Idul Adha 2021

LENGKAP Sejarah Idul Adha, Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, Disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji

Diketahui, sejarah Idul Adha tak terlepas dari kisah Nabi Ibrahim dan kisah Ismail dalam pengorbanan menjalankan perintah Allah SWT.

Editor: Aqsa
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Diketahui, sejarah Idul Adha tak terlepas dari kisah pengorbanan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah SWT. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Umat Islam kembali merayakan Hari Raya Idul Adha pada Selasa 20 Juli 2021.

Diketahui, sejarah Idul Adha tak terlepas dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dalam pengorbanan menjalankan perintah Allah SWT.

Idul Adha juga kerap disebut Hari Raya Kurban dan lebaran haji.

Mengapa demikian?

Idul Adha disebut hari raya kurban karena Allah SWT memerintahkan umat Islam yang mampu menunaikannya untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

Sedangkan, penyebutan Lebaran Haji karena umat Islam yang menunaikan ibadah Haji sejak 9 Dzulhijah sedang melaksanakan ritual haji yang paling utama yaitu wukuf di Padang Arafah.

Simak selengkapnya sejarah Idul Adha, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, dan mengapa disebut hari raya kurban dan Lebaran Haji.

Diketahui, sejarah Idul Adha tak terlepas dari kisah pengorbanan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Kisah ini bermula saat Nabi Ibrahim belum juga memiliki keturunan setelah bertahun-tahun menikah dengan Siti Sarah.

Sarah kemudian mempersilakan suaminya untuk menikah dengan Siti Hajar, yang merupakan pembantu di keluarga Ibrahim.

Baca juga: Kumpulan Ucapan dan Kata-kata Selamat Hari Raya Idul Adha 2021 Lengkap Bahasa Indonesia dan Inggris

Dari pernikahannya dengan Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan sangat disayangi ayahnya.

Namun pada suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah Nabi Ibrahim bermimpi didatangi seseorang yang membawa pesan dari Tuhan, yang berisi perintah untuk menyembelih anaknya.

Nabi Ibrahim pun kaget dan muncul keraguan padanya, apakah perintah itu memang dari Tuhan atau tidak. Pada 8 Zulhijah itu, Nabi Ibrahim merenung mengenai benar atau tidaknya perintah tersebut.

Di kemudian hari, kejadian mimpi ini diperingati umat Islam dengan mengerjakan puasa sunah hari tarwiyah (hari merenung).Malam berikutnya, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi yang sama.

Pada mimpi yang kedua ini, Nabi Ibrahim semakin yakin bahwa perintah tersebut memang berasal dari Allah SWT.

Oleh karena itu pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam memperingatinya dengan puasa hari arafah (hari pengetahuan), yakni hari ketika Nabi Ibrahim mengetahui pesan yang berisi perintah menyembelih anak.

Baca juga: Resep Bumbu Sate Kambing dan Sapi untuk Idul Adha, dari Bumbu Marinasi hingga Bumbu Sambal Kacang

Lalu pada tanggal 10 Zulhijah, Nabi Ibrahim membawa Ismail untuk dikurbankan. Ismail pun bersedia dikurbankan, karena meyakini bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT.

Selama di perjalanan, Nabi Ibrahim dan Hajar dikisahkan diganggu setan, yang ingin menggagalkan rencana tersebut. Mereka kemudian melempari setan yang menggoda dengan batu.

Dilansir dari laman bdm.ukm.um.ac.id, hari penyembelihan telah tiba namun ternyata parang yang sudah di tajamkan tersebut menjadi tumpul saat ditempelkan ke Ismail.

Nabi Ismail as berkata “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”.

Nabi Ibrahim menuruti perkataan putranya tersebut namun hal itu tidaklah berguna. Parang itu tetap tumpul dan tak mampu sedikit pun menyakiti Nabi Ismail As.

Di sinilah terungkap bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT. Tersebut adalah ujian untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sejauh mana cinta dan ketaatan mereka terhadap Allah SWT.

Dan mereka membuktikannya, keduanya lulus dari ujian yang maha berat itu.

Nabi Ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail AS tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.

Nabi Ibrahim merasa bingung karena gagal melaksanakan tugas yang diembannya.

Pada saat itu turun wahyu Allah dengan firmannya: “dan kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar”.

Kemudian sebagai ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher putranya tadi itu.

Dan inilah asal permulaan sunnah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap Hari Raya Idhul Adha diseluruh dunia.

Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji

Hari Raya Idul Adha juga kerap disebut hari raya kurban dan lebaran haji.

Penyebutan Idul Kurban karena pada hari raya ini, umat Islam diperintahkan Allah SWT untuk melaksanakan kurban.

Sebagaimana dalam surat Al-Kautsar (108):1-2 yang berarti, “Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.”

Dengan demikian, Hari Raya Idul Adha identik penyembelihan hewan kurban bagi yang mampu menunaikannya.

Adapun hewan yang disembelih untuk ibadah kurban yaitu sapi, kambing, domba, kerbau, maupun unta.

Selain Hari Raya Kurban, Idul Adha juga biasa disebut Lebaran Haji.

Disebut demikian karena sejak 9 Dzulhijah, umat Islam yang menunaikan ibadah Haji sedang melaksanakan ritual haji yang paling utama yaitu wukuf di Padang Arafah.

Wukuf adalah ritual haji yang mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan aktivitasnya sejenak agar dapat merenungkan diri, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah menerima perintah dari Allah SWT untuk mengorbankan anaknya, Nabi Ismail.

Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnahkan untuk melakukan ibadah puasa Arafah pada tanggal yang sama, yaitu 9 Dzulhijah.

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved