Lolos Audisi Master Chef Indonesia, La Ode Ingin Kerja untuk Masa Depan, Bukan Bayar Kos Bulan Depan
Pemuda asal Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil mendapatkan apron dari juri Master Chef Indonesia.
Penulis: Sitti Nurmalasari | Editor: Sitti Nurmalasari
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pemuda asal Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil mendapatkan apron dari juri Master Chef Indonesia.
Ia adalah La Ode Saiful Rahman (25) asal Desa Dana, Kecamatan Watopute, Kabupaten Muna, Sultra.
Ia berhasil lolos audisi Master Chef Indonesia Season 8 setelah mendapatkan "yes" dari Chef Renata dan Chef Juna.
Chef Juna memberikan kesempatan tersebut, karena ingin melihat sejauh mana kegigihan dan kemampuan La Ode dalam memasak.
Pria yang bekerja sebagai helper di Yogyakarta ini menunjukkan bakat memasak melalui menu nasi bakar merah ikan cakalang, dengan sambal terasi dan acar nanas.
Sambil menyiapkan menu masakannya, La Ode menceritakan perjalanan kariernya hingga ikut audisi Master Chef Indonesia.
Dikutip dari tayangan RCTI, Senin (31/5/2021), awal dirinya mengikuti audisi ini karena bingung mencari kerja setelah keluar dari tempatnya bekerja imbas pandemi Covid-19.
Ceritanya, imbas dari Covid-19 ia sudah menganggur kurang lebih satu tahun. Ia mulai berpikir untuk mengubur cita-citanya, karena memasak sudah tidak bisa dilakukan.
Ia kemudian mendapatkan informasi tentang audisi Master Chef Indonesia Season 8, La Ode lalu ikut audisi tersebut dan lolos audisi.
"Saya bangga sudah bisa mengobrol dengan Chef Juna, Chef Renata, dan Chef Arnold di sini," ujarnya.
Menurutnya dengan mengikuti Master Chef Indonesia menjadi kesempatan bagi dirinya untuk menunjukkan kemampuan dan bisa bersaing di bidang kuliner.
Keinginannya untuk mengikuti Master Chef Indonesia, selain membanggakan ibunya, ia ingin memperkenalkan kuliner khas Kabupaten Muna.
Meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki, kuliner dari Kabupaten Muna juga bisa bersaing dengan makanan dari daerah lainnya.
Saat menyampaikan keinginannya mengikuti Master Chef Indonesia, sang ibu sempat mempertanyakan acara tersebut.
"Mama saya mau audisi Master Chef di Jakarta. Kata mama saya 'acara apa itu?' Saya bingung juga," ceritanya.
Lantas hal ini mengundang tawa dari Chef Arnold, Chef Juna, dan Chef Renata.
Kata La Ode, pekerjaan sebagai koki masih menjadi hal aneh dan membingungkan bagi ibunya.
Awal merantau ke Yogyakarta
Awalnya, lima tahun lalu La Ode merantau ke Jogyakarta tak bermodalkan apapun. Ia hanya niat bekerja, tanpa tahu harus bekerja apa.
Sampai akhirnya, ia menerima tawaran menjadi pelayan. Dari sanalah pertama kalinya ia melihat koki memasak.
Dia kemudian terinspirasi dan termotivasi. Ia lalu mencari informasi mengenai sekolah dan kursus menjadi koki.
"Saya cari kursus, sambil bekerja dan belajar memasak," ujarnya.
Ia belajar melalui kursus dan otodidak, kemudian praktik kerja lapangan di salah satu hotel di Yogyakarta.
Karena tidak mendapatkan gaji dari kegiatannya tersebut, maka La Ode juga harus bekerja di salah satu cafe di Yogyakarta untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
"Saya kerja delapan jam di hotel, terus lanjut kerja di cafe delapan," jelasnya.
Ia nekat merantau ke Yogyakarta, dengan harapan bisa pulang setelah berhasil sukses di tanah rantau.
Menurutnya, ia sudah tiga tahun tidak pulang ke Muna. Ia ingin menginspirasi anak-anak di Muna, jika bermimpi jangan tanggung-tanggung.
"Sudah saatnya saya bekerja untuk masa depan bukan berpikir bayar kos bulan depan lagi," ujarnya.
Menurut Chef Juna, hal yang dilakukan La Ode adalah cara yang bagus untuk terjun di dunia food dan bevarage.
Kata Chef Juna, bekerja di dunia food and bevarage carilah tempat kerja di mana seseorang bisa mendapatkan ilmu dan kredibiltas masa depan.
"Semua yang dimasak harus dipikirin, tapi tidak over thinking, make it simple tapi jangan ngasal," ujar Chef Juna sambil memberikan apron kepada La Ode.
Sementara itu, Chef Arnold meminta La Ode untuk lebih baik lagi dalam memperhatikan komposisi memasaknya.
Karena masakan La Ode masih kurang menurutnya, sehingga Chef Arnold memberikan "no". (*)