Senjata Makan Tuan, Amerika Mulai Ketar-ketir Hadapi Rusia, Joe Biden Bikin Warga AS Membayar Mahal
Senjata makan tuan menjadi kalimat yang cocok untuk agresifitas sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Senjata makan tuan menjadi kalimat yang cocok untuk agresifitas sanksi ekonomi Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina.
Ya, AS menjadi negara yang paling gotot menjatuhkan hukuman kepada Rusia.
Bahkan sejak awal opersi militer diperintahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, AS telah menyerukan agar Rusia diberi sanksi embargo ekonomi.
Alhasil, AS dan Inggris bersama sekutunya di Uni Eropa resmi menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia.
Tentu saja sanksi ini langsung diraskan oleh Rusia.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Diduga Idap Penyakit, Ini Penjelasan Ahli Mengenai Penyebabnya
Melansir BBC, nilai Rubel Rusia jatuh ketitik terendang bahakan mencapai penurunan lebih dari 45 persen pada awal tahun ini.
Salah satuh penyebab utamanya adalah penurunan harga minyak, salah satu ekspor terbesar Rusia, dan sanksi-sanksi yang diterapkan Negara Barat.
Tak mau tinggal diam, Rusia akhirnya merespon sanksi-sanksi Negara Barat.
Memulai dengan penghentian penyaluran gas alam yang telah menyuplai 40 persen kebutuan di Eropa.
Presiden Prancis telah menyampaikan agar warganya bersiap menghadapi resesi perekonomian negara akibat Rusia menghentikan penyaluran gas alam.
Baca juga: Pemerintah Inggris Larang Roman Abramovich Jual Chelsea, Ini Dampanya Bagi The Blues di Liga Inggris
Hal itu sebagaimana disampaikan dalam pidatonya pada Rabu (2/3/2022), dikutip dari The Guardian via Tribunnews.
Sanksi Rusia ini kemudian berlanjut pada langkah penyetopan ekspor Uranium ke Amerika Serikat.
Dilansir dari News Delivers via Tribunnews, meski Biden tak mengumumkan larangan impor untuk komoditi uranium, namun adanya pemberhentian ekspor uranium yang dilakukan Rusia membuat masyarakat AS khawatir jika wilayahnya akan mengalami pemadaman listrik bergilir.
Keberadaan uranium sendiri menjadi penting lantaran komoditi ini menjadi salah satu bahan bakar reaktor nuklir.
Amerika Serikat sejak dulu diketahui sudah ketergantungan dengan pasokan uranium dari Rusia, Kazakhstan dan Uzbekistan.
Baca juga: Jet Tempur Sukhoi Su-35 Milik Rusia Dilengkapi Ruadal Anti Radiasi Menuju Medan Perang di Ukraina
Bahkan sebanyak 10,3 juta kg atau hampir setengah dari kebutuhan uranium AS untuk menghidupkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berasal dari Rusia.
Mengutip Reuters, harga uranium dari Rusia yang tergolong rendah membuat Amerika bisa menjaga harga kebutuhan listrik untuk warganya dengan harga yang lebih murah.
Hal inilah yang membuat AS menjadi sulit lepas dari produk uranium Rusia.
Namun setelah Rusia menjatuhkan balasan sanksi untuk AS, kini negara pemerintahan Joe Biden terancam mengalami kekurangan pasokan uranium hingga membuat adanya lonjakan harga listrik.
Mengantisipasi adanya kenaikan biaya listrik yang dikhawatirkan akan membebankan masyarakat Amerika.

Pekan lalu Institut Energi Nasional, kelompok perdagangan perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir AS yang berisikan Duke Energy Corp dan Exelon Corp, diketahui telah mengajukan negoisasi dengan Gedung Putih untuk mencegah pengiriman uranium Rusia dari rencana sanksi.
Meski nantinya Rusia tetap enggan untuk mengimpor komoditi uraniumnya, pemerintah Amerika rencananya akan mulai beralih menggunakan produk uranium buatan Australia dan Kanada.
Meski harga uranium di dua negara tersebut masih tergolong mahal.
Kanada saat ini merupakan penyuplai uranium ketiga terbesar di dunia dengan memproduksi sebesar 564,9 ribu ton atau 9 persen cadangan dunia.
Sementara cadangan Uranium di Australia menjadi yang terbesar setelah Kanada dengan menyumbang sebanyak 1,7 juta ton. (*)
Sumber: Tribunnews.com