang Fabio Quartararo
Pembalap tidak boleh melewati batas minimal selama setengah dari durasi balapan.
Pelanggaran tekanan mengurangi batas minimal tekanan ban ini pernah menimpa Fabio Quartararo di kelas Moto2 pada 2018.
Saat itu, Fabio Quartararo yang berstatus pembalap Speed Up Racing, berhasil mengalahkan Francesco Bagnaia.
Quartararo pun menambah jumlah podium tertinggi pada musim ini menjadi dua, setelah keberhasilan di Catalunya sebelumnya.
Namun, tekanan ban pada motor balapnya diketahui terlalu rendah setelah balapan. Alhasil, ia pun didiskualifikasi.

Motorsport Magazine mempertanyakan, mengapa kemenangan Bagnaia tidak dibatalkan seperti ketika Fabio Quartararo melakukannya pada balapan Moto2 Jepang 2018?
Namun perlu dicatat, pembalap kemungkinan tak tahu apakah mereka berlomba dengan melanggar aturan atau tidak.
Sehingga sampai saat ini, Bagnaia masih berstatus sebagai rider pemenang MotoGP Spanyol 2022 di Sirkuit Jerez.
Jawaban Ducati
Menurut laporan Motorsport Magazine, terungkapnya data bahwa tekanan ban melewati batas minimal dibocorkan oleh teknisi senior dari salah satu pabrikan tentunya mencoreng wajah Ducati yang berpesta di Jerez.
Baca juga: Jelang MotoGP Prancis 2022, Tim Honda Alami Gejolak, Tabiat Marc Marquez Diungkap Rekan Setim
General Manager Ducati Corse, Luigi Dall'Igna, segera memberikan klarifikasinya mengenai kasus pelanggaran ini.
Gigi Dall'Igna menjelaskan kenapa tuduhan yang diterima pihaknya tidak relevan.
Dalam kalimatnya, Dall'Igna memaparkan batas minimal tekanan ban rentan dilanggar karena tidak ada standarisasi terhadap sensor pengukurnya.
"Regulasi menyediakan tekanan minimal tetapi Anda harus berpikir bagaimana peranti itu dikendalikan," ujar Dall'Igna, dilansir dari GPOne.
"Saat ini pabrikan memakai sensor berbeda, artinya akurasinya juga berbeda. Kita tidak bicara soal kecurangan tetapi fakta bahwa sensornya tidak sama."

"Bahkan metode pengambilan datanya tidak terlindungi sehingga memungkinkan semua pihak untuk memodifikasi sinyalnya."
"Ducati tidak melakukannya, tetapi ada kemungkinan, dan saya tidak bisa menutup kemungkinan seseorang melakukannya, atau memodifikasi data agar seolah-olah berada dalam parameter yang benar meski sebenarnya tidak."
"Selain itu setiap sistem memiliki tingkat kekeliruan, jadi ada kemungkinan nilai yang kelihatannya berada dalam batas regulasi sebenarnya tidak."
Dall'Igna mengatakan bahwa menurunkan tekanan ban juga bagian dari strategi lomba.
Misalnya, masih menurut Dall'Igna, pembalap akan start dengan tekanan ban di bawah batas minimal demi menjaga level grip saat mengambil slipstream di belakang rival.
Baca juga: Curhatan Marquez Soal MotoGP 2022, Mulai dari Dihantui Cedera, Berpikir Pensiun hingga Motor Baru
Melaju di belakang pembalap lain akan meningkatkan temperatur ban yang berimbas pada peningkatan tekanan udara di dalam ban.
Pabrikan lain pun disebut Dall'Igna tidak terbebas dari "dosa" yang sama, tidak terkecuali mereka yang pernah memenangi balapan sebelumnya.
"Saya bisa bilang begitu karena kami berbagi data tersebut," sambung pria yang terkenal dengan rambut beruban dan janggut putihnya itu.
"Akan tetapi saya tidak ingin menempatkan diri di level yang sama dengan orang-orang yang menyebabkan keributan ini, jadi saya tidak akan menyebut nama," sindirnya.
Dall'Igna membeberkan bahwa sistem pengendali tekanan ban yang baru sedang dirancang.
Musim depan semua pabrikan akan menggunakan sensor tekanan ban dari produsen yang sama dan menutup celah terhadap kemungkinan modifikasi data. (*)
Sumber: BolaSport.com