Penolakan Tambang di Konkep
Jatam Tuding Pimpinan Kepolisian di Sultra dan Kendari Ikut Main Tambang di Konawe Kepulauan
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menuding pimpinan kepolisian di Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Kendari ikut main tambang di Konawe Kepulauan.
Penulis: Fadli Aksar | Editor: Sitti Nurmalasari
"Kami menduga kuat Kapolda Sultra dan Kapolresta Kendari ikut bermain dalam tambang PT GKP di Pulau Wawonii. Sehingga kami tak punya harapan masalah diselesaikan dua pimpinan ini," ujarnya.
Melky Nahar mendesak Kapolri untuk membentuk tim khusus menyelidiki dugaan keterlibatan kepolisian mengawal penerobosan lahan tersebut.
Kapolda Sultra, Irjen Pol Teguh Pristiwanto dan Kapolresta Kendari AKBP Didik Erfianto tak menjawab pesan WhatsApp jurnalis TribunnewsSultra.com
Kronologi Aksi Tolak Tambang
Sebelumnya, emak-emak di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), adang excavator perusahaan tambang.
Baca juga: BREAKING NEWS: Emak-emak Penolak Tambang di Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara Adang Excavator
Aksi emak-emak ini diwarnai tangis histeris berhadapan dengan alat berat perusahaan tambang PT Gema Kreasi Perdana (PT GKP) saat hendak membuka lahan untuk jalan tambang.
Aksi mengadang excavator ini dilakukan puluhan warga di Desa Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konkep, Provinsi Sultra, pada Selasa (1/3/2022).
Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Melky Nahar menjelaskan, pengadangan bermula saat excavator masuk ke lahan milik salah satu warga, La Dani.
La Dani sendiri tutur Melky, mengelola lahan tersebut sejak puluhan tahun dan membayar pajak ke negara.
Namun, excavator perusahaan yang dikawal puluhan aparat kepolisian dan TNI ini tetap menerobos masuk, sehingga mendapatkan perlawanan dari warga.

"Excavator PT GKP berbalik menuju Sungai Tamo Siu-Siu. Tapi warga kembali melakukan pengadangan," kata Melky saat dihubungi melalui telepon, Selasa (1/3/2022) malam.
Menurut Melky, emak-emak melakukan perlawanan, karena sungai ini sebagai salah satu sumber air warga, yang selama ini dimanfaatkan sebagai air minum, memasak, mencuci, dan mandi.
Kata dia, perlawanan yang terus dilakukan warga membuat pihak perusahaan kembali menyasar lahan milik La Dani, lalu secara paksa melakukan penerobosan.
"Akibatnya pagar pembatas lahan yang dibangun warga dan tanaman jambu mete rusak," beber Melky Nahar.
Perusahaan Membantah
Baca juga: Penangkapan Tiga Warga Penolak Tambang di Konawe Kepulauan, LBH Kendari Nilai Arogansi Perusahaan