Imbas Kerumunan di Pantai Mutiara, Kadis Pariwisata Buton Tengah Bakal Diperiksa Polisi
Hal itu merupakan imbas kerumunan di Pantai Mutiara, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra), (16/5/2021) lalu.
Penulis: Risno Mawandili | Editor: Fadli Aksar
Ia menambahkan, warga yang berkunjung di Pantai Mutiara dan Danau Foto baru dibubarkan oleh pihak kepolisian setelah beredar video di media sosial.
Ia menegaskan, otoritas setempat akan dimintai klarifikasi terkait membludaknya pengunjung di Pantai Mutiara dan Danau Foto.
"Kami akan menanyakan mengapa tidak menutup tempat wisata sebagaimana perintah Surat Edaran Gubernur Sulawesi Tenggara," imbuhnya.
Viral Joget-joget
Sebelumnya diberitakan, beredar video kerumunan warga memadati sambil berjoget-joget di Pantai Mutiara, Kabupaten Buton Tengah (Buton), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Aksi ini diduga melanggar protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 dan Surat Edaran Gubernur Sultra dan Kementerian dalam negeri (Kemendagri) terkait larangan berkerumun selama libur Lebaran Idul Fitri 2021.
Video pendek berdurasi 18 detik yang diterima TribunnewsSultra.com, memperlihatkan ratusan warga berkerumun di lokasi wisata terletak di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buteng.
Video viral tersebut telah beredar di media sosial (medsos) baik Facebook, Instagram, maupun Whatsapp Messenger.

Peristiwa warga berkerumun sambil berjoget-joget tersebut terjadi pada Minggu (16/5/2021).
Menurut kesaksian warga setempat, Roy (25), kerumunan telah berlangsung sejak pagi hingga sore hari.
Para warga berdatangan dari berbagai wilayah, baik di Buteng maupun luar daerah seperti Kota Baubau dan Kabupaten Buton.
Bahkan, kata dia, lajur menuju Pantai Mutiara sempat macet karena padatnya kendaraan dari para wisatawan.
"Puncaknya itu pada siang hari menjelang sore, bahkan kendaraan melintas di jalan macet," ujarnya lewat panggilan telepon.
Ia menjelaskan, saat itu seolah tak ada petugas keamanan menjaga penerapan protokol kesehatan di Pantai Mutiara.

"Bebas warga datang, tidak menerapkan protokol kesehatan karena tidak ada yang mengawasi," ujarnya.